Kamis, 180609
Niat Awal
Oleh: Mohamad Istihori
Rosulullah saw pernah bersabda: "Innamal a'maalu binniyyaat." "Sesungguhnya amal itu sangat bergantung pada niatnya."
Pada masa hijrah dari Mekah ke Madinah, para sahabat setidaknya terbagi menjadi tiga golongan: pertama, golongan yang niat awal hijrahnya adalah untuk mencari jodoh.
Kedua, golongan yang bermaksud untuk berdagang. Banyak yang berpikir di antara mereka, "Ah mungkin kalau dagang di Madinah saya bisa lebih laris nih dagangan saya daripada harus terus jualan di Mekah."
Ketiga, golongan yang berhijrah yang nawaitu-nya lillahi ta'ala, hanya karena Allah SWT.
Memang tidak bisa kita nafi'kan bahwa sebagai manusia normal kita membutuhkan pendamping hidup atau keuntungan dalam berdagang. Namun demikian jangan sampai hal-hal yang selain Allah itu menjadi niat primer. Jadikanlah hal-hal yang selain Allah itu sebagai niat skunder.
Orang yang niat primer hijrahnya karena wanita, dia akan mendapatkan wanita, tapi belum tentu "mendapat Allah". Begitu juga mereka yang niat utama hijrahnya untuk mengejar keuntungan materi melalui berdagang hanya akan memperoleh laba namun belum tentu ia mampu "memperoleh Allah."
Lain halnya dengan sahabat yang hijrahnya semata-mata karena Allah maka dengan modal ridho Allah itulah dia akan mendapatkan pendamping hidup plus jaminan limpahan rezeki yang jumlahnya tidak bisa dinominalkan. Karena milik siapakah dunia dan alam raya ini kalau bukan milik Allah Yang Maha Kuasa?
Apakah niat awal kita yang paling primer untuk memulai suatu aktivitas? Sudah berapa lama kita melakukan aktivitas tersebut? Dalam jangka waktu tersebut apakah kita mampu mempertahankan niat awal kita? Apa sekarang niat kita malah telah berubah atau mencla-mencle, inkonsisten, tidak istiqomah.
Di sinilah kita membutuhkan perbaruan niat. Memperbarui niat bukan berarti mengganti niat awal kita dengan niat yang lain. Memperbarui niat arinya meng-up grade, menyemangati diri kita sendiri untuk kembali berjalan dengan kepala tegak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar