Yayasan
al Hidayah, 29 Agustus 2013
Dalam
ajaran Islam kita tidak diperkenankan melakukan sesuatu kecuali diawali dengan
lafadz Basmalah (Bismillahir rohmaanir rohiim). Selama ini kita memahaminya
selewat saja tanpa ada usaha untuk memahami, mendalami, menyelami dan
menafsirkan lebih dalam ajaran tersebut.
Banyak
ajaran yang dikira hanya peristiwa Fiqih saja padahal bisa jadi ia juga
merupakan peristiwa Psikologi. Ini dikarenakan banyak orang mengira Fiqih itu pelajaran
agama dan Psikologi adalah pelajaran umum. Padahal sebenarnya tidak ada ilmu
yang tidak agama. Semua ilmu adalah pelajaran agama karena ia berasal dari satu
sumber yaitu yang telah menciptakan agama untuk semua makhluk.
Dalam
perkara ini kita sudah tertipu oleh mereka yang berusaha memisahkan ilmu secara
keseluruhan menjadi ilmu yang terpecah-belah. Namun saya tidak akan
memperpanjang perihal keterpecahan ilmu yang dialami umat masa kini.
Dalam
ilmu psikologi kita tidak boleh mengerjakan sesuatu yang tidak kita cintai. Kalau
kita bekerja tapi hati kita mangkel nan ngegerundel maka lama kelamaan ia akan
berdampak negatif bagi kesehatan jiwa kita.
Jadi
manusia itu terbagi menjadi dua golongan di dalam bekerja/beramal. Ada tipe
pekerja dan ada tipe pecinta. Tipe pekerja tidak akan melakukan pekerjaan
kecuali jelas berapa bayarannya, berapa gajinya, berapa keuntungannya. Kalo ia
bekerja tidak dapat materi maka ia akan kecewa dan sakit hati.
Sedangkan
tipe pecinta adalah mereka yang bekerja atas dasar cinta. Atas rasa syukur dan
terima kasih pada pihak di mana ia bekerja dan terutama pada Allah. Jadi “tidak
dapat apa-apa” itu sama sekali tidak akan mampu mengecewakan hatinya. Bahkan ketika
mendapatkan sesuatu yang menyengsarakan hidupnya ia tetap mampu mengambil
hikmah dan ilmu.
Semakin
hari saya rasakan semakin berkurang tipe manusia pecinta di Yayasan al Hidayah.
Yang datang dan pergi adalah tipe pekerja. Dulu para sahabat Yayasan ngepel,
masak, ngaji, yasinan, mawarawisan dan melakukan segala macam aktivitas di
Yayasan adalah berdasarkan cinta mereka kepada Yayasan, kepada Mu`allim Yana
Jihadul Hidayah dan terutama atas dasar cinta mereka kepada Allah SWT.
Dan
justru karena mereka melakukan setiap pekerjaan dengan senang hati dan sepenuh
hati, itu yang namanya rezeki datang dari segala macam penjuru. Beras melimpah.
Uang lauk melebihi anggaran.
Namun
kini mereka tidak mau nyapu dan ngepel Yayasan kecuali ada kejelasan gaji. Kalo
gajinya kecil, semakin malas bersihin Yayasan. Tidak ada cinta di hati mereka. Yang
ada adalah urusan kerja dan gaji.
Kalo
diundang tahlilan tidak jelas akan mendatangkan keuntungan materi mereka menolak.
Mau pun berangkatnya nggak semangat dan ogah-ogahan.
Manusia
zaman sekarang sudah semakin tidak percaya dengan pahala. Karena pahala bagi
mereka tidak bisa memberikan mereka HP BlackBerry atau android. Pahala tidak
bisa melunasi kredit motor mereka.
Mereka
sibuk mengejar dunia. Padahal manusia tidak punya kemuliaan kecuali dunia-lah
yang ngejar-ngejar mereka. Manusia itu mulia. Dunia itu hina. Maka yang
hina-lah yang sepatutnya mengejar yang mulia. Ketika yang mulia mengejar
sesuatu yang hina yang bernama dunia maka dia akan menjadi lebih hina dari yang
sudah hina.
Oleh
karena itulah mengapa manusia harus terus-menerus meningkatkan dan menambah
ilmu, pengamalan, pengalaman dan kemampuan sampai liang lahad. Itu agar ia
punya kepatutan dikejar-kejar job, diburu kerjaan dan disamperin dunia.
Tipe
manusia pecinta adalah para sufi yang hidup di masa kini. Mereka bukan pemalas.
Justru mereka adalah pekerja keras. Ia bekerja apa saja. Ia belajar semua ilmu.
Dan hanya kepada Allah-lah ia serahkan balasannya.
Itulah
mengapa sebelum melakukan segala sesuatu kita diajarkan untuk mengawalinya
dengan Bismillahir rohmaanir rohiiim. Dengan sifat Allah yang cinta-Nya meluas
dan melebar (ar Rohmaan) dan cinta-Nya yang mendalam dan meninggi (ar Rohiim).
Manusia
pecinta bekerja keras karena ia orang yang tahu berterima kasih pada orang yang
telah memberikannya pekerjaan. Maka ketika itu ia sedang mengaplikasikan sifat
ar Rohmaan-nya Allah yang memiliki cinta yang meluas dan melebar.
Manusia
pecinta juga bekerja keras karena ia bersyukur kepada Allah telah diberikan
kelengkapan akal pikiran sehingga dengan pikirannya itu ia bisa maksimal dalam
menjalankan rutinitas kerjanya dan ketika itu sebenarnya ia sedang mengamalkan
sifat ar Rohiim-nya Allah yang memiliki
cinta yang mendalam dan meninggi.
Manusia
pecinta adalah orang yang terus belajar dalam setiap apa yang sedang ia
kerjakan dan mempercayakan kecerdasan akal atasannya perihal gaji dan
sepenuhnya mengharapkan keluasan rezekinya Allah pada Allah yang bukan hanya
berupa materi.
Maka
sangat rasional sekali kalo Islam mengajarkan kepada kita bahwa setiap amal
yang tidak diawali dengan Bismillahir rohmaanir rohiim maka ia akan “terputus”.
Manusia yang tidak mampu mengaplikasikan lafadz Basmalah dalam setiap
pekerjaannya ia akan sering mengalami kekecewaan untuk lama kelamaan pada
akhirnya ia menjadi gila. Karena yang mendasari pekerjaanya bukanlah cinta tapi
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar