KJD, Ahad, 03 Januari 2010
Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian II
Oleh: Mohamad Istihori
...Tapi hal itu cuma sekedar teori yang tidak membumi.
- Hidup itu memang berat maka ia harus diperjuangkan dengan penuh keseriusan. Dan, perjuangan itu membutuhkan pengorbanan. Maka berkorbanlah. Tapi ingat jangan malah jadi korban.
Dan, ketahuilah bahwa pengorbanan itu akan terasa ringan kalau kita selalu bersama Allah.
- Dua Tipe Pendidikan
Dalam metode pendidikan terdapat dua tipe. Tipe pertama adalah tipe gentong. Dan, kedua adalah pendidikan tipe ceret.
Apa itu yang dimaksud dengan pendidikan tipe gentong? Pendidikan tipe gentong adalah tipe pendidikan di mana murid (orang yang memiliki kehendak) datang ke rumah gurunya.
Hal ini terjadi terutama ketika zaman peradaban dunia pendidikan Islam mengalami kemajuan.
Kalau seseorang hendak menguasai ilmu Fiqih misalnya. Maka dalam pendidikan tipe gentong, seseorang mendatangi guru yang memang mumpuni di bidang Fiqih.
Kemudian ketika ia sampai di rumah sang guru, maka sang guru bertanya kepadanya, "Apakah kamu sanggup belajar Fiqih di sini selama minimal dua tahun?
Nanti setelah kamu saya nilai cukup kamu boleh pergi untuk mencari guru lain yang menguasai ilmu yang sesuai dengan kehendakmu ingin menguasai ilmu apa lagi setelah ini?"
Kalau si murid menyatakan sanggup maka proses belajar mengajar pun di mulai.
Kemudian ketika orang-orang Barat masih berada di zaman kegelapan atau kebodohan, mereka mengirim utusan-utusan mereka untuk belajar ilmu dan pengetahuan kepada orang-orang Islam.
Setelah orang-orang Barat ini belajar dari dunia Islam yang sedang dalam era kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat ketika itu, mereka pun kembali ke negara mereka masing-masing dan memberikan ilmu yang mereka dapat dari dunia Islam dengan menggunakan tipe pendidikan ceret.
Artinya mereka menuangkan ilmu kepada sesama mereka dalam suatu ruangan yang kini kita kenal dengan kelas.
Maka sangat aneh kalau sampai hari ini kita sebagai orang Islam yang dulu pernah ngajarin orang Barat tentang segala bidang ilmu pengetahuan malah tetap mempertahankan tipe pendidikan ceret bukan mengembangkan tipe pendidikan gentong sebagaimana yang digunakan generasi sebelum kita.
Tapi jangan sampai hal ini malah membuat kita menjadi benci sama yang namanya sekolah.
Kita harus tetap kembali ke sekolah. Tapi sekolah harus tetap terus-menerus bersedia untuk memperbaiki dirinya.
- Mesin Ilmu dan Gerobak Pengetahuan
Anak-anak kita sekarang yang diisi gerobak ilmunya doang. Tapi mesin ilmunya nggak dibenerin.
Emang apa sih bedanya ilmu sama pengetahuan? Ibarat sebuah gerobak, ilmu itu adalah mesin yang ada pada gerobak. Sedangkan muatan yang mengisi gerobak inilah yang disebut pengetahuan.
Selama inikan kita cuma disibukkan untuk mengisi gerobak dengan pengetahuan. Tapi kita tidak pernah memperbaiki atau memperbarui mesin gerobak berpikir kita yang bernama ilmu itu.
Maka jangan heran kalau terjadi kebobrokan, kebejatan mental, kesenjangan sosial, dan menyebarnya virus mematikan dan memalukan yang bernama korupsi di negeri ini.
Emangnya para pejabat kita yang duduk di Senayan sana kurang pengetahuan apa? Mereka pada kuliah bahkan ada yang S2, ada juga yang profesor, ada lagi yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri.
Jago ngaji, bisa Bahasa Arab, jago cas-cis-cus dengan Bahasa Inggris dan berbagai bahasa asing lainnya. Gelarnya bukan satu atau dua gelar yang mereka miliki. Di depan dan di belakang namanya berjejer gelar akademis.
Tapi mengapa masih aja pada korupsi? Masih ada aja yang memanipulasi UU dan peraturan yang sudah disepakati bersama hanya untuk mendapatkan keuntungan dan kekayaan pribadi dan keluarga besarnya?
Tapi mengapa ada yang sampai terlibat skandal seks dengan pelantunwati?
Ini karena mesin berpikir kita yang bernama ilmu tidak pernah kita perbarui dan tidak pernah kita perbaiki. Maka jadi begini hancurnya deh keadaan hidup bernegara kita.
- "Kamu mau bolos sekolah?" tanya seorang bapak kepada anaknya yang mau bolos.
"Iya pak." ujar sang anak.
"Silahkan kamu bolos tapi beri alasan kenapa kamu harus bolos."
Si anak "mati kutu". Ia tidak mampu memberikan argumentasi yang meyakinkan, sebagaimana lihainya beberapa saudara kita yang dipanggil Panitia Khusus Angket Bank Century.
Akhirnya ia pun tak pernah bolos sekolah lagi. Kecuali bapaknya tidak mengetahui.
Dasar anak malas. Dasar bocah yang sangat nggak tahu diri. Disuruh sekolah malah bolos melulu.
Emang dia nggak tahu apa, banyak banget saudara-saudara kita yang kurang beruntung yang pengen banget sekolah tapi sampai hari ini nggak kesampean karena dulu orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya.
(6)
Pada suatu ketika seorang anak murid di suatu sekolah di daerah Papua bertanya kepada gurunya. Ia bertanya, "Bu kenapa kok matahari itu cuma ada satu?"
Bu guru yang tidak siap dengan pertanyaan muridnya itu menjawab sekenanya, "Kamu matahari satu aja udah hitam apalagi dua?"
(7)
Menjadi guru bagi kita apakah sebuah pilihan hidup atau pilihan pekerjaan?
Semestinya bagi setiap guru, menjadi guru merupakan sebuah pilihan hidup. Namun yang banyak terjadi saat ini justru, menjadi guru karena pilihan pekerjaan.
Artinya setelah kita mencari berbagai macam pekerjaan yang kita anggap memiliki penghasilan besar namun tak kunjung kita dapatkan akhirnya dengan sangat terpaksa kita menjadi guru karena memang tidak ada lagi pekerjaan lain selain menjadi guru.
Makanya jangan heran kalau sampai saat ini kualitas guru di Indonesia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar