Cibubur, Selasa, 8 September 2009
Ahli Hikmah yang Sesungguhnya
Oleh: Mohamad Istihori
Tidak ada peristiwa besar sebagaimana tidak ada peristiwa kecil. Setiap peristiwa yang kita alami adalah sama. Baik yang kita alami sebagai individu, sebagai salah satu anggota keluarga, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai bangsa.
Besar-kecilnya peristiwa, penting-tidaknya kejadian, berkesan-tidaknya sebuah momen sangat bergantung dari seberapa peka kita menghikmahinya, seberapa jeli kita mengambil pelajaran darinya, dan seberapa rajin kita mencatatnya secara detail dan terperinci.
Banyak orang yang menganggap setiap peristiwa dalam hidupnya begitu-begitu saja, biasa-biasa saja, nggak ada bedanya sama yang kemarin. Kita melewatkan begitu saja rutinitas kerja kita tanpa ada semangat untuk merenunginya sehingga lama kelamaan kita merasa bosan dan jenuh dengan segala peristiwa dan rutinitas sehari-hari.
Tapi tidak demikian dengan para ahli hikmah. Ahli hikmah adalah mereka yang dengan jeli mampu menangkap hikmah dari segala apa saja yang bersinggungan dalam garis kehidupannya. Maka ahli hikmah bukan saja mereka yang pandai ngobatin orang kesurupan, bisa melihat makhluk halus, atau hal-hal lain yang berbau mistis.
Semua itu lahir dari salah paham kita saja terhadap yang dimaksud dengan ahli hikmah. Maka ahli hikmah itu bisa siapa saja. Apapun profesinya, baik itu tukang ojek, PNS, TNI, pedagang, pengusaha, pengangguran, atau pembantu rumah tangga.
Dan pusat hikmah dalam kehidupan manusia adalah al Quran. Maka apapun konsentrasi dan minat ilmu pengetahuan yang kita dalami pasti ujung-ujungnya adalah al Quran. Asalkan manusia itu mau objektif terhadap ilmunya itu. Lain halnya kalau pemahaman akan ilmu yang ia pelajari hanya untuk mendatangkan keuntungan pribadi atau golongannya saja.
Maka pelajarilah segala ilmu yang kita minati. Matematika, fisika, ushul fiqih, fiqih, tasawuf, budaya, jurnalistik, filsafat, geografi, antropologi, biologi, neurologi, musik, seni, bahasa, sastra, ilmu alat, atau politik pasti ujung-ujungnya kita akan bertemu dengan pusat ilmu dan pusat hikmah yaitu al Quran.
Silahkan baca buku apa saja yang kita sukai tanpa melarang-larang dan membatasi asalkan jadikanlah al Quran sebagai perpustakaan umum dari pengetahuan akal dan hati kita. Lah wong Allah sendiri saja tidak membatasi kita mau baca apa saja sebagaimana dalam firman-Nya, Iqro. Bacalah!
Baca apa? Iya baca apa saja asalkan syaratnya, Bismirobbikalladzii kholaq. "Dengan sifat Robb yang telah menciptakan kita." Oh ahli hikmah betapa luasnya cakupan ilmu yang harus engkau pelajari bahkan tidak ada batasan buku apa yang engkau baca dan tidak ada larangan kau mau tulis apa saja.
Maka tak ada waktu bagimu untuk mencari istri lagi untuk kau ajak poligami. Tidak ada saat di mana engkau mencari kejelekkan orang lain karena kau telah sangat sibuk mencari kejelekan dan kekurangan dirimu sendiri. Tidak ada energi lagi untuk kau gunakan sebagai tenaga untuk memfitnah saudara sendiri, apalagi sampai menyesat-nyesatkan suatu golongan. Itulah ahli hikmah yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar