Cibubur, Sabtu, 051209
Tafsir Jalalain hal. 54
Para Pengeyel dan Duri-duri Kemusyrikan
Oleh: Mohamad Istihori
Asbabun Nuzul ayat ini adalah ketika di kalangan Nasrani Najran berdebat keras dengan kalangan Yahudi mengenai tingkat Nabi Ibrahim. Kalangan Nasrani menyangka bahwa Ibrahim adalah berasal dari Nasrani dan mereka merasa mengikuti agama Ibrahim.
Begitu pula kalangan Yahudi menyangka sebagaimana sangkaan kalangan Nasrani. Kalangan Yahudi menyangka bahwa Ibrahim adalah berasal dari kalangan Yahudi dan merasa mereka telah mengikuti agama Ibrahim.
Akhirnya kedua golongan tersebut datang kepada Nabi Muhammad saw untuk meminta pendapat. Lalu beliau pun bersabda: "Kullul faariqoini kaadzibun." "Kedua belah pihak adalah pembohong/pendusta."
Mendengar ucapan Rosul tersebut, kalangan Nasrani berkata, "Tidakkah kau Muhammad kecuali agar menjadikan kami ma'bud (yang disembah) sebagaimana kalangan Yahudi menjadikan Uzair sebagai Tuhan."
Mendengar perkataan kayak gitu, iya tentu saja kalangan Yahudi merasa tersinggung-lah. Makanya mereka pun menimpalinya dengan berkata, "Tidakkah kau Muhammad berkata seperti itu agar kami menuhankanmu sebagaimana kalangan Nasrani telah menuhankan Isa."
Dua kalangan di atas sebenarnya tahu bahwa Ibrahim bukanlah berasal dari kalangan mereka berdua. Hanya karena mereka tidak mau menerima kebenaran tersebutlah maka mereka ngeyel dengan mengatakan hal yang demikian untuk menyindir Muhammad.
-Kalimah di sini adalah kalam yang meliputi isim, fi'il, dan huruf. Ia adalah kesepakatan yang sama-sama benar.
Duri-duri Kemusyrikan
- Wa laa tusyrika bihi syaiaa
Orang Islam mah jangan kayak Yahudi yang menjadikan Uzair sebagai Tuhan atau kayak Nasrani yang menjadikan Isa sebagai Tuhan.
Orang Islam yang lemah kerap mengkultuskan para wali (arbaaban) sehingga kerap pula tersisipi kemusyrikan-kemusyrikan yang tidak disadari.
Ziarah itu memang bagus tapi sangat berpotensi menimbulkan kemusyrikan maka menurut salah satu qoul ushul fiqh: "Idzaj tama'al haroomu was sunnatu qudimal haroom." = "Ketika berkumpul haram dan sunah maka dahulukanlah yang meninggalkan haram."
Maka kalau belum kuat-kuat akidah kita mah jangan ziarah kaditu-kadiye mae atuh. Mendingan ngaji aja dulu. Baru kalau udah paham apa itu ziarah, apa maksudnya, bagaimana tata caranya, dan lain sebagainya barulah laksanakan ziarah.
Ziarah itu sangat banyak "durinya". Maka berhati-hatilah dalam berziarah agar tidak tertusuk duri-duri kemusyrikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar