Bali, Kamis, 3 September 2009
Tiga Jenis Kematian
Oleh: Mohamad Istihori
Sebelum memaparkan apa yang hendak saya paparkan, mengurai apa yang ingin saya uraikan, dan menuliskan apa yang memang bisa saya tuliskan, saya sampaikan duka da kesedihan yang mendalam kepada semua pihak yang terkena gempa 7,3 SR kemarin, Rabu, 2 September 2009.
Semoga mereka yang meninggal dunia diterima di sisi Allah SWT. Dan, mereka yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan oleh Allah SWT. Amin.
Pada Kenduri Cinta (KC) di Kandang Jurang Doank (KJD) beberapa minggu yang lalu Cak Nun menjelaskan bahwa ada tiga jenis kematian. Pertama, kematian yang dikehendaki Allah. Kedua, kematian yang diizinkan Allah. Dan, ketiga, kematian yang dibiarkan Allah.
Pertama, kematian yang dikehendaki Allah adalah kematian yang pure, murni atas kehendak Allah tanpa campur tangan manusia sedikit pun, manusia (siapa pun dia, sekuat apapun dia, sehebat apapun dia, sekaya apapun dia, seberkuasa apapun dia, setinggi apapun jabatannya, secanggih apapun teknologinya, sepandai apapun dia, atau setampan/secantik apapun dia) sedikit pun tidak akan mampu mencegahnya.
Saudara-saudara kita yang meninggal pada gempa kemarin masuk ketegori mereka yang meninggal dunia karena kehendak Allah. Karena amr Allah (perintah Allah) itu kalau memang sudah menjadi kehendak-Nya (irodah-Nya) maka Allah tinggal berkata: "Kun! Fa yakun." Jadilah! Maka jadi. Innamaa amruhu idzaa aroda syaian an yaquula lahu kun fa yakun.
Kedua, kematian yang diizinkan Allah adalah mereka yang terbunuh. Contoh konkretnya adalah meninggalnya Mbah Surip yang dibunuh oleh industri hiburan kapitalisme nasioanal adalah termasuk kematian yang diizinkan Allah.
Dan, ketiga, kematian yang dibiarkan Allah adalah mereka yang mati karena bunuh diri. "Kasihan banget iya orang yang matinya bunuh diri. Masa dicuekin, diacuhin, dan dibiarin gitu aja oleh Tuhan?"
Iya gimana mereka yang mati bunuh diri nggak dibiarkan, bukankah Allah telah mengatakan, wa laa tayasuu min rohmatillah. Janganlah sekali-kali kamu putus asa dari kasih sayang Allah.
Puncak atau klimaks putus asa yang paling full bisa dilakukan anak manusia adalah bunuh diri. Mereka yang bunuh diri adalah mereka yang merasa sudah tidak memiliki harapan lagi. Merasa sudah tidak ada lagi tempat bersandar. Merasa cuma dia doang yang susah hidupnya.
Padahal kasih sayang Tuhan menghampar di mana-mana, di mana saja, dan kapan saja. Cuma dia aja yang kurang melatih sensitivitas hati dan logika akalnya untuk merasakan kasih sayang Tuhan yang melimpah ruah itu. Makanya dia bunuh diri deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar