Jum’at, 14 September 2012 02:22 WIB
Tuhan Itu Pusat Kebenaran
Sudah merupakan
kebiasaan Kiai Jihad dan Mat Semplur pulang pengajian sampai larut malam/dini
hari. Pun Jum’at dini hari ini. Saat penduduk Jakarta tertidur dengan sesekali
terbangun karena gigitan nyamuk yang menghisap darah mereka, Kiai Jihad dan Mat
Semplur justru berada di tengah jalan raya Ibu Kota yang sangat sepi dengan
dingin dan bau menyengat yang khas.
Pada ”lampu merah” pertama Kiai Jihad menghentikan sepeda
motor bututnya. Mat Semplur komen, “Loh kok malah berhenti sih Pak Kiai?”
“Ya kan lampu merah. Bukankah kalo lampu merah itu setiap
pengendara diwajibkan berhenti.” Jawab Kiai Jihad.
“Tapi kan sekarang nggak ada siapa-siapa Kiai. Polisi mah
jam segini juga udah pada molor. Jadi udah Kiai, embat aja biar kita cepet
sampe. Nih cacing dalam perut ane lagi pada demonstrasi.” Usul Mat Semplur.
“Saya mentaati rambu-rambu lalu lintas ini bukan karena
polisi tapi karena saya hanya belajar untuk taat pada apa yang sudah saya
ketahui. Orang yang melanggar apa yang ia telah ketahui itu berarti
mengkhianati kebenaran yang berlaku dalam dirinya. Dan, itu berarti pula ia
telah berkhianat pada Tuhannya.
Tapi memang demikianlah perilaku kebanyakan manusia sekarang.
Dan, akan semakin sedikit orang yang setia pada pengetahuan dan kebenaran yang
telah ada pada dirinya. Orang telah dengan tidak sengaja atau bahkan dengan
sengaja mengkhianati kebenaran yang berlaku di dalam dirinya ketika ia merasa
tidak ada siapa-siapa lagi di sisinya.
Maka sangat wajar kalau wakil-wakil kita yang sedang
melakukan kunjungan kerja (kunker)/perjalanan dinas baik di dalam negeri atau
yang di luar negeri itu kebanyakan tidak peduli-peduli amat dengan maksud dan
tujuan kunkernya.
Yang mereka observasi pertama kali justru adalah tempat
pelacuran, wilayah di mana tari striptes digelar atau belanja-belanji dengan
pengeluaran yang sangat besar. Bahkan yang update
sekarang adalah mereka justru asyik menikmati sungai daripada harus
menyelesaikan misi utama kunkernya.” Ujar Kiai Jihad sambil “narik gas” karena
lampu hijau telah menyala.
(Mohamad Istihori: Orang Maiyah)
Sumber gambar: http://adistiar-feb06.web.unair.ac.id/artikel_detail-49966-Umum-Integritas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar