Pages

Rabu, 11 Februari 2009

Katakan Amanah! Jangan Beban!

Jum'at, 160109

Katakan Amanah! Jangan Beban!

Oleh: Mohamad Istihori

Sebelum memaparkan lebih jauh judul di atas, jujur, ide atau gagasan awal tulisan ini saya dapat dari Ust. Darmawan ketika Rapat Awal Tahun (RAT) 2009 Madani Mental Health Care (MMHC) pada Jum'at, 16 Januari 2009 di Madani.

Yang saya tangkap dan tafsirkan dari ucapannya waktu itu adalah jangan sampai tugas-tugas yang ada di Madani dijadikan sebagai beban oleh para staf. Tapi jadikanlah ia sebagai sebuah amanah. "Katakan amanah, jangan beban," ujar Pimpinan MMHC itu. Berikut inilah paparan lebih lanjutnya.

Ketika kita mendapat sebuah tugas maka yang harus terlintas dalam pikiran mestilah anggapan bahwa tugas tersebut merupakan sebuah amanah bukan beban.

Ketika kita mengatakan tugas adalah sebuah amanah maka kita tidak akan merasa berat dalam menunaikannya. Tapi kalau tugas bertumpuk yang ada dihadapan kita anggap sebagai sebuah beban maka yang paling kasihan adalah pikiran kita.

Kita pasti akan merasa sangat terbebani. Karena salah kita sendiri yang menganggap tugas adalah beban bukan amanah. Akan berbeda tentu saja ketika kita menganggap tugas adalah sebuah amanah. Apapun resikonya kita akan ikhlas.

Hal ini tentu saja memang sangat mempengaruhi keadaan psikologis orang yang mengatakannya maupun yang mendengarnya. Amanah itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya kepercayaan.

Tugas adalah sebuah kepercayaan seseorang atau suatu lembaga yang diberikan kepada kita karena mereka yakin kita mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas tersebut.

Maka jangan sampai kita mengecewakan pihak yang sudah mempercayai kita. Ketika seseorang mampu menyelesaikan tugasnya dengan maksimal maka dia dinyatakan mampu menjalankan amanah. Amanah itu sendiri sebenarnya merupakan mandat yang telah diberikan Allah kepada setiap mukmin.

Amanah dan mukmin itu sendiri berasal dari akar kata yang sama yaitu aamna-yu'minu-iimaanan-aman-amin-aamiin yang artinya percaya. Maka seorang mukmin itu adalah orang yang mampu memberikan rasa aman kepada lingkungan sekitar. Terutama kepada orang yang telah memberinya amanah.

Khasanah setiap mukmin adalah iman. Tugas yang diemban setiap mukmin bernama amanah. Kalau seorang mukmin sudah mampu menunaikan amanah yang dia dapat maka dia mendapat predikat al amin.

Maka orang yang pantas untuk menyandang gelar al amin adalah orang yang mampu menjalankan berbagai tugas yang diamanahi kepadanya. Dialah Muhamammad saw. Bukanlah gelar al amin itu diperuntukkan kepada orang yang telah melukai perasaan orang yang telah memberikan amanah kepadanya.

Atau bisa juga formula: mukmin, aman, iman, amanah, al amin, dan aamiin (semoga Allah mengabulkan do'a kita) ini dibalik menjadi: aamiin-al amin-amanah-iman-aman-mukmin.

Artinya: semoga Allah mengabulkan do'a kita, untuk menjadi orang yang dapat dipercaya (al Amin), yaitu orang yang mampu mengemban dan menunaikan setiap amanah. Karena iman yang terpatri dalam dada. Sehingga amanlah orang-orang di sekitar kita atas prilaku dan sikap kita sehari-hari. Itulah orang yang beriman.

Jangan sampai kita mengecewakan pihak pemberi tugas. Karena ketika orang yang ia percaya ternyata tidak mampu menjalankan tugas yang telah ia mandatkan kepada orang yang sebelumnya ia percaya mampu mengemban amanah tersebut maka kecewalah dia .

Rakyat Indonesia adalah pemberi tugas, atau dengan kata lain merupakan pihak yang memberikan amanah kepada wakil-wakil yang berada di Senayan yang mereka percaya mampu mengemban tugas.

Puaskah rakyat (sang pemberi tugas) melihat kinerja para pembantu mereka, yang mereka (rakyat) gaji dengan nilai yang sangat tinggi melalui pajak yang mereka bayar rutin namun tidak jelas transparansinya. Yang diberi amanah di Indonesia ini memang golongan manusia yang masih mesti belajar menunaikan amanah.

Bukan malah mau bayaran saja tetapi kerjanya nggak. Ditambah lagi candu yang sangat sulit dihapuskan dari ketergantungan para pesuruh rakyat Indonesia tersebut yaitu budaya korupsi yang sudah sangat mentradisi, sehari-hari, sudah biasa, dan mendarah daging sejak zaman "Bapak Pembangunan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar