Cibubur, 08 Januari 2010
Sifat-sifat Yahudi
Oleh: Mohamad Istihori
Kali ini yang akan kita bahas adalah Tafsir Jalalain tentang surat an Nisa lanjutan ayat 46. Dalam ayat tersebut disebutkan sifat-sifat jelek bangsa Yahudi.
Pertama, yuharrifuunal kalima 'am mawaadhi'ihi.
Mengubah maksud suatu kalimat (ayat Allah) dari pengertian sebenarnya. Hal ini dilakukan oleh mereka hanya untuk mencari pembenaran bukan mencari kebenaran.
Dengan pembenaran inilah maka mereka merasa tidak berdosa melakukan segala kemaksiatan dan kezaliman karena merasa melakukan suatu pekerjaan berdasarkan perintah Tuhan.
Kedua, wa yaquuluuna sami'naa wa 'ashoynaa. Gua dengerin tapi nggak bakalan gua taatin.
Wa law annahum qooluu sami'naa wa atho'naa wasma' wandzurnaa lakaana khoral lahum wa aqwama.
Kita mah jangan sampai memiliki sifat-sifat kayak gitu. Yang harus kita miliki adalah sifat-sifat sebagai berikut:
Pertama, sami'naa wa a-tho'naa. Mendengar dan mentaati.
Idkhoolus suruur ilas shuduur. Memasukkan kegembiraan ke dalam hati manusia.
Kisah seorang anak yang sedang bisulan dengan bapaknya. Suatu hari seorang anak yang sudah lama tidak pulang, kembali ke rumah orang tuanya.
Begitu sampai di rumah sang bapak dengan sangat senangnya menyambut anaknya tersebut. Sampai-sampai ia memukul pantat anaknya tersebut tanpa ia sadari.
Begitu dipukul, sang anak berteriak kesakitan. "Aduh!" teriak sang anak.
"Loh kenapa wahai anakku? Apa yang terjadi gerangan dengan kamu sesungguhnya?" tanya sang bapak keheranan melihat anaknya kesakitan.
"Bapak gimana sih pantat saya kok ditepak kenceng banget. Emang nggak tahu apa pantat saya lagi bisulan?" ujar sang anak dengan penuh kekesalan.
"Oh pantat kamu lagi bisulan toh? Kenapa kamu nggak bilang-bilang?"
"Gimana saya bisa bilang orang bapak aja nggak nanya-nanya dulu. Main tepak aja."
Dari kisah di atas, siapakah yang patut untuk disalahkan? Bapak yang nggak nanya anaknya? Atau justru anaknya yang tidak segera memberitahukan dan curhat pada bapaknya bahwa pantatnya bisulan?
Kedua (sifat yang harus kita miliki), wasma'. Perhatikan bukan malah minta perhatian.
Ketiga, wandhzurnaa.
Mengapa sudah banyak ajaran, teori, rumus, nasihat yang datang menghujam kepada kita tapi masih saja kita tetap mendapatkan laknat dari Allah? Hal ini semua dikarenakan "kekufuran kita".
Semua orang kalau ditanya dan pasti selalu bercita-cita mau jadi orang benar. Tapi mengapa kok masih ada saja orang yang nggak benar?
Wa laakil la'anahumullahu bikufrihim falaa yu-minuuna illa qoliilaa.
Huruf ba pada kalimat bikufrihim adalah ba sababiyah. Maka maksud ayat di atas adalah: adanya laknat Allah yang menimpa mereka disebabkan kekufuran mereka.
Kemudian dilanjutkan falaa yu-minuuna illa qoliilaa, yang artinya maka mereka itu tidak beriman kecuali sedikit.
Maka beruntunglah orang-orang atau golongan yang sedikit. Makanya tidak aneh kalau Rosul berdo'a: allahummaj'alnii minal qoliil. Ya Allah jadikan dan masukkanlah aku termasuk dari yang sedikit.
Maka dalam al Quran sering disebutkan aktsaruhum laa yu-minuun atau aktsaruhum laa yatafak-karuun. Kebanyakan mereka tidak beriman, kebanyakan mereka tidak berpikir, dan kebanyak-kebanyakan yang lainnya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar