Jakarta, Jum'at, 8 Januari 2009
Tamu yang Paling Ditunggu-tunggu?
Oleh: Mohamad Istihori
Banyak guru kita yang menyampaikan bahwa takwa itu adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Di antara ciri orang bertakwa adalah percaya pada hal yang gaib.
Apakah yang dimaksud dengan yang gaib itu? KH. Nana Juhana dalam khutbah Jum'atnya menerangkan bahwa yang dimaksud dengan yang gaib adalah segala sesuatu yang belum kita ketahui.
Dibandingkan dengan yang kita ketahui, yang tidak kita ketahui itu lebih banyak. Itu artinya sesuatu yang gaib itu lebih banyak jumlahnya daripada yang tidak gaib.
Di antara sekian banyak hal gaib yang kita kenal adalah kematian, akhirat, surga, neraka, dan lain-lain. Dan, kematian merupakan tamu gaib terdekat yang paling patut untuk kita persiapkan sekarang juga.
Kematian datang nggak bilang-bilang. Dia menjemput manusia tanpa mengenal usia. Pokoknya kalau memang sudah waktunya siapa saja dibawa.
Sebagaimana kalau ada tamu berkunjung ke rumah, tentunya kita pasti akan mengadakan persiapan untuk menyambutnya maka "tamu kematian" pun harus kita sambut. Dan, sebelum ia datang kita harus mempersiapkan dan berbekal diri.
Dalam perhitungan tahun hijriah sekarang kita telah memasuki tahun 1431 hijriah. Sedangkan menurut perhitungan masehi kita telah berada pada tahun 2010 masehi. Secara hitungan angka memang bertambah. Namun secara hitungan jatah hidup kita sebenarnya berkurang.
Itu juga artinya waktu kita untuk berbekal semakin sempit dan berkurang. Maka tak ada alasan bagi kita kecuali terus-menerus memperbaiki diri, melakukan evaluasi, dan yang terutamanya lagi berbekal sebelum mati.
Allah berfirman, kullu nafsin dzaaiqotul mauut. Setiap manusia pasti akan merasakan maut.
Kata dzaaiqotul berasal dari kata dzaaqo-yadzuuqu-dzaaiqoh. Artinya merasakan. Yang namanya merasakan bisa rasa pahit, manis, atau asam.
Begitu juga dengan orang yang sedang merasakan sakarotul maut. Ada yang merasakan nikmat dan ada juga yang merasakan sengsara. Semua sangat bergantung dari bekal dan amal perbuatan yang kita lakukan selama hidup di dunia.
Kita sudah sering menemani saudara, teman, atau mungkin orang tua kita yang sedang menghadapi sakarotul maut. Cobalah pegang punggungnya, pasti berkeringat.
Orang berkeringat itu mengindikasikan beberapa hal: pertama mungkin ia merasa sangat lelah. Kedua merasa sakit. Ketiga panas. Atau keempat merasa haus.
Demikian juga orang yang sedang merasakan sakarotul maut. Ada yang merasa sangat capek, lelah, tersiksa, sakit, kepanasan, atau kehausan. Atau ada juga yang tidak merasakan semua itu. Tapi itu hanya bagi orang-orang tertentu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar