Ahad, 050409
Setia Pada Keyakinan, Setia Pada Kehidupan
Oleh: Mohamad Istihori
Segala puja dan puji bagi Allah yang sampai hari ini masih memberikan nikmat panjang umur kepada kita. Maka tak ada kata yang paling pantas untuk kita ucapkan selain, "al hamdulillahi robbil 'alamiin."
Maka kalau masih ada dosa yang belum kita taubati maka detik ini marilah kita mohon ampun kepada-Nya atas segala dosa dan kekhilafan yang pernah kita lakukan, "astaghfirullahal 'adziim."
Kalau sampai hari ini masih ada harapan dan cita-cita mulia yang belum juga kita raih maka dalam kehidupan dunia yang sangat singkat ini marilah kita tingkatkan usaha dan doa kita agar apa-apa yang menjadi harapan mulia kita bisa sesuai dengan kehendak Allah, "innamaa amruhu idza arooda syaian ayyaqulalahu kun fayakuun." Sesungguhnya perintah Allah itu kalau memang Ia berkehendak Dia tinggal berkata, 'jadi!', maka jadilah."
Kehidupan kita di dunia ini sangatlah singkat. Semua berjalan "tahu-tahu". Yang kemarin masih anak-anak tahu-tahu sekarang udah punya anak. Yang dulu hidupnya sengsara nggak karu-karuan eh sekarang tahu-tahu hartanya bertumpuk nggak karuan.
Yang kemarin jadi idola, disanjung-sanjung, dipuja-puja, dibangga-banggakan di setiap pertemuan hari ini tahu-tahu dihina orang, disingkirkan, dimarjinalkan, diacuhkan. Yang kemarin rajin sholat, setelah terkena dampak jebolnya bendungan Situ Gintung Ciputat, tahu-tahu sudah disholatin.
Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak menyegerakan diri kita untuk berbuat baik. Kita tidak boleh menunda-nunda dan berpikir terlalu panjang kalau kita mau berbuat baik.
Namun demikian bukan berarti kita melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. Kita tetap memerlukan ruang dan waktu untuk merenung dan berpikir sebelum melakukan sesuatu.
Hanya saja yang selama ini menjadikan faktor penyebab kita selalu dirundung kebingungan dan keraguan sebelum dan setelah kita mengambil keputusan itu karena kita tidak memiliki ukuran yang jelas untuk melakukan hal itu.
Sehingga jangan heran kalau keputusan kita malah menjadi bumerang yang membuat kita tidak bahagia, karena keputusan kita lahir dari proses berpikir dan merenung yang prematur serta kurang matang bahkan masih mentah.
Lalu apa sajakah yang bisa menjadi bahan pertimbangan atau ukuran kita sebelum mengambil sebuah keputusan?
Pertama, ketika kita hendak mengambil sebuah keputusan maka Allah harus menjadi unsur yang paling dominan dalam segala keputusan hidup yang akan kita ambil.
Artinya kalau Allah sudah menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan kita maka resiko apapun akan siap kita hadapi karena kita yakin Allah akan senantiasa menemani kita.
Kedua, akhirat dulu baru dunia. Utamakan kebutuhan kelak kita di akhirat yang abadi daripada harus bela-belain kebutuhan dunia yang sangat singkat dan sementara untuk mengambil keputusan.
Ketiga, utamakan unsur rohani daripada jasmani. Apapun keputusan yang akan kita ambil pahamilah kerohaniannya dulu daripada kita sibuk meneliti unsur-unsur jasmaninya.
Keempat, sebelum memutuskan sesuatu pikirkanlah dulu kepentingan dan perasaan orang lain daripada kepentingan dan keegoisan kita sendiri.
Kalau empat hal ini yang menjadi unsur utama pengambilan keputusan kita maka masalah apapun yang akan kita hadapi setelah kita memutuskan sesuatu kita tidak akan pernah mengeluh.
Mengeluh pun saja tidak pernah apalah lagi menyesal dengan keputusan yang sudah kita ambil. Sebesar apapun gelombang kalau empat hal di atas landasannya kita akan tetap tegar berdiri.
Hinaan, pengkhianatan, pendustaan, fitnahan, akan menjadi surga dunia tersendiri bagi orang yang yakin bahwa apapun yang dia lakukan itu bukan menuruti kehendaknya pribadi namun demi kemaslahatan sosial.
Orang-orang yang menghina, mendustai, mengkhianati, membuat kita jengkel, dan BT mereka melakukan itu karena mereka belum tahu bahwa sebenarnya yang sedang kita rintis perlahan-lahan ini juga untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama termasuk dirinya.
Maka syukurilah hidup ini dan setialah kepada keyakinanmu sendiri. Orang mau bilang apa tentang kita jangan terlau peduli dan terlalu diambil pusing. Meski kita juga tetap menampakkan hasrat untuk mendengar segala masukan, kritik, dan saran mereka. Karena mungkin saja dari sanalah hidayah Allah itu datang untuk kita.
Orang yang mau setia kepada kehidupan maka ia harus terlebih dahulu setia pada keyakinan. Bagaimana mau setia kepada kehidupan, lah wong pada keyakinannya sendiri saja dia tidak bisa setia?
Apa maksud setia kepada kehidupan? Maksud dari setia kepada kehidupan itu gini loh, kita kan kadang kalau sedang mendapat masalah yang sangat besar dan berat banget itu rasanya pengen banget bunuh diri.
Nah itu berarti bibit-bibit kita akan berkhianat pada kehidupan. Orang yang bunuh diri itu apapun alasannya adalah tipe orang yang tidak setia pada kehidupan makanya mereka bunuh diri.
Orang yang merasa kecewa dengan kehidupan, sakit hati, balas dendam, dan membenci adalah tunas-tunas pengkhianatan kita atas kehidupan yang puncak segala depresi dan stres manusia itu adalah bunuh diri atau jadi orang gila.
Kalau dia setia pada keyakinannya sendiri maka dia akan bisa mensyukuri hidup apapun masalah yang ia hadapai. Masalah ia syukuri karena dalam pandangannya masalah adalah anugerah berupa tantangan untuk meningkatkan lagi kualitas keyakinan yang selama ini ia perjuangkan.
So, selamat berjuang untuk setia pada keyakinan kita masing-masing agar penyakit mental tidak menggerogoti hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar