03 August 2012
Dibayar Kurang, Mereka Enggan
Berceramah?
Oleh: Hendra
Wardhana
Terjawab
sudah rasa ingin tahu saya selama ini mengenai kecenderungan sejumlah ustadz
tenar yang wara-wiri muncul di TV dengan mematok bayaran mahal tertentu. Memang
semua orang apalagi mereka yang berkarya berhak meminta hak atas tenaga, karya
dan pikiran yang telah mereka keluarkan. Namun jika itu seorang ustadz yang
bertugas sebagai pendakwah ?. Jawabannya mungkin beragam.
Adalah Teras
Tina Talisa, sebuah program talk show di Indosiar tadi malam yang menjawab itu
semua. Acara semalam menghadirkan tiga pendakwah yang terdiri dari seorang
ustadzah dan dua orang ustadz. Nama mereka tak usah saya sebutkan, saya yakin
banyak juga yang menonton, mereka juga cukup intens muncul di TV apalagi di
bulan Ramadhan ini.
Seorang dari
tiga pendakwah itu berpendapat kalau seorang ustadz harus “camera face”
sementara dua yang lain menjawab tidak. Masih ustadz yang sama, dia bersedia
dipanggil secara mendadak untuk berceramah menjelang berbuka meski harus
meninggalkan buka bersama keluarganya. Sementara dua yang lain tidak bersedia.
Lalu ustadz yang bersedia tersebut mengemukakan panjang lebar alasannya lengkap
dengan dalil-dalilnya. Di sinilah saya merasa aneh dengan penjelasan beliau.
Maaf, saya tidak meragukan ilmu agama beliau, apalagi dibandingkan saya yang
tidak ada apa-apanya. Namun saya merasakan penjelasan beliau seolah
“menyalahkan” pilihan kedua rekannnya. Memang berbeda pendapat itu boleh dan
wajar, namun tetap saja terasa aneh karna ini tentang sebuah kasus yang sama
dan dipandang berbeda oleh mereka.
Sebagai informasi saja, ustadz ini beberapa
waktu lalu pernah muncul di infotainment terkait kontroversinya yang meminta
uang muka dibayar terlebih dulu jika ada jamaah yang ingin mengundangnya.
Tapi
sebenarnya bukan itu yang paling mengejutkan saya. Sebuah pertanyaan dari Tina
Talisa yang harus dijawab dengan cepat oleh ketiga pendakwah itu menghasilkan
jawaban yang bagi saya mengagetkan.
“Bersedia
diundang tapi budget (pengundang) kurang ?”. Ketiganya kompak menjawab “TIDAK”.
Selama ini
sebagian dari kita mungkin sudah berfikir kalau pendakwah-pendakwah yang biasa
muncul di layar kaca tentu tak bisa dipanggil dengan biaya sedikit. Namun saya
belum pernah mendengar jawabannya langsung dari mereka. Dan semalam akhirnya
terklarifikasi sudah pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka memang mematok tarif
tertentu. Lebih jelas lagi, mereka TIDAK MAU jika bayarannya kurang atau tidak
sesuai dengan tarif yang dikehendaki.
Saya
termenung sebentar. Salahkah telinga saya ?. Ternyata tidak. Lantas apa alasan
mereka memilih demikian ?. Menurut mereka sebagian bayaran itu nantinya akan
mereka salurkan untuk kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim. Oleh
karena itu meskipun dinilai bayarannya mahal, sebenarnya itu bukan untuk diri
mereka sendiri semata.
Sungguh
mulia niat dan pikiran mereka. Tapi jujur saja, benak hati saya sampai tulisan
ini dibuat masih saja bertanya dan mencoba menemukan rasionalitas jawaban
mereka semalam. “Apa karena harus menyantuni anak yatim, mereka lalu meminta
bayaran tinggi lalu menolak jika bayarannya kurang ?”. “Apa itu berarti mereka
mengakui mereka tidak akan bisa menyantuni anak yatim jika bayaran dakwahnya
kurang ?”.
Entahlah,
semoga saja bukan itu yang terjadi karena sebelumnya mereka sepakat kalau
berdakwah itu panggilan hati, bukan pekerjaan mengais nafkah. Lagipula, mahal
atau murah, kita harus mengakui mereka telah berperan dalam mencerahkan umat
termasuk kita.
Tapi saya
masih saja kepikiran jawaban “TIDAK” dari mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar