Cibubur, Kamis, 051109
Margin Moril
Oleh: Mohamad Istihori
Betapa asyik mendengarkan hikmah Dhuha yang disampaikan oleh Bapak Heria Widya pagi ini di Madani Mental Health Care. Judul yang Pak Wid-demikian beliau biasa disapa-sampaikan kali ini adalah Margin Moril (MM).
Bagi Pak Wid MM adalah budi pekerti, akhlaq, atau prilaku. Termasuk di antara prilaku manusia adalah tutur kata atau bahasanya. Prilaku manusia lahir dari pola pikirnya atau dari segi kognitifnya.
Margin itu sendiri berarti adalah nilai. Margin terbagi menjadi dua. Pertama, profit margin (nilai positif). Dan, kedua, loss margin (nilai negatif).
Pertanyaan yang kemudian timbul pagi ini adalah bagaimana manusia bisa menghapus potensi nilai negatif yang ada di dalam dirinya? Karena setiap manusia memang memiliki potensi nilai negatif dalam dirinya.
Ada setidaknya empat poin yang Pak Wid tawarkan agar manusia bisa menghapus margin moril negative dalam dirinya. Pertama, zikir. Kedua, sholat. Ketiga, iman. Dan, keempat adalah puasa.
Dengan keempat poin di atas maka jika ada suatu kejadian yang tidak mengenakkan yang menimpa kita maka kita tidak akan mudahnya dengan serta-merta menyalahkan orang lain apalagi sampai menyalahkan Allah SWT. (Na'udzu billahi min dzaalik).
Berkenaan dengan hal ini Pak Wid membacakan surat at Tahrim (66) ayat 8. Yaa ayyuhal ladziina amanuu tuubuu ilallahi taubatan nasuuhaa. "Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kamu sekalian dengan taubat yang sebenar-benarnya."
Kalau manusia tidak mau taubat nasuha maka prilakunya akan terus selalu melanggar perintah Allah dan output-nya adalah moril margin negative.
Maka dari itu kita jangan pernah berhenti berharap bahwa Allah pasti memberikan kita hidup yang lebih baik, diberi penghidupan, keahlian, dan skill yang semakin baik sampai meninggal dunia pun kita berusaha dalam keadaan baik (husnul khotimah).
Jangan sampai kita menjadi orang yang apriori. Apriori itu sendiri berasal dari dua kata. A (tidak). Priori (prioritas/arah/tujuan/maksud). Jadi apriori adalah orang yang linglung, berjalan nggak tahu ke mana arah, nggak punya sikap, dan nggak punya pedoman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar