Senin, 25 Juni 2012
Belajar Berkeluarga
Oleh: Mohamad Istihori
Belajar berkeluarga itu memerlukan:
-
Tenaga (power)
ekstra agar kita tidak merasa lelah, capek, dan bosan dalam fight menghadapi keadaan yang di luar
perkiraan, rencana, atau agenda kita sebelumnya.
-
Keikhlasan yang luar biasa untuk memahami diri sendiri
dan pasangan hidup kita. Kedua hal ini merupakan perkara yang harus bersinergi
antara satu dengan lainnya. Jika kita hanya sibuk memahami diri sendiri tanpa
berusaha keras memahami segala hal yang berkaitan dengan pasangan hidup kita
itu berarti kita adalah seorang yang egois, yang hanya memikirkan dirinya
sendiri saja.
Sebaliknya,
jika kita hanya memikirkan dan belajar tentang pasangan hidup kita tanpa
belajar memahami diri sendiri maka akan lahirlah keluarga “pincang”, keluarga
tidak berimbang, di mana istri mendominasi alur jalannya kehidupan berumah
tangga. Maka suami menjadi member
SSTI (Suami-suami Takut Istri).
-
Kecerdasan berpikir dalam mengambil pelajaran
dan hikmah dari setiap masalah yang kita dapatkan dalam kehidupan berumah
tangga. Sungguh tidak ada seorang pun yang berharap mendapatkan masalah dalam
kehidupan berumah tangganya. Namun memang masalah merupakan suatu hal yang
tidak bisa dihindarkan yang muncul tiba-tiba, tanpa kita duga, dan prediksi
sebelumnya.
Jika kita
rutin menggali hikmah dan pelajaran dari setiap masalah maka barulah bisa kita
rasakan bahwa masalah itu hanya kulit sedangkan isinya sebenarnya merupakan
berkah, ilmu, dan segala macam kemaslahatan yang sebenarnya sangat kita
butuhkan dalam rangka mendewasakan diri kita.
Emang enak berkeluarga? Nggak lah. Makanya Allah
memerintahkan hamba-Nya berkeluarga karena Allah tahu bahwa berkeluarga itu
pada dasarnya tidak disukai manusia. Maunya kita kan cuma ngeprut doang. Begitu crot
udah nggak perlu mikirin tanggung jawab apa-apa. Pokoknya cukup senang-senang saja.
Cinta satu malam yang American Style
gitu loh! Yang kemudian melahirkan single
parent dalam peradaban Barat yang dengan sangat bangga diikuti oleh kita
semua.
Maka orang yang mampu melawan segala apa yang tidak ia
sukai demi menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhannya, benar-benar
mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT. Orang yang berkeluarga dan memiliki
anak istri meski pada dasarnya ia tidak suka tapi ia menjalani dengan beberapa
modal yang telah saya sebut di atas ia mendapatkan derajat tinggi di hadapan
Tuhannya.
Dan, hanya rakyat Indonesia lah yang masih benar-benar care dengan lembaga terkecil dari
kehidupan bermasyarakat ini. Biar pun seorang maling, ia tidak ingin anaknya
menjadi maling. Meski ia seorang pelacur, ia tidak mau kelak anak perawannya
mengikutinya masuk ke dalam lembah kenistaan yang penuh dengan lendir dan
cairan nafsu hewani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar