Pages

Selasa, 27 Oktober 2009

Jalan Menuju Kebahagiaan Hidup

Cibubur, Sabtu, 241009

Jalan Menuju Kebahagiaan Hidup

Oleh: Mohamad Istihori

Banyak orang disiksa. Tapi lebih banyak lagi orang yang tidak merasa bahwa dia sedang disiksa. Contoh orang yang banyak harta atau orang kaya. Sedikit saja ia salah dalam menyikapi harta dan segala kekayaan yang ia miliki maka ia akan merasa sangat tersiksa hidupnya.

Makanya jangan pikir orang kaya dan banyak harta itu sudah pasti bahagia. Kebahagiaan itu miliki orang yang mampu dengan tepat merespon dan menyikapi apa yang ia alami, baik kemiskinan maupun kekayaan.

Ada orang kaya yang justru masalah hidupnya lebih complicated, ruwet, runyam, setiap usaha untuk mencari jalan keluar/solusi selalu menemukan jalan buntu, punya masalah yang terus bertumpuk yang tak kunjung menemui jalan keluar, maju kena mundur kena, dan begini salah begitu kalah.

Sedangkan orang miskin di sebelah gedung mewahnya hidup tenang, damai, bersahaja, penuh canda tawa, penuh kebersamaan, kompak, harmonis, dan rukun.

Maka kekayaan sebenarnya bukan sebuah tujuan. Ia hanyalah merupakan salah satu jalan dari sekian banyak jalan/pilihan yang bisa ditempuh manusia untuk meraih kebahagiaan.

Hanya saja kita selalu beranggapan bahwa kebahagiaan pasti akan kita dapatkan kalau kita jadi orang kaya. Atau minimal kawin sama orang kaya sehingga kita dan keluarga kita jadi ikut sedikit menjilat kekayaan orang yang kita nikahi.

Sangat jarang orang zaman sekarang yang berpikir dan yakin dengan hidup miskin pun kita bisa meraih kebahagiaan. Justru dalam hidup miskin manusia tidak dipusingkan oleh bagaimana menjaga dan mengamankan harta. Apa yang mau dijaga orang harta aja dia nggak punya? Namanya juga orang miskin.

Tapi bukan berarti kita anti materi. Kita tetap harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Mencari materi boleh asal jangan matrealistis apa lagi sampai pada tingkat matrealisme (suatu paham yang menganggap bahwa harta benda adalah satu-satunya hal yang bisa membuat manusia bahagia).

Ingat! Hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan bukan untuk mengejar keinginan. Kalau kita bekerja keras untuk mengejar keinginan maka hidup kita hanya akan dipenuhi dengan kecemasan dan kegelisahan.

Keinginan adalah sumber penderitaan (Iwan Fals). Dan, Tuhan pun memberikan apa yang dibutuhkan manusia. Bukan memberikan apa yang diinginkan manusia. Keinginan itu nggak bakal ada habisnya.

Semakin dikejar maka kita akan semakin merasa kekurangan seperti orang yang minum air laut. Semakin diminum semakin merasa haus. Ini larinya menjadi ambisi untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menghitung halal atau haram, suci atau najis, dan bersih atau kotor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar