TIM, Jum'at, 11 September 2009
"Untung" Ada "Budi"?
Oleh: Mohamad Istihori
Siapa sih orang yang tidak mau beruntung? Setiap manusia pasti mau beruntung. Lalu siapakah sebenarnya manusia yang beruntung itu? Mengenai hal ini Allah berfirman, "Qod aflaha man tazakka wa dzakarosma robbihi fasholla." "Sungguh beruntung orang yang mensucikan diri, menyebut nama Robbnya, dan sholat."
Ada tiga jalan yang harus dilalui setiap orang agar ia menjadi manusia yang beruntung. Pertama, tazakka. Mensucikan diri termasuk juga mensucikan harta yang ia miliki dengan cara membayar zakat.
Kedua, wa dzakarosma robbihi, orang yang menyebut asma Tuhannya. Ia selalu ingat Tuhan di mana dan kapan pun ia berada.
Ketiga, fasholla, sholat. Sholat kalau ditafsirkan secara luas dan memakai pemahaman tafsir sosial maka sholat merupakan sebuah jalan pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya yang ia lakukan dengan penuh kekhusyuan, konsentrasi, dan fokus.
Hanya dengan "sholat sosial" inilah yang menjadikan setiap orang kuat bertahan untuk menjalin persahabatan dengan siapa saja tanpa memandang status sosial, agama, suku bangsa, ras, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Untuk bisa melakukan "sholat sosial" kita harus memiliki tiga pengetahuan. Pertama, logika. Kedua, etika. Dan, ketiga, estetika.
Pertama pengetahuan logika. Dimiliki oleh kaum intelektual. Sayangnya mereka kurang memiliki etika (sopan santun sosial dan budi pekerti kemasyarakatan) sehingga cenderung egois dan kurang bermasyarakat serta kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Kedua pengetahuan etika yang banyak dimiliki kaum majelis taklim. Sayangnya mereka kurang mengembangkan pengetahuan logika sehingga kurang berijtihad dan cenderung taklid buta.
Ketiga pengetahuan estetika yang dimiliki kaum seniman. Sayang seribu sayang mereka kurang beretika. Maunya hidup bebas. Urakan. Slengean tanpa mengenal batasan-batasan sopan santun dan tata krama budaya lokalnya.
Namun di atas itu semua yang menjadikan manusia untung dan selamat hidupnya adalah ketika manusia memiliki pengetahuan etika, budi pekerti, tata krama, dan sopan santun budaya lokalnya. Karena logika dan estetika yang tidak beretika hanya akan mencelakakan dirinya atau orang lain di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar