Sabtu, 11-12-2010
Dari "Padi Masalah" Menjadi "Nasi Berkah"
Oleh: Mohamad Istihori
Dengan adanya masalah yang dimilikinya saat ini. Mendorong Mat Semplur untuk kembali mengevaluasi dan merenungkan permasalahan pokok yang menyebabkan masalah saat ini bisa timbul.
Sebelumnya Mat Semplur sudah mengira bahwa hal ini bisa saja terjadi. Namun sebelumnya ia tidak begitu yakin akan separah ini. Sampai hal ini terjadi barulah ia yakin. Kekhawatiran Mat Semplur kemarin, hari ini telah terjadi.
Tak ada penyesalan terjadi sebelum suatu peristiwa itu terjadi. Tapi penyesalan itu ada setelah kejadian. Namun penyesalan yang sangat yang ia rasakan sekarang ia coba untuk mengambil hikmah yang ada di balik peristiwa ini.
Setelah mencoba jujur dan terbuka dengan diri sendiri Mat Semplur menyadari bahwa peristiwa pahit ini bisa terjadi semata-mata karena kelalaiannya dalam memaksimalkan anugerah waktu yang telah Allah karuniakan atas hidupnya.
Ternyata ia terlena dalam "La'bun wa lahwun" = dalam permainan dan sendau gurau. Sungguh permainan itu telah melalaikan Mat Semplur dalam mempersiapkan segala hal yang berkenan dengan beberapa hal yang berkenaan dengan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Baik di rumah atau di kantor.
Maka mulai saat ini Mat Semplur mulai mengi'tikadkan dalam dirinya bahwa ia tidak akan terlena, terbuai, dan tergoda lagi dengan segala hal yang melalaikan akal dan hatinya yang membuat dia menjadi seorang pemalas.
Ini bisa masuk ke dalam konsep "taubatan nasuha". Bukan tobat sambel. Bukan tobat-tobatan. Tapi tobat beneran. Mat Semplur yakin bahwa kalau Allah memiliki rahasia akan masalah ini. Tinggal bagaimana ia mengasah kecerdasan akal dan ketajaman hati saja untuk menggali hikmah yang ada di baliknya.
Mat Semplur tahu mengapa Allah menimpakan masalah ini kepadanya. Tidaklah Allah memberikan suatu masalah kepada Mat Semplur kecuali Allah tahu bahwa Mat Semplur mampu memikulnya. ''Laa yukallifullaha nafsan illaa wus'ahaa'' = ''Tidaklah Allah membebani masalah kecuali yang seseorang itu mampu memikulnya.''
Masalah itu bukanlah semata-mata masalah. Masalah hanya menjadi masalah kalau kita menjadi manusia yang putus asa sehingga tidak mau menggali hikmahnya.
Masalah pada awalnya adalah bagaikan padi.Kalau padi bisa kita olah dengan baik ia menjadi beras, beras yang diolah dengan tepat menjadi nasi.
Kalau pengetahuan kita hanya pada menyikapi padi atau sampai beras maka kita menjadi orang yang makan padi/beras seperti ayam yang memang tidak punya pengetahuan untuk mengubah beras menjadi nasi.
Demikian juga masalah yang kita punya harus kita olah sedemikian rupa sehingga ia bisa menjadi berkah sebagaimana kita sebagai manusia juga sudah memiliki kecerdasan untuk mengubah beras menjadi nasi.
Selamat mengolah ''padi masalah'' menjadi ''nasi berkah''!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar