Pages

Kamis, 24 Desember 2009

Menerjang Ombak, Menerjang Kehidupan

Kepulauan Seribu, Jum'at, 251209

Menerjang Ombak, Menerjang Kehidupan

(Sebuah Refleksi dari Rapat Akhir Tahun "Fokus" Madani Mental Health Care di Villa Delima Kepulauan Seribu dari Kamis-Sabtu, 24-26 Desember 2009)

Oleh: Mohamad Istihori

Kalau, seandainya, jikalau, andai kata, nenek moyang kita dulu merasa takut menerjang besarnya gelombang lautan, besarnya ombak, dan badai maka niscaya tidak akan pernah ada dalam catatan sejarah kita adanya kerajaan-kerajaan masa silam seperti Samuderai Pasai, Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Kesultanan Banten, Cirebon, dan lain sebagainya.

"Nenek moyangku seorang pelaut!" itulah kira-kira motivasi yang saya dapatkan untuk sedikit memberanikan diri ikut bersama teman-teman Madani Mental Health Care pada pagi Jum'at, 25 Desember 2009 ini.

Kami menyebut agenda hari ini adalah acara keliling pulau. Start dari Pulau Pramuka menuju beberapa pulau yang ada di Kepulauan Seribu seperti Pulau Kelapa (kemungkinan di sanalah kami akan mendirikan Sholat Jum'at), Pulau Air, Pulau Semak Daun, Pulau Bidadari, Pulau Untung Jawa, dan pulau-pulau lainnya.

Saya sendiri tidak tahu ke mana perahu ini akan menuju secara tertib dan berurutan. Akan ke mana sajakah perahu yang kami tumpangi ini akan berlabuh.

Karena bagi saya hal itu tidaklah terlalu penting. Yang terpenting bagi saya pribadi adalah menikmati deru mesin perahu, semilir angin yang bisa dikatakan sudah tidak lagi bertiup sepoi-sepoi namun saat ini bertiup agak kencang sehingga ombak dan gelombang lautan pagi ini pun lumayan membuat hati saya dag-dig-dug-der.

Suasana semakin semarak ketika perjalanan kami di tengah gelombang lautan kali ini disambut dengan sekawanan lumba-lumba yang berlompat gembira.

Ya Allah sungguh asyiknya gelombang dan ombak lautan-Mu pagi ini. Penuh tantangan tapi sekaligus mengasyikkan. Iya begitulah juga gambaran kehidupan.

Belum lagi kalau saya kaitkan dengan perjalanan Rapat Akhir Tahun MMHC yang diadakan tadi malam yang dimulai sekitar pukul 21.00 sampai dengan pukul 03.00 WIB.

Menjadi seorang konselor di MMHC bagi saya sama seperti kita mengarungi lautan yang penuh dengan gelombang dan ombak yang siap menerjang.

Pengalaman-pengalaman yang sudah saya dapat selama dua tahun menjadi seorang konselor di MMHC seperti santri kabur, kontak fisik dengan santri yang mengalami halusinasi tingkat tinggi, komplen dan keluhan dari orang tua santri yang menghakimi, dikibulin santri NAZA saat home care di luar kota merupakan "gelombang dan ombak" yang saya dapatkan di MMHC.

Semua kadang membuat saya sedih. Tapi, seperti ombak tadi, kalau kita bisa menghikmahi dan mengambil pelajaran dari semua pengalaman tersebut, insya Allah, kita akan mendapat kepuasan batin yang tidak terkirakan.

Sebuah kepuasan batin yang belum tentu didapatkan kalau seandainya saya bekerja di tempat lain meski dengan pendapatan per bulan puluhan juta rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar