Pages

Minggu, 18 Oktober 2009

Ujian, Peringatan, dan Siksaan

CBS, Sabtu, 171009

Ujian, Peringatan, dan Siksaan

Oleh: Mohamad Istihori

Bagaimanakah seharusnya, sebaiknya, sepatutnya, dan semestinya kita menyikapi segala macam bencana alam yang akhir-akhir ini begitu akrab menyapa kita?

Berbagai macam bencana alam menimpa negeri ini. Ada tsunami, kebakaran hutan, tanah longsor, gempa bumi, banjir bandang, dan angin puting beliung. Apakah mereka yang terkena bencana sudah pasti adalah mereka yang menyalahi perintah Tuhan?

Apakah bisa dengan mudahnya kita bicara, "Gempa kemarin adalah sebuah siksa bagi yang merasakannya."? Atau apakah bencana sudah pasti azab, laknat, atau siksaan bagi mereka yang tertimpa?

Di sinilah kita perlu diskusikan kembali lebih dalam hal ihwal sebuah musibah. Musibah itu sendiri berasal dari khasanah bahasa Arab yang artinya yang menimpa. Segala yang menimpa dalam hidup kita baik yang menyenangkan, menyedihkan, menggembirakan, atau memilukan adalah musibah.

Orang yang bersabar, dalam al Quran disebutkan senantiasa mengucapkan, innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun, ketika mereka tertimpa musibah.

Musibah berdasarkan kualitas orang yang tertimpanya ada tiga macam: pertama, musibah berupa ujian bagi orang beriman. Kedua, musibah berupa peringatan bagi orang yang lalai. Dan, ketiga, musibah berupa azab atau siksaan bagi orang kafir.

Nah, sekarang kalau ada apa saja yang menimpa dalam hidup, kita tinggal introspeksi diri kita sendiri apakah sebelum musibah terjadi kita adalah hamba yang taat, hamba yang cuek, atau hamba yang nggak tahu diri?

Kalau kita adalah hamba yang taat (beriman) maka musibah itu merupakan ujian bagi kita sebagai sebuah jalan meningkatnya derajat kita di hadapan Allah SWT.

Kalau kita adalah hamba yang lalai (cuek) maka musibah bagi kita adalah sebuah peringatan (warning, tanbih) agar kita segera kembali ke jalan yang benar.

Kalau kita adalah hamba yang baragajul, songong, nggak tahu diri, nggak tahu diuntung, dan suka maksiat barulah musibah yang kita dapat merupakan sebuah azab atau siksaan.

Maka jangan terlalu mudah mengecap dan menilai bahwa bencana yang terjadi di suatu tempat adalah siksaan bagi penduduknya. Kecuali memang kita sudah tahu dengan pasti, tanpa keraguan, dan dengan data yang valid bahwa penduduk kampung atau kota itu merupakan penduduk yang suka maksiat dan melanggar perintah Allah.

Kalau Padang kena gempa bumi misalnya, apakah itu sebuah ujian, peringatan, atau siksaan? Apakah kita punya data yang bisa dipercaya bahwa seluruh penduduk Padang adalah penduduk yang taat, lalai, atau kafir?

Kalau kita tidak tahu maka yang paling tepat adalah kita kembalikan saja kepada setiap individu penduduk Padang atau di daerah mana pun yang terkena gempa, apakah gempa bagi mereka merupakan ujian, peringatan, atau siksaan.

Yang pasti yang terbaik untuk manusia adalah melakukan introspeksi, muhasabah, dan mengevaluasi diri untuk bisa menyikapi dengan tepat segala musibah yang menimpa hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar