Rabu, 250209
Rendah Diri dan Rendah Hati
Kadang orang salah kaprah di dalam penggunaan rendah diri dan rendah hati. Ada yang menganggapnya sama. "Emang apa bedanya rendah diri dengan rendah hati?"
Ya bedalah. Kalau rendah diri itu dilarang sedangkan rendah hati justru dianjurkan. Orang hanya boleh merendahkan dirinya kepada Allah SWT.
Sedangkan kepada sesama manusia tidak diperbolehkan untuk rendah diri, sujud, atau mengabdikan diri sepenuhnya. Yang boleh rendah hati.
Orang yang tidak rendah hati perilakunya akan sangat sombong, angkuh, maunya menang sendiri, dan cenderung mudah meremehkan orang lain.
Kalau pada suatu hari kita mendapat amanah untuk berbicara dihadapan umum, seperti ceramah, khutbah, seminar, atau presentasi, maka terimalah.
"Tapi saya nggak PD? Apalagi kan di hadapan saya orang-orang pandai dan banyak tokoh masyarakat yang hadir!"
Rendah hati itu bukan berarti tidak percaya diri, bukan berarti pesimistis menghadapi tantangan. Kalau diberi kesempatan bicara, bicaralah yang lantang. Keluarkan dan berikanlah seluruh kemampuan yang ada.
Perkara mendapat pujian atau cemoohan itu mah pasti. Soal ada yang setuju dan yang tidak setuju dengan yang kita bicarakan itu biasa. Masalah ada yang suka atau ada yang tidak suka dengan kita itu mah wajar.
Itu tinggal bagaimana kita menyikapi dengan tepat saja. Kalau ada pujian ya ucapkan "al hamdulilah". Segala puji milik Allah. Kita sedikit pun tidak berhak atas pujian.
Kalau ada cemoohan jadikan itu sebagai motivasi kita untuk memperbaiki diri. Agar ketika mendapat kesempatan lagi kita bisa tampil lebih baik.
Jangan lupa tunjukkan sikap rendah hati, "Segala yang benar dari yang saya sampaikan, yang membuat orang senang, yang bisa memberikan motivasi dan tambahan ilmu itu semata-mata datang dari Allah.
Sedangkan yang salah itu semata-mata datang dari saya sendiri. Yang masih terus belajar berkata-kata. Dari A-Z, dari alif-ya."
Itulah sikap rendah hati yang semestinya kita miliki. Bukan pesimistis dan juga bukan sombong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar