Oleh Ladrang Rampak
Panuluh pada 24 Januari 2013 pukul 10:54 ·
“Enam Jalan Revolusi”
(Orasi Budaya: Merajut Kembali
Nusantara,
Taman Ismail Marzuki Jakarta, 15
Januari 2013)
Oleh : Muhammad Ainun Nadjib
Aktifis nasionalis bertemu
bersama-sama pada hari ini, terus nanti 2014 masih ada pemilu, berarti khayalan
pertemuan ini. Kalau dalam waktu 1-2 tahun belum ada penjebolan konstitusi dan
undang-undang yang anti rakyat dan anti nasionalisme dan kemudian kembali
kepada posisi 17 Agustus 1945, dalam waktu 1-2 tahun, apapun caranya, maka
pertemuan ini adalah pertemuan takhayul.
[Ha...ha...ha...]
Saya mohon maaf atas… Jadi gini
saya mohon maaf sama mas-mas yang babak kedua. Karena saya tadi, kemarin saya
di Pancor, di Lombok Timur. Ya biasalah ketemu orang kecil disana, 3-4 ribu
siang malam, terus nanti malam saya harus di GOR Mataram. Jadi, mau gak mau,
saya belum punya kewenangan untuk menunda flight Garuda
sehingga saya harus cepet-cepet, setelah jam 12 ini lari ke bandara.
[Ha...ha...ha...]
Jadi, saya mohon maaf.
Juga karena waktu saya sangat
sempit, oleh panitia saya dibatasi paling lama 10 sampai 15 menit. Maka saya
datang kesini ini membawa teks yang bahasanya bahasa bukan bahasa aktifis, tapi
bahasa orang biasa sehari-hari. Jadi, agak kurang. Kayak bahasanya Ivan waktu
di Berlin lah.
Pertama, negara itu gunanya supaya
tiga hal pada manusia dan rakyatnya itu aman. Jadi, pemerintah itu dibayar
untuk mengamankan tiga hal: 1] nyawanya, 2] martabatnya, dan 3] harta bendanya.
Di luar tiga itu nggak ada apa-apa. Nah sekarang kalau mau revolusi, ini mau
ambil sebab yang mana ini? Banyak nyawa hilang, apa banyak martabat yang hancur
lebur, apa karena harta benda terlalu banyak dicuri?
[Ketiga-tiganya!]
Ketiga-tiganya. Tapi ini
masing-masing akan memberi output yang berbeda pada skala prioritas dan
akurasi-akurasi strategisnya. Agak berbeda kalau pertimbangannya harta benda,
ya seperti reformasi saja bilang sama Soeharto, “Ente jangan nyuri sendirian,
saya juga pengen nyuri”. Maka, sekarang menjadi Soeharto semua seluruh
Indonesia.
[Ha...ha...ha...]
Nah, jadi yang mana? Kalau soal
martabat, ayo. Karena kita sudah nggak punya martabat. Kita sudah mengalami
peristiwa-peristiwa pemerintahan yang sangat menghina martabat manusia, sangat
menghina akal sehat, sangat menghina.
Gunanya sekolahan itu, supaya jelas
dia kerjaannya nanti. Nah, kalau dia sekolahnya ekonomi, dia nanti akan
ngurusin ekonomi. Kalau sekolahnya peternakan akan ngurusin kambing dan
ternak-ternak. Kalau sekolahnya IT jangan ngurusin olahraga.
[Ha...ha...ha...]
Lha terus gunanya Universitas apa?
Lha, dulu Gus Dur yang merintis ini, AS Hikam ahli fikih ngurusin teknologi.
Nah itu kalau Gus Dur gak apa-apa, karena dia wali kesepuluh.
[Ha...ha...ha...]
Lha tapi SBY kan bukan wali. Dia
kan hanya orang yang ingin melindungi supaya Hambalang tidak melebar-lebar
perkaranya.
[Ha...ha...ha...]
Maka, ditaruhlah rai gedek itu.
[Ha...ha...ha...]
Tadi kan saya sudah bilang bahasa
sehari-hari ya. Jadi, oke saya baca aja, karena setiap hari saya ngomong sama
orang-orang biasa. Jadi, kalau sama aktifis saya mending kasih point-point.
Yang pertama: judulnya “Enam Jalan
Revolusi”. Aslinya lima, cuman di sini terus terfikir ada satu lagi.
[Ha...ha...ha...]
Pertama saya ingin ngomong soal
buku ini dulu, ngomong Merajut Kembali Nusantara. Saya usul, ini Nusantara pada
skala waktu yang mana? Nusantara sejak angkatan 28? Nusantara sejak eee…
Demak-Mataram? Atau sejak Mojopahit? Atau sejak Sriwijaya? Atau Ratu Sima? Atau
yang mana? Ada Nusantara Koes Plus, “Nusantara” berapa? Volume berapa?
[Ha...ha...ha...]
Jadi, kalau mau ngomong Merajut
Kembali Nusantara. Harus diperjelas dulu melalui penelitian yang obyektif,
diskusi para expert, maupun diskusi publik, untuk memastikan bangsa Indonesia
ini.
Satu: harus dipastikan kita ini
bangsa garuda ataukah bangsa emprit?
[Ha...ha...ha...]
Dua: apakah kita ini bangsa besar
ataukah bangsa kerdil?
Yang jelas. Sebab kebangkitan orang
besar, berbeda dengan kebangkitan orang kerdil. Kebangkitan ayam berbeda dengan
kebangkitan burung. Kalau kamu tidak tahu kamu ayam atau burung, bagaimana
caramu bangkit? Sudah jelas kamu ayam mau terbang-terbang. Kan begitu kan? Kamu
cacing mau menerkam-nerkam. Kan begitu?
Jadi gitu, orang Indonesia
kehilangan dirinya dan tidak pernah mencari siapa dirinya. Jadi, kalau mau
Merajut Nusantara kembali, harus ada penelitian yang cukup panjang dan harus
diskusi di semua lapisan.
Tiga: kita ini bangsa merdeka
ataukah bangsa jajahan?
Amerika itu penjajah ataukah tangan
panjang penjajah? Ada tiga tipu daya dunia, tiga tahap sejak lahirnya Isa.
Tahap pertama ndak terima kalau Nabi Musa kok disaingi sama anak ajaib, kalah
populer Nabi Musa.
“Ini kan bayi ndak punya bapak,
tapi bisa ngomong.”
Kan Nabi Musa kan paling cuma bisa
membelah laut. Itupun kalau disuruh mbaleni sorenya ndak terbelah lautnya.
Karena yang sakti Tuhan, bukan tongkatnya, dan bukan Musa. Jadi, dia kalah
hebat sama Nabi Isa.Akhirnya cemburulah ini anak buahnya Musa. Terus akhirnya
bikin rekayasa memfitnah segala macam berpuncak pada penyaliban Yesus Kristus.
Tiga puluh tujuh tahun kemudian dibikin rapat setelah kenaikan Isa. Soalnya…
“Lho, setelah setelah saya salib
kok malah lebih populer, kalah ini Musa.”
[Ha...ha...ha...]
Kan memang begitu hukum alam.
Setelah video porno malah jadi hits, No-ah.
[Ha...ha...ha...]
Kalau ingin jadi kiai dicium
tangannya, zina dulu banyak-banyak terus insaf, jadi kiai baru populer.
[Ha...ha...ha...]
Gunanya Islam di muka bumi ini
adalah khusus untuk para koruptor, begitu tertangkap pakai peci dan jilbab, dan
begitu diadili pakai tasbih, bunyinya “Asu… asu… asu...”.
[ha…ha…ha…]
Guyon rek guyon. Ini Dadang kafir
liberal bikin malu ini. Oke, saya akan setia pada ini.
Empat: kita ini bangsa setua apa?
Kita ini lebih muda dari orang
Yahudi apa kakeknya orang Yahudi? Kalau Yahudi suka menipu, apa tidak benar
bahwa kita lebih pandai menipu? Sepandai-pandai Yahudi menipu masih lebih
pandai kita. Karena mereka hanya cucu kita. Karena kita lebih tua dari Nabi
Ibrahim. Kita adalah anaknya Nabi Nuh ketika istrinya dirasuki iblis, hamil,
jadi kita.
[Ha...ha...ha...]
Maka peran-peran kita campuran
malaikat dengan iblis. Ini kalau tidak percaya silahkan selidiki. Kamu ndak
akan punya bahan. Hanya aku yang punya.
[Ha…ha…ha…]
Lha, jadi, nusantara yang mana
bung?
Oke, saya maksudnya kan yang
penting orang kompak. Boleh dong orang dikasih gede hatinya. Kamu itu turunan
ini ini ini. Apa ini hubungannya dengan Atlantis, Sunda Land, ya toh, Sunda
Wiwitan, Inca Maya. Ataukah bangsa Indonesia bangsa nusantara adalah hibrida
gagal produk?
[Ha...ha...ha...]
Jadi, ini campuran makhluk
bermacam-macam yang agak kurang sempurna produksinya akhirnya gini, milih
presiden dilihat gantengnya, gitu ya. Semua menteri juga manis-manis
ganteng-ganteng dan banyak parameter lain. Ah saya baca saja, saya
berkepanjangan kalau begini.
Apakah bangsa Nusantara hari ini
terserah siapapun asal-usulnya. Terserah dia bangsa besar atau tidak. Tidak
perduli dia keturunan tekek apa turunan Nabi Adam. Apa turunan Homo Sapien,
Homo Erektus, atau Homo Seksual?
[Ha...ha...ha...]
Apakah mereka sanggup berevolusi?
Kalau melihat kondisi obyektif NKRI
hari ini:
1. Dilihat kinerja pemerintah dan
mental pejabatnya;
2. Filosofi kebangsaan dan
konstitusi kenegaraannya;
3. Semakin terkikisnya martabat dan
harga diri bangsa dan manusia Indonesia;
4. Tidak berlakunya akal sehat
politik dan rendahnya moral pengelolaan negara yang sampai ke tingkat
serendah-rendahnya. Kalau kata Tuhan, “ulaa’ika kal an’aam bal hum adholl”,
sebagai kiai sedikit-sedikit saya keluarkan.
[Ha...ha...ha...]
“Ulaa’ika kal an’aam”
artinya mereka sudah seperti hewan, bahkan lebih hina daripada itu.
5. Berdasarkan terlalu banyaknya
harta benda rakyat dan negara yang dirampok oleh kekuatan asing serta dimalingi
oleh pengurus-pengurusnya sendiri, maka urgensi revolusi 100%.
[Oke…oke… tepuk tangan hadirin…]
Ojo oka oke sik.
[Ha...ha...ha...]
Tapi kalau melihat kualitas kelas
menengah hari ini, terserah parameternya pak Ivan nanti yang bisa merumuskan.
Kalau melihat: 1] tingkat kerapuhan otaknya masyarakat; 2] kerapuhan
rasionalitas masyarakat; 3] melihat subhat ideologi… subhat itu ambigu-ambigu.
Subhat ideologi dan nasionalisme aktifis di berbagai level dan segmen; 4]
mustahilnya lahir kepemimpinan Nasional seperti disebut tadi melalui pintu
sistem dan undang-undang perpolitikan yang ada sekarang. Maka, kans terjadinya
revolusi dibawah 10%.
Tapi kalau melihat potensi watak
revolusioner radikal anarkisnya manusia dan bangsa Indonesia, maka sesungguhnya
sangat tinggi kemungkinan untuk revolusi dalam waktu dekat ini.
[Tepuk tangan hadirin…]
Karena manusia Indonesia adalah
manusia yang paling radikal, paling revolusioner di muka bumi. Berani naik
kereta api 200 orang tanpa pegangan. Berani kawin tanpa pekerjaan.
[Ha...ha...ha...]
Berani beranak lagi meskipun kredit
motor belum beres.
[Ha...ha...ha...]
Puncaknya adalah SBY bisa jadi
presiden, itu keajaiban luar biasa menurut akal sehat.
[Ha...ha...ha...]
Tapi, tangguhnya kehidupan rakyat,
ngawurnya para pemimpin, beribu-ribu perilaku nekat dalam berbagai bentuk,
bidang, dan ranah nilai, menunjukkan bangsa Indonesia selalu siap untuk
membiarkan kebobrokan. Kan revolusioner namanya? Mestinya kalau orang kesakitan
itu marah, ini tidak. Karena dia mampu revolusi atas dirinya.
“Ora popo loro. Arep ngopo?!
Silahkan menindas! Saya nggak akan apa-apa?”, kan itu revolusioner.
[Ha...ha...ha...]
“Ayo Belanda datang lagi! Daripada
yang menindas SBY, mending kamu sekalian. Belanda, ayo sini! Campur Arab.
Campur Amerika.”
[Ha...ha...ha...]
Rakyat selalu siap untuk kehilangan
negara. Jangan dipikir kalau negara Indonesia bubar, tahun 2015 katanya akan
jadi 17 negara bagian, terus rakyatnya sedih, ndak. Rakyat Indonesia itu gak
perduli ada negara atau tidak. Wong kerjanya negara itu cuma ngrepotin hidup
mereka.
[Ha...ha...ha...]
Begitu bubar negara, syukuran
istighosah senusantara.
[Ha...ha...ha...]
Rakyat kok.
Tuhan kaget, “Lho, kok gitu? Saya
salah bikin ini bangsa Indonesia.”
Dulu Gus Dur thok yang Tuhan
bingung, “Saya dulu bikinnya tidak gitu lho.”
Sekarang sak Indonesia.
Tuhan bingung, “Lho, Aku dulu
bikinnya ndak gini. Ini mesti ada subversi iblis ini.” Akhirnya Tuhan nyari
iblis ndak ketemu sampai hari ini. Padahal di Cikeas, ya?
[ha…ha…ha… tepuk tangan hadirin…
hu…hu…hu…]
Bahkan rakyat siap dan
tenang-tenang saja untuk menjadi bangsa dan negara setan, serta tidak kagum
seandainya Indonesia ini menjadi negara malaikat. Karena orang Indonesia bisa
menjadi setan, sedetik kemudian bisa menjadi malaikat.
[Ha...ha...ha...]
Jadi, kalau Bang Hariman mau
Revolusi, rakyat siap.
[Tepuk tangan hadirin…]
Lha, ini nanti halaman berikutnya.
[Ha...ha...ha...]
Jadi, terserah. Mau revolusi karena
alasan harta benda dicuri habis-habisan? Ataukah alasan makin sirnanya martabat
dan harga diri bangsa serta manusia Indonesia sampai terpuruk ke kerendahan dan
kehinaan yang teramat memalukan dimata dunia? Atau karena perjuangan moral?
Tapi ada enam kemungkinan jalan
revolusi. Satu, orang Madura, Mahfud MD menunjukan kemaduraannya. MPR sudah
tidak berdaya. Mahkamah konstitusi bisa dia bikin melakukan segala yang
diperlukan oleh Hariman. Mahkamah konstitusi menganulir sekian Undang-undang
dan konstitusi yang anti rakyat, diumumkan ini tidak sah, harus ganti. Kalau
tidak cocok, carok.
[Ha...ha...ha...]
Mahfud MD bisa bikin surat
menganulir pemerintah, bahwa presiden SBY tidak sah. KPU masih subhat, jadi
tidak sah. Kalau ada revolusi dari mahkamah konstitusi dan kalau Mahfud berani
baru nanti saya angkat jadi presiden. Tapi kalau Mahfud tidak berani, ini
jangan dipuji dulu. Buktikan Maduramu, Fud!
[Ha...ha...ha...]
Orang Madura itu ijasahnya palsu
saja dia bisa pertahankan terhadap KPK.
“Kalau ijasah saya ndak palsu”,
kata si Bupati, “saya jadi Gubernur”.
[Ha...ha...ha...]
Tuhan saja dilawan sama orang
Madura. Tuhan memberi terbakar rumah gara-gara dia rakus waktu jadi nelayan. Terus
dia bilang sama Tuhan, “Tuhan, masalah laut kenapa dibawa-bawa ke darat?!”
[Ha...ha...ha...]
Nggak jadi revolusi, ketawa melulu
ini.
[Ha...ha...ha...]
Dua, Presiden SBY, siapa tau ya,
melakukan tindakan revolusioner atas dirinya dan negaranya, mengacu pada Hayam
Wuruk yang membatasi dirinya berposisi sebagai kepala kerajaan atau kepala
Negara dan menyerahkan kepemimpinan pemerintahannya kepada perdana menteri yang
namanya Gajah Mada. Terserah prosedur konstitusinya.
Baik SBY, “Ah saya tak jadi lambang
negara saja. Saya minta, saya akan bikin dewan negara. Semua orang-orang tua
yang terpercaya bersama saya. Terus nanti saya angkat perdana menteri pokoknya
entah apa namanya yang ngurusin”, ini kalau SBY berani. Kalau ndak tidak
apa-apa. Wong ini juga iseng-iseng.
[Ha...ha...ha...]
Nomer tiga, ini juga mungkin Anda
tidak sangka tapi saya optimis. Sesungguhnya alam fikiran rakyat apa saja yang
ada mengalir di syaraf otaknya dan di kandungan hatinya itu adalah produk dari
media masa. Jadi, sesungguhnya alat produksi sejarah yang primer itu terletak
di genggaman tangan media massa. Jadi, media massa punya potensi sangat besar
untuk bikin revolusi. Kalau di langit ada Lauhil Mahfudz, di bumi ada Media
Massa. Maka, rakyat bisa menyerahkan nasibnya kepada Jacob Oetama, kepada
Goenawan Muhammad, kepada Surya Paloh, kepada Hary Tanoe, kepada Dahlan Iskan,
kepada Hilang alias Ical, dan lain-lain. Untuk direvolusi seradikal mungkin
menuju Indonesia baru yang adil dan makmur serta disukai oleh Tuhan.
Nah, ini juga khayal. Tapi siapa
tau bisa ini.
[Ha...ha...ha...]
Yang beneran nanti ini nomer enem.
Nomer empat, pengumpulan tanda tangan sebanyak mungkin seindonesia mosi tidak
percaya kepada undang-undang ini, kepada DPR ini, kepada pemerintah ini, dan
pokoknya kita kumpulin sebanyak-banyaknya, nanti pada waktu pemilu tidak ada
keabsahan secara quota untuk mengadakan pemilu dan seterusnya. Ini bang Hariman
satu-satunya yang bisa menjawab.
Pintu revolusi yang kelima adalah
santet masal atau bunuh diri nasional. Tetapi yang paling aku andalkan hari ini
sehingga aku jauh-jauh terbang dari Pancor Mataram ke Cengkareng, alternatif
yang paling nyata adalah Hariman Siregar is back to the street of
revolution.
[Tepuk tangan…]
Biarin pokoknya. Pokoknya Hariman
kembali ke jalan, dan tidak akan beranjak dari jalan yang dia injak itu sebelum
tercapai revolusi.
Was-salamu ‘alaikum Wr. Wb.
Sumber: www.maiyah.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar