Ahad, 120709
Kelembutan, Keperkasaan, dan Kebijaksanaan
Oleh: Mohamad Istihori
Lambang wanita adalah kelembutan. Sedangkan lambang lelaki keperkasaan. Namun demikian jangan sekali-kali menyamaratakan antara kelembutan dengan kelemahan. Kelembutan dan kelemahan adalah dua variabel yang berbeda dan sama sekali tidak ada hubungannya.
Maka wanita yang lembut bukan berati lemah. Wanita dengan segala potensi kelembutan yang Allah karunikan kepadanya, kalau ia mau memaksimalkan kelembutannya itu justru itu bisa menjadi kekuatan hidupnya dan bisa menjadi "senjata utama" yang bisa ia manfaatkan untuk mengalahkan dan menaklukan siapa saja.
Wanita lemah tidak semua lembut. Ada wanita yang "kasar", judes, galak, dan sangar (wah pokoknya pas banget kalau dia masuk ROMUSA alias "Rombongan Muka Sangar") namun itu semua justru ia lakukan untuk menutup-nutupi kelemahannya.
Dan, keperkasaan tidak selamanya merupakan keunggulan. Jika keperkasaan yang dimiliki lelaki tidak disikapi dengan kerendahan hati maka itu justru menunjukkan kekerdilan karakter dan pribadinya.
Jika kelembutan dan keperkasaan ini bisa dikombinasikan dengan ukuran dan takaran yang pas maka kita akan menemukan kebijaksaan. Maka wanita yang lembut sudah semestinya belajar tentang keperkasaan lelaki. Dan, lelaki yang -katanya- perkasa juga harus belajar dari kelembutan wanita.
Jika setiap wanita mau belajar dengan setiap lelaki, dan begitu pun sebaliknya, setiap lelaki mau belajar kepada setiap wanita maka kehidupan manusia akan dipenuhi dengan kebijaksanaan.
Kehidupan yang penuh dengan kebijaksanaan akan melahirkan perdamaian dan kenyamanan hidup. Maka tidak heran kalau lelaki dan wanita seperti ini kelak dipersatukan Allah dalam suatu ikatan abadi yang bernama pernikahan maka ia akan sangat mudah untuk mengaplikasikan rumus sakinah, mawaddah, dan rohmah dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar