Sabtu, 2 Juni 2012
Pengamen dan Pengemis
Oleh: Mohamad Istihori
Lebih mulia pengamen yang bernyanyi melawan deru mesin
bis kota daripada pengemis bertopeng agama dengan kopiah, sarung, serban, dan menyebar
proposal dengan hanya bermodalkan ayat-ayat Tuhan tentang sedekah. Kemuliaan
pengamen itu terletak pada keikhlasannya bernyanyi dan menyerahkan sepenuhnya
kepada segenap penumpang mau ngasih dia berapa rupiah pun diterima saja dengan
senang hati.
Karena pengamen atau penyanyi pada umumnya menyadari
bahwa inspirasi yang ia dapatkan di dalam menciptakan lagu murni datang dari
Tuhan. Maka ketika ia mencari rezeki dengan bermodalkan lagu yang ia ciptakan
itu ia menyerahkan hasilnya kepada Sang Maha Pemberi Inspirasi itu. Begitu juga
dengan orang yang memiliki suara “emas”. Suara yang ia dapat “dari sananya”.
Karena penyanyi merupakan sebuah bakat yang selebihnya diasah dengan latihan
vokal.
Kemuliaan pengamen jalananan itu otomatis akan hilang
kalau dia berani-berani mengancam penumpang atau apalagi sampai mengancam dan memaksa
penumpang yang kebetulan tidak memberinya sesuatu dengan benda tajam atau
dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Namun sebenarnya bukan hanya pengamen,
siapapun saja yang bernyanyi, membawakan lagu sendiri atau lagu ciptaan orang
lain, baik dia seorang penyanyi profesional, atau vokalis band ternama tetap
memiliki kemuliaan di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa jika ia mengikhlaskan
dirinya dalam memerankan pekerjaannya sebagai penyanyi semaksimal mungkin.
Sedangkan pengemis bertopeng agama ini mempersempit agama.
Seakan-akan agama itu hanya tentang sedekah. Merayu umat agar memberi segenap
harta yang ia miliki tanpa perhitungan yang rasional. Sehingga Tuhan harganya
sangat murah. Ia menggadaikan surga atau bahkan mematerikan segala yang
sifatnya rohani. Padahal agama mengajarkan agar manusia merohanikan semua
materi yang ia miliki. Agama juga memiliki ajaran yang sangat multidimensi yang
setiap orang beragama memiliki kewajiban untuk memberikan pengetahuannya tanpa
membatasi dirinya hanya dengan suatu hal.
Kalau ada orang yang merasa bosan belajar agama itu
berarti memang akalnya lemah dan kita harus memakluminya. Sedangkan kalau ada
orang yang merasa sudah benar-benar memahami agama itu sebenarnya ia hanya
sedang menunjukkan kesombongannya belaka. Orang beragama itu selalu sadar akan
kebodohannya sekaligus tahu bahwa agama itu adalah sebuah "software"
yang sangat canggih.
Masih banyak hidden files (file-file yang
tersembunyi) yang sampai saat ini sebenarnya belum benar-benar terungkap dalam agama
oleh orang yang beragama itu sendiri. Oleh karena itu ia selalu tertantang
untuk terus-menerus berpikir keras tentang agama sehingga tidak ada kata akhir
atau titik di dalam mencari pengetahuan baru dalam beragama.
Maka jangan hanya memahami agama dari sudut sedekah
saja. Apalagi kalau ia niati untuk memperkaya dirinya atau untuk agar ia
menjadi terkenal. Setiap orang bisa belajar tentang agama melalui apa saja yang
ia temukan dalam kehidupannya. Bahkan dari pengamen di bis kota atau pengemis
berkopiah dan berserban yang rutin muncul di salah satu TV swasta kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar