Cibubur, Jum'at, 301009
Bete
Oleh: Mohamad Istihori
Perasaan-perasaan dalam diri manusia senantiasa berubah-ubah. Kadang gembira, kadang bersedih, kadang susah, kadang mudah, kadang senang, tapi kadang juga merasa bete (bosan total).
Mengapa seseorang bisa merasakan bete? Lalu bagaimanakah agar kita tidak merasakan bete?
Perasaan bete bisa muncul karena kita melakukan berbagai macam aktivitas secara berulang kali namun kita tidak mampu mengambil hikmahnya dan tidak bisa memaknainya.
Atau bisa juga kebetean muncul karena apa yang kita harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal kita sudah menunggu sangat lama. Tapi harapan tak kunjung datang.
Namun bete bukanlah suatu yang harus dihindari. Tapi ia justru harus dihadapi. Semakin kita menghindari bete maka kita akan semakin merasa jenuh.
Banyak orang menghindari dan berusaha menghilangkan bete dengan cara tidur-makan, tidur-makan. Kalau kita kayak gitu terus, maka insya Allah kita akan semakin bete. Dan, saya rasa hal itu bukanlah merupakan suatu solusi yang bijak.
Apalagi kalau menghindari bete-nya dengan cara melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Itu merupakan kebejatan yang luar biasa bukan lagi kebijakan dalam mengambil keputusan.
Dan lagi hidup seperti zaman sekarang wabah bete ini begitu gampang untuk menyebar. Hal ini dikarenakan masyarakat zaman sekarang selalu hidup di dalam tekanan-tekanan.
Di rumah mendapat tekanan dari keluarga. Di kantor mendapat pressure dari pekerjaan yang bertumpuk dan atasan yang tidak kenal kata toleransi. Di kampus mendapat tekanan tugas-tugas kuliah. Di sekolah mendapat tekanan PR yang selalu ada setiap hari.
Tekanan-tekanan yang datang menghujam dari berbagai sisi kehidupan manusia zaman sekarang inilah kemudian yang berpotensi menimbulkan kebetean. Apalagi kalau kita tidak mampu menyikapinya dengan tepat dan dewasa.
Yang lebih parah lagi kita bukan lagi bete tetapi, banyak di antara kita, yang mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup ini dengan cara bunuh diri akibat sudah tidak kuat lagi menanggung beban kebetean yang kian hari kian "menggunung".
Hanya kepada Allah-lah sepatutnya kita berpasrah atas segala masalah dan tekanan hidup yang menimpa kita. Di saat kita sendiri. Di saat orang-orang yang kita cintai satu per satu pergi.
Di saat orang-orang yang dulu dengan setia bersedia mendengarkan keluh-kesah kita mulai lelah untuk menampung curhat-curhat kita, maka ingatlah bahwa ada Zat Yang Maha Mampu untuk memberikan solusi atas permasalahan hidup kita, ada Zat Yang Maha Mencintai kita, dan ada Zat Yang Maha Bersedia mendengarkan curhat-curhat kita tanpa kenal lelah. Dialah Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar