Bali, Kamis, 3 September 2009
Bibit Unggul, Tanah Subur, dan Perawatannya
Oleh: Mohamad Istihori
Tulisan ini sebenarnya adalah pendalaman dari tulisan sebelumnya yang berjudul "Para Petani Allah" (PPA). Ada teman yang iseng berkata, "PPA? Para Pencari Allah iya?"
"Bukan" kata saya.
"Oh kirain PPA itu Para Pencari Allah. Masa ada orang nyariin Allah, nyariin Tuhan. Emang dia nggak ngerasa apa kalau Allah itu selalu ada di hadapannya? Pantesan aja pada asyik-asyikan maksiat karena nggak ngerasa ada Tuhan di mana pun wajah kita berpaling sih."
Udah kita tinggalin sejenak "ocehan" sahabat saya itu. Kita kembali fokuskan pembicaraan pada bibit unggul, tanah subur, dan perawatannya. Pada PPA dijelaskan bahwa bibit unggul itu amal shaleh, pada tanah subur itu keimanan, dan pada perawatan itu evaluasi (muhasabah) dengan ketakwaan.
Kali ini saya hendak memperdalam lagi bahwa bibit unggul amal shaleh itu terangkum dalam rukun Islam yang lima (Syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji) dalam arti seluas-luasnya. Atau dengan kata lain tingkat pertama adalah Islam. Orang Islam kita sebut muslim.
Kedua tanah subur keimanan. Orang beriman disebut mukmin. Ketiga perawatan amal dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kalau yang setia dan konsisten kayak gini sangat pantas kita julukin muttakin (orang yang bertakwa).
Di Indonesia bolehlah mayoritas muslim. Dan, kebanyakan kita Islamnya adalah Islam keturunan. Islam karena kedua atau salah satu orang tua kita Islam. Maka yang sangat patut disayangkan adalah kita ber-Islam hanya sebatas yang kita lihat dari orang tua kita.
Kita ber-Islam baru sebatas Islam budaya ikut-ikutan bukan berdasarkan apa yang kita baca dan pelajari. Segala aktivitas ke-Islam-an kita akhirnya gersang dan kering kerontang karena tidak tumbuh di atas tanah subur keimanan.
Makanya jangan aneh kalau ada orang pergi sholat Jum'at, pulangnya nyolong sendal Pak RW setempat. Ada orang puasa, ketangkep basah, lagi mandi basah sama selingkuhannya yang rekan sekerja di hotel sebelah pom bensin. Ada orang yang ceramah ke mana-mana tapi di kantornya dia korupsi dalam jumlah milyaran rupiah.
Wah pokoknya kalau kita kurang-kurang pengetahuan, pendalaman, dan perenungan atas pengalaman kita sehari-hari yang kita alami sendiri maka kita akan merasa sangat kebingungan mendengar peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian kontradiktif seperti di atas.
Ketika seorang muslim beramal tanpa tumbuh di atas tanah keimanan maka muncullah idiom STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan). Maka mustahil dia mencapai derajat tertinggi yang ditawarkan Allah kepada manusia yaitu takwa.
Loh gimana orang Islam mampu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya kalau unsur keimanan yang ada di dalam jiwa tak kunjung mereka gali? C (spasi) D. Capek Deh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar