Pages

Selasa, 17 Februari 2009

Ulama, Tanggung Jawabmu Kini

Jum'at, 290109

Ulama, Tanggung Jawabmu Kini

Maraknya aliran sesat di tengah-tengah umat saat ini menimbulkan beberapa indikasi. Pertama, lemahnya peran serta konkret ulama pada kehidupan sehari-hari umat. Selama ini antara ulama dan umat memiliki jarak. Kurang terjadi dialog atau komunikasi dua arah.

Yang ada adalah ulama bicara umat mendengarkan. Umat tidak boleh banyak komentar. Apalagi menyanggah argumentasi yang diberikan ulama.

Hal ini menyebabkan munculnya indikasi kedua, kurangnya sikap kritis umat terhadap apa-apa yang mereka terima dari ulama.

Pokoknya kalau itu sudah mengutip firman Tuhan atau Hadits Rosul itu sudah pasti benar. Firman dan Hadits memang sudah tidak bisa disanggah keabsahannya.

Namun yang patut untuk diperhatikan dan kemudian dikritik bila terjadi kejanggalan adalah tafsiran dari ayat atau hadits yang dibawakan.

Dari sini dapat kita lihat sejauhmana intelektualitas, kejernihan berpikir, keluasan ilmu dalam menguasai materi yang sedang ia sampaikan, serta kelapangan dada ulama bersangkutan dalam menerima segala masukan dari umat.

Dalam Islam, untuk memutuskan dan mengambil sikap, kita diberikan tiga pilihan:ijtihad, ittiba', dan taqlid. Saya tidak akan menjelaskan satu per satu pengertian tiga pilihan di atas.

Namun yang sangat ingin saya katakan selama ini adalah umat muslim Indonesia itu sangat malas untuk berpikir. Sehingga untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan hidupnya saja, selalu ia gantungkan pada yang di luar dirinya. Termasuk kepada ulama.

Padahal ia sendiri tidak tahu apakah ulama yang ia jadikan sandaran pendapat selama ini adalah ulama yang memang menguasai semesta ilmu atau hanya ulama yang cuma ngaku-ngaku ulama?

Bermodal peci, baju koko, sorban, dan kain tanpa ada jaminan terhadap kualitas keilmuan dan keshalehannya.

Pokoknya asal selalu pakai peci ditambah sedikit fasih mengutip ayat-ayat maka dengan mudahnya umat memberi dia gelar ulama. Akhirnya setelah terpupuk kepercayaan diri dalam jiwa seseorang yang pura-pura jadi ulama ini' mulailah ia mengkampanyekan diri sebagai Tuhan, nabi akhir zaman, atau malaikat jibril.

Betapa lemah ulama kita dalam mengawasi melakukan pendekatan kemanusiaan, dan bergaul dengan umat sehingga, "Kok bisa aliran sesat muncul begitu maraknya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar