Jumat, 22 Mei 2009

"Asa Pang Palingna"

Rabu, 2005008

"Asa Pang Palingna"

Oleh: Mohamad Istihori

Mengapa kita merasa paling suci, tidak berdosa, dan nggak pernah salah sedikit pun kepada Allah sehingga ketika mendapatkan kesusahan sedikit segera kita lontarkan keluhan, "Ya Allah salah apa saya Ya Allah! Hingga Kau timpakan kemalangan kepada kami seperti ini?"

Sebagai hamba kita hanya menyerahkan segala urusan kepada Allah. Tapi bukan hanya kata-kata, melainkan dalam dunia nyata.

Kalau hanya kata-kata siapa juga bisa. Yang susah kan prakteknya. Banyak orang beretorika a-z, alif-ya, alfa, beta sampai mulutnya berbusa. Tapi giliran dia yang ditimpakan musibah oleh Allah, maka di sendiri belum tentu mampu mengaplikasikan rumus-rumus kehidupan yang ia ciptakan sendiri.

Orang yang saya maksud dalam tulisan ini mungkin anda, mungkin juga saya. Tapi mungkin bukan anda, mungkin juga bukan saya.

Yang pasti: sakit, sehat, kaya, miskin, yang lahir, dan yang mati adalah sebuah siklus kehidupan yang dari sekarang harus kita persiapkan segala mental, jiwa, dan raga kita untuk menghadapi setiap tahap dalam siklus hidup tersebut.

Ada lagi orang yang merasa paling kuat, paling berpengaruh, paling berjasa sehingga setelah pembangunan masjid di kampungnya selesai dia berkata, "Ini masjid kalau bukan karena gue nggak bakalan selesai kayak gini!"

Ada lagi orang yang mengendarai moge (motor gede) di jalan raya. Merasa jalan raya adalah miliknya. Bisa seenaknya melanggar peraturan lalu lintas, jalan serabat-serobot, alah pokoknya mah "asa pang paling na wae!"

Banyak lagi potensi perasaan-perasaan "pang paling na" atau perasaan lebih unggul daripada orang lain yang pasti ada dalam setiap jiwa manusia.

Yang membedakan adalah apakah seseorang itu mampu mengendapkan perasaan "pang paling na" atau malah menumbuhsuburkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar