Pages

Senin, 14 September 2009

Dik Doank Bukan Cuma Ngomong Doang

TIM, Jum'at, 11 September 2009

Dik Doank Bukan Cuma Ngomong Doang

Oleh: Mohamad Istihori

Saya sangat tidak menyangka bahwa yang berbicara di hadapan saya malam ini adalah seorang Dik Doank. Sepengetahuan saya yang sangat terbatas ini, saya cuma tahu bahwa Dik Doank itu seorang penyanyi, artis, selebritis, pokokna mah nu kararitu deh.

Ternyata prediksi saya tentang seorang Dik Doank selama ini meleset. Bisa juga karena saya jarang nonton TV jadi agak kurang mengikuti perkembangan. Malam ini dengan sangat fasih dan meyakinkan Dik Doank menyampaikan beribu-ribu hikmah kepada para jama'ah.

Materinya sangat menarik, mudah dicerna, disampaikan dengan bahasa sederhana, tentu saja dibantu dengan beberapa kecanggihan teknologi yang menambah kekhusyuan pembicaraan penggagas Kandang Jurank Doank tersebut.

Sayangnya saya dan tiga teman santri lainnya datang agak terlambat. Karena ada beberapa kewajiban yang harus kami tunaikan malam ini. Begitu saya sampai acara sudah dimulai. Para jama'ah pun terlihat sudah memadati tempat yang telah disediakan panitia acara.

Tapi ada beberapa poin yang sedikit saya tangkap dari pembicaraan Dik Doank. Saya tahu yang disampaikan Dik Doank pasti lebih padat, rinci, jelas, dan menarik. Dan, satu hal lagi yang lebih penting adalah apa-apa yang disampaikan Dik Doank bukan semata-mata dia belajar dari buku atau guru. Tapi nilai-nilai yang ia ajarkan itu telah ia laksanakan sendiri dan dengan sangat indah dan nyeni dia aplikasikan kepada para sahabatnya yang mau bergabung dan belajar di Jurank Kandang Doank.

Tapi setidaknya ada satu-dua poin yang semoga saja bermanfaat dan bisa memberikan hikmah, khususnya buat penulis dan umumnya untuk sidang pembaca.

1. Pendidikan kita selama ini menjadikan kita bangsa penjiplak dan peniru. Bukan pencipta dan penemu. Anak-anak kecil dibunuh daya kreasi dan imajinasinya dengan "dipaksa" belajar membaca, menulis, dan berhitung.

Iya namanya anak-anak bisa saja. Padahal usia mereka semestinya diberi ruang dan waktu yang lebih luas untuk menggambar. Karena segala penemuan besar yang ada di dunia ini diawali dengan menggambar. Setelah digambarkan/diimajinasikan baru ditulis dan dihitung.

2. Sebagai orang tua jangan hanya bisa berperan sebagai orang tua tok. Jadilah sahabat dan kekasih untuk anak-anak kita dalam belajar, bermain, dan dalam segala aktivitas mereka yang memungkinkan kita bisa lebih dekat, akrab, dan yang lebih penting lagi adalah mengenal mereka.

3. Dulu Ki Hajar Dewantoro menamakan tempat pendidikannya bukan sekolah tapi taman siswa. Karena Indonesia inikan sangat kaya dengan sumber daya alamnya. Maka anak-anak diajak bermain sambil belajar di bawah pohon, di atas rumput hijau, dan mengenal alam lebih dekat.

Tidak seperti sekolah yang kita kenal sekarang yang sangat jauh dari alam. Maka ketika anak-anak menyelesaikan pendidikannya mereka sangat asing dengan alam Indonesia, ada yang sangat kebarat-barat, bahkan ada yang jijik kalau berbau Indonesia. Padahal dia sendiri orang Indonesia.

4. Mohon perhatikan tahapan usia seseorang sesuai dengan kebutuhannya berikut ini:

- Usia 1-7 tahun adalah masa bermain.

- Usia 7-14 tahun merupakan usia belajar (usia emas).

- Usia 14-21 tahun adalah usia bersahabat, bergaul, dan bersosialisasi.

- Usia 21-27 tahun adalah usia bekerja, dan

- Usia 27-dan seterusnya merupakan usia menikah.

5. Hidup adalah momen. Maka orang hebat tidak akan melewatkan momen sekecil apapun.

Itulah sidang pembaca lima poin penting yang bisa saya tulis. Meski sangat sedikit dari sekian banyak yang disampaikan Dik Doank, sekali lagi, semoga ada manfaat dan hikmahnya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar