Pages

Rabu, 11 Februari 2009

Nasihat-nasihat Kiai Jihad

Senin, 090209

Nasihat-nasihat Kiai Jihad

Perasaan yang sangat membebani dan menyesakkan dada membuat saya "terpaksa" datang ke rumah Kiai Jihad untuk curhat.

"Assalamu'alaikum Kiai, maaf saya menganggu. Saya ke sini mau curhat, konsultasi sama Kiai." kata saya.

"Wa'alaikummus salam. Oh ya silahkan saja. Memangnya ada apa?" Kiai Jihad mempersilahkan.

"Saya juga tak tahu mesti memulainya dari mana. Tapi yang pasti sekarang saya punya masalah yang sangat menyesakkan dada, hati saya sakiiiiiit banget.

Minggu depan pacar saya tunangan. Padahal kami sudah sekitar dua tahun menjalin hubungan." curhat saya.

Pak Kiai bernasehat, "Kamu harus sabar. Yang namanya jodoh itu ada di tangan Tuhan. Sekeras-kerasnya manusia berusaha mewujudkan harapannya dia harus senantiasa mengembalikan semua hasil usahanya itu kepada Allah SWT."

"Tapi pacar saya sendiri tidak setuju atas pejodohan ini Pak Kiai. Dia bilang dia terpaksa menerimanya sebagai bakti kepada orang tua." ujar saya.

"Oh itu lebih bagus lagi. Itu berarti dia adalah anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya." ujar Pak Kiai.

"Tapi bagaimana jika itu hanyalah akal-akalan dia saja?"

"Maksud kamu?"

"Iya. Dia mengkambinghitamkan orang tuanya padahal diam-diam dia sendiri sepakat dengan usulan orang tuanya.

Cuma untuk mengatakan itu sudah barang tentu dia pasti tidak akan memiliki keberanian dan kekuatan mental. Dia nggak bakalan tegalah Pak Kiai dia ngomong langsung kepada saya seperti itu." suudzon saya.

"Kamu tidak layak berpikiran seperti itu. Meski pun jika memang demikian kenyataannya. Kamu harus ikhlas wahai anakku!"

"Ikhlas? Ikhlas dalam kacamata ilmu zaman sekarang adalah suatu kebodohan Pak Kiai. Masa saya sudah korban ini-itu dia meninggalkan saya begitu saja?" sanggah saya.

"Ya saya setuju pendapat kamu. Oleh karena itu janganlah kamu menganut sepenuhnya ilmu hari ini. Tetaplah kau buka kitab-kitab kearifan ulama salaf (terdahulu).

Dengan demikian kau akan lebih objektif dalam memandang dan menyikapi segala macam masalah yang sedang kau hadapi.

Selain itu niatkanlah segala apa yang engkau berikan kepadanya selama ini adalah shodaqoh. Kemudian, selama dua tahun menjalin hubungan dengannya, sedikit banyak kamu tahu dong kepribadian dan karakternya?" tanya Kiai Jihad melanjutkan percakapan.

"Iya Kiai"

"Kira-kira ini suatu pengkhianatan cinta atau pengorbanan seorang anak kepada orang tuanya?" Pak Kiai mulai berfilosofi.

"Waduh pertanyaanya terlalu berat Pak Kiai. Saya sendiri kebingungan mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan filosofi Pak Kiai tadi." kebodohan saya mulai tampak.

Selama mengenal Kiai Jihad, saya memang kerap menerima filosofi-filosofi hidup yang sangat sederhana yang diambil langsung dari kehidupan nyata. Namun demikian orang yang ditanya kerap kelimpungan menjawabnya.

"Oleh karena itulah kita tidak boleh menghakimi (men-judge) orang lain tanpa pengetahuan dan data yang lengkap. Biarkan waktu yang menjawab keputusan sepihak ini. Kamu terus berjalan dan melangkah saja. Nggak usah terlalu dipikirin. Biasa aja lagi. The show must go on.

Tapi terus pasang kepekaanmu untuk senantiasa menghikmahi kejadian ini pada khususnya dan kejadian apa saja pada umumnya. Kan tidak menutup kemungkinan kejadian serupa terulang lagi?"

"Aduh jangan berkata seperti itu dong Pak Kiai"

"Loh nggak mustahilkan?"

"Iya sih nggak mustahil. Tapikan semoga ini yang pertama dan terakhir. Jiwa saya ini sangat rapuh Pak Kiai. Untuk menghadapi kenyataan pahit seperti ini jiwa saya hancur berantakan dan berkeping-keping. Makanya kalau -naudzubillah- yang kayak gini terulang lagi bisa gila saya Pak Kiai." kata saya.

"Tapi kalau kamu mau bijak menerima kenyataan ini, kamu pasti akan lebih kuat lagi dalam menerjang semua badai masalah. Ingat laut yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang handal." petuah Pak Kiai.

Saya merasa sangat beruntung menjadi santri Kiai Jihad. Ilmunya sangat luas. Sehingga ketika memberikan suatu solusi tidak hanya memandang dari satu sisi saja.

Pengetahuannya seluas samudra. Sehingga mampu menampung berbagai macam masalah yang multidimesi melalui berbagai macam perspektif ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar