Pages

Jumat, 10 April 2009

Menemukan Kenikmatan dalam Perbedaan

Kamis, 090409

Menemukan kenikmatan dalam Perbedaan

Oleh: Mohamad Istihori

"Innaa kholaqnaakum min dzakarin wa ungsaa syu'uuban wa qobaaila lita'arofuu."

"Sesungguhnya Kami ciptakan kamu sekalian terdiri atas laki-laki, perempuan, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa (berkabilah-kabilah) hanyalah semata-mata agar kalian mau saling mengenal, memahami, dan mengerti antara satu dengan yang lain."

Jadi apapun perbedaan yang kita miliki sebenarnya itu adalah tantangan dari Allah agar kita mau peduli dan mengenal saudara kita apapun warna dan pilihan hidupnya.

Keragaman pemikiran, karakter, sikap, profesi, dan mental dalam sebuah keluarga seharusnya bisa, meminjam istilah Komaruddin Hidayat, "memperluas horizon pemikiran kalau saja disikapi dengan cerdas, tulus, dan bijak."

Sayangnya ketiga komponen yang disebutkan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di atas:
1. Kecerdasan
2. Ketulusan, dan
3. Kebijakan
belum benar-benar kita miliki. Sehingga kita tidak siap menerima perbedaan. Hidup kita jadinya mudah curigaan, gampang bermusuhan, dan lebih bangga kalau bisa mengalahkan saudara kita yang berbeda keyakinan.

Padahal dengan ketiga hal di atas kita memiliki peluang untuk menjadikan perbedaan sebagai rahmat (sumber cinta dan kasih sayang) sebagaimana harapan Rosulullah: "Ikhtilaafu ummatii rohmatun." Bahwasanya perbedaan yang dimiliki umatku merupakan sebuah rahmat.

Kita menilai perbedaan sebagai alasan untuk berpisah. Kita merasa tidak nyaman dan sama sekali tidak bisa menemukan kenikmatan ketika menjalin persahabatan (relationship) dengan saudara kita yang berbeda pemahaman.

Hal inilah yang sangat dimanfaatkan oleh segelintir kelompok yang mengharapkan kehancuran bangsa kita. Kita sangat mudah diadu domba oleh perkara-perkara yang sepele dan remeh-temeh.

Kalau di zaman penjajahan Belanda bangsa Indonesia dipecah belah melalui perbedaan suku melalui dibentuknya Jong Java, Jong Ambon, dan lain-lain maka sekarang kita sedang dihancurkan secara perlahan-lahan dan di luar kesadaran kita dengan dibentuknya banyak partai politik.

Kalau sistem multi partai ini tidak didampingi kecerdasan, ketulusan, dan kebijakan kita hanya tinggal menunggu kehancuran bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar