Pages

Kamis, 04 Juni 2009

Stenly Patah Hati, Stenly Mencari Cinta Sejati Lagi

Jogjakarta, Rabu, 030609

Stenly Patah Hati,
Stenly Mencari Cinta Sejati Lagi

Oleh: Mohamad Istihori

Silahkan kau bohongi diri
Silahkan kau tutupi
Monggo alihkan hatimu dari cinta
Tapi kau tidak akan pernah bisa memusnahkannya

Karena cinta sejati
Tak akan mati
Kecuali kau rela bohongi diri
Setiap hari

Cinta bukan sekedar kata
Bukan sebatas di sms atau di telepon saja
Dia adalah perjuangan untuk tetap setia
Dalam suka maupun duka

Jangan hanya mau suka
Jangan cuma mau senang saja
Itu habis manis sepah dibuang namanya

Ada uang abang disayang
Nggak punya uang abang ditendang
Sungguh malang

Cinta itu unsur kehidupan yang membuat manusia
Tampil dan bicara apa adanya
Saling pengertian, saling percaya
Tanpa rekayasa
Apalagi terdapat dusta

Cinta adalah barang langka bagi masyarakat masa kini
Cinta menempatan urutan paling doncit dalam semua obsesi

Tidak ada lagi yang tertarik untuk memperjuangkan cinta
Karena hal itu sama sekali tidak berguna
Tak mendatangkan harta
Tak memberikan tahta dan kuasa

Apa kamu harus menikah dulu dengan orang lain
Baru kau bisa yakin betapa aku mencintaimu?

Maka tolong jangan ngomongin cinta lagi
Karena itu topik yang sudah tidak up to date dan basi
Lebih baik kita bahas:
Karir
Jabatan
Jumlah kekayaan
Dan, segala hal selain cinta

Cinta sudah pergi
Tak mungkin kembali

Cinta sekarang sudah bisa dipesan
“Di toko atau supermarket cinta” milik calon mertua
Diperjualbelikan
Ditransaksikan
Tanpa proses saling kenal
Yang penting harga pas
Semua lancar

Stenly yang patah hati berkata:

Aku sudah tak percaya lagi air mata wanita
Kecuali air mata bunda
Aku juga masih tidak percaya
Kalau aku menangis hanya karena wanita

Kecuali aku melihat ibu berduka
Maka bercucuranlah air mata

Stenly memang patah hati
Tapi tidak sakit hati

Dia hanya membutuhkan waktu dan ruang yang lebih fresh
Untuk untuk menyembuhkan luka patahan hati itu
Jangan khawatir karena
Luka itu tak akan lama

Sebentar lagi juga akan pulih kembali
Kumpul-kumpul lagi sebagaimana biasa

Tolong beri kesempatan lagi kepada Stenly untuk berujar:

Kau memang benar
Aku ini lelaki kurang ajar
Pria yang tidak terpelajar

Aku lelaki yang ngebetein
Terlalu serius jadi ngeselin
Terlalu formal jadi ngebosenin
Nggak asyik dan nggak fun banget gitu loh!

Maka Stenly sudah tidak percaya lagi dengan para pelaku cinta. Yang masih ia percaya adalah cinta itu sendiri. Terhadap dirinya sendiri saja ia sudah tidak percaya apakah dirinya masih mampu untuk menjalani hidup dengan cinta. Atau sendiri saja selamanya? Kayak biksu dan pendeta aja!

Meskipun sebenarnya ia tahu, sebagaimana kata Bang Oma I, “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga.” “Jangankan bunga di taman hatiku. Kini rumput saja sudah tak ada.” kata Stenly.

“Segalanya kering kerontang sekarang. Entah kapan bunga cinta itu akan tumbuh kembali dalam taman hatiku? Aku hanya bisa menanam benih-benih itu sekarang. Di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.”

Biarkan Stenly berpuisi seperti ini:

Aku adalah lelaki yang sangat kejam
Di tangan kananku pisau tajam siap menghujam
Di tangan kiriku meraim
Aku lelaki yang sama sekali tak berperasaan dan penuh dendam

Maka jangan kau coba dekati aku lagi

Aku orang miskin
Sangat tak pantas bersanding denganmu
Apalagi sampai menikah, menjadi pendamping hidup, dan hidup bersama

Kau akan menderita
Tak akan bahagia
Susah, sengsara
Cape perasaan dan lelah hati
Kalau kau jadian denganku

Kalau kau menganggap aku orang yang sudah baik
Maka kau salah
Karena aku adalah orang yang masih belajar untuk menjadi orang baik

Aku juga bukan pria yang memahami agama
Sebagaimana yang kau kira

Maka jangan sekali-kali terbetik dalam hatimu
Untuk mengajakku bertemu dengan orang tuamu, ibumu
Karena mereka pasti akan menolakku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar