Cibubur, Senin, 21 September 2009
Silaturahmi Antar Generasi
Oleh: Mohamad Istihori
Hari ini Emak bercerita, dulu semasa bapaknya Emak saya atau kakek saya dari sisi Emak (Bapak Gasih), saya akrab memanggil beliau Mbah, dagang arang di Pasar Manggarai Jakarta, ada seorang yang sangat baik hati asal Jati Sempurna, namanya Bapak Enjo.
Dari Bapak Enjo inilah kemudian Mbah mendapatkan lapak untuk dagang arang di Pasar Manggarai. Dan, selain itu Bapak Enjo adalah orang yang sangat baik hati kepada siapa saja, terutama kepada Mbah. Akhirnya beliau menjadikan Mbah sebagai anak angkatnya.
Dari sinilah dimulai hubungan persaudaraan yang erat. Kalau ada salah satu dari anak-anak Bapak Enjo yang menikah maka keluarga kami menginap di rumah beliau beberapa hari untuk ikut serta membantu kelancaran pesta pernikahan anak Bapak Enjo tersebut. Begitu pun sebaliknya. Atau ketika Mbah sakit, anak-anak Bapak Enjo menginap beberapa malam di rumah sakit untuk menjenguk Mbah dan menemani kami bermalam di rumah sakit.
Sebelum meninggal, Mbah pernah berpesan agar kami (keluarga besar Mbah) tetap menjalin hubungan silaturahmi dengan keluarga Bapak Enjo, terutama ketika lebaran. Setiap tahun kami sekeluarga pun, pada hari kedua atau ketiga Syawal kami selalu berkunjung ke kediaman Bapak Enjo.
Saat ini Bapak Enjo juga sudah meninggal dunia. Tapi istrinya masih ada. Kami sekeluarga pun, pada Lebaran tahun ini tetap berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah Bapak Enjo.
Itulah kuatnya persaudaraan yang berdasarkan persahabatan yang tanpa pamrih, tanpa saling memanfaatkan dan mengambil kesempatan, dan apalagi menikam dari belakang. Persahabatan yang abadi adalah persaudaraan tanpa tepi. Hubungan yang berlandasan keikhlasan.
Mbah dan Bapak Enjo kawan setianya memberikan pelajaran yang sangat berarti kepada kami anak-anak dan cucu-cucu mereka bahwa untuk saling tolong-menolong tidak harus dia saudara kita sendiri. Orang lain yang membutuhkan pun bisa kita bantu tanpa mempersyaratinya embel-embel apapun.
Bahkan dalam beberapa contoh pengalaman hidup persaudaraan dengan teman bisa lebih abadi jika dibandingkan dengan persaudaraan yang berdasarkan nasab.
Semoga saja di hari yang Fitri ini saudara kita bisa terus bertambah. Bukan hanya yang berasal dari nasab namun saudara yang berdasarkan persahabatan kemanusiaan tanpa memandang suku, agama, ras, dan daerah asal. Di hari fitri ini marilah kita bangun silaturahmi antar generasi.
Sebuah jalinan silaturahmi yang tak otomatis berhenti ketika kita sudah mati. Karena yang bersaudara bukan hanya antara kita dengan sahabat kita (cs kita) tapi juga ikut melibatkan anak, cucu, dan keluarga besar kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar