Cibitung, Ahad, 27 September 2009
Tawar-menawar Siksaan
Oleh: Mohamad Istihori
Mat Semplur sakit keras. Semakin hari penyakitnya semakin parah. Ia sudah berobat ke mana-meni. Banyak dokter yang sudah angkat tangan untuk menangani penyakit yang diderita Mat Semplur.
Malam ini, bagi Mat Semplur, adalah klimaks dari segala penderitaannya. Ia menjerit-jerit kesakitan. "Aduh Tuhan ampun! Ampun! Sakit ya Allah! Sakit!"
Seluruh keluarga sudah berada di rumahnya. Mereka semua menangis pasrah. Para tetangga yang berdekatan dan yang rumahnya agak jauh pun kontan mendatangi kediaman Mat Semplur. Semua mengajak agar Mat Semplur untuk jangan putus-putus menyebut nama Tuhan.
Tapi itu dilakukannya hanya ketika diingatkan. Begitu sudah lupa ia teriak-teriak lagi. "Aduh sakit! Ampunin dosa-dosa saya ya Allah! Saya ini emang banyak dosa tapi kalau Engkau mau menyiksa jangan sekarang di dunia. Entar aja kek di kubur!"
Kiai Jihad yang sejak awal Mat Semplur jatuh sakit menemaninya berkata, "Eh ente jangan ngomong kayak gitu. Kagak bae! Masalah disiksa atau nggak di kubur mah itu hak prerogatifnya Allah.
Siapa tahu aja dengan sakit yang engkau derita selama ini bisa menjadi kifarat (penghapus) dosa dan kesalahan yang selama ini kamu lakukan di dunia.
Allah itu Maha Pecinta. Ia menimpakan segala sesuatu kepada kita dengan penuh cinta. Maka kita juga harus meresponnya dengan cinta. Bukan malah berprasangka buruk pada cinta-Nya.
Dengan penuh cinta Allah menimpakan penyakit kepadamu dan kepada siapa saja yang Ia kehendaki agar manusia semakin tahu betapa penting dan mahalnya sehat itu. Dan, yang menyembuhkan penyakit bukan dokter atau bukan 'batu ajaibnya' Ponari.
Yang menyembuhkan penyakit itu adalah Allah. Yang selain Allah cuma bisa berusaha mengobati penyakit kita. Bukan menyembuhkan."
Mat Semplur pun sekarang sudah mulai terlihat tenang. Ketika rasa sakitnya kembali datang kini dia berkata, "Ya Allah sakitnya kok nikmat banget. Enak bangeeet ya Allah punya penyakit yang kayak gini. Asyik buanget ya Allah perih ini. Aku jadi semakin cinta banget sama kamu ya Allah.
Teruskan ya Allah! Teruskan saja rasa sakit ini selama Engkau masih berkenan. Hamba ikhlas kok. Tapi hamba lebih ikhlas lagi kalau Engkau segera mengangkat penyakitku ini agar aku tidak lagi membuat khawatir dan merepotkan saudara-saudaraku yang lain.
Atau kalau memang sudah waktunya innalilahi-kan aku saja segera ya Allah. Agar kita bisa bertemu di taman cinta sebagaimana yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui surat cinta al Quran-Mu itu."
Kiai Jihad hanya tersenyum sipu mendengar dialog interaktif antara hamba dengan Tuhannya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar