Jumat, 12 Maret 2010

Sesosok Pribadi yang Masih Misteri?

Cibubur, Jum'at, 12 Maret 2010

Sesosok Pribadi yang Masih Misteri?

Oleh: Mohamad Istihori

Siapakah gerangan ia sesosok pribadi yang selalu kita rindukan? Yang kalau kita jauh dengannya kita selalu mengharapkan pertemuan dengannya? Yang kalau kita sudah bertemu dengannya kita sangat enggan berpisah sama dia?

Siapakah gerangan ia pribadi yang selalu bisa menghibur duka hati kita? Yang memahami muatan isi kalbu kita?

Yang diam-diam menangisi kesedihan yang kita alami, namun selalu tampil ceria saat bersama kita?

Sudahkah kita menemukan sosok itu pada pasangan hidup kita? Pada pribadi pemimpin bangsa kita? Pada guru-guru kita?

Siapakah ia? Di manakah gerangan kini ia berada? Sudahkah kita menemukan sosoknya pada orang-orang dekat kita?

Pada orang-orang yang berada di ruang lingkup kehidupan kita? Pada orang-orang yang mengaku cinta pada kita? Atau pada orang-orang yang kita cintai?

Bersyukurlah kalau kita sudah menemukannya. Bersabarlah kalau kita belum menemukannya.

Tapi yakinlah kita pasti akan menemukannya. Karena setiap kita pasti memiliki belahan jiwa. Punya soulmate. Yang kita menemukan diri kita di dalam dirinya.

Semakin rajin kita mengasah akal dan hati, maka kita akan semakin cepat dan banyak menemukan sang belahan jiwa.

Orang-orang yang hidupnya merasa kesepian ditengah hiruk-pikuk kehidupan ini adalah karena ia belum menemukan belahan jiwanya.

Sehingga ia kebingungan mau curhat ke mana? Nggak tahu mau minta nasihat sama siapa? Dan, ketika punya masalah ia merasa, bahwa ia sendiri yang punya masalah seperti itu.

Padahal kalau ia punya teman sharing, pasti ia akan tahu bahwa lebih banyak orang yang punya masalah seperti dia. Bahkan lebih banyak lagi orang yang masalahnya lebih besar dan kompleks daripada masalah yang ia hadapi saat ini.

Kamis, 11 Maret 2010

Berinteraksi dengan Duri dan Nasi

Cibubur, Kamis, 110310

Berinteraksi dengan Duri dan Nasi

Oleh: Mohamad Istihori

Dalam sebuah babak kehidupannya, Muhammad saw pernah berkata bahwa menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan merupakan sebuah kebaikan.

Apa yang bisa kita gali dari sini? Duri menusuk siapa saja. Duri menusuk tak pandang bulu. Orang Islam, orang Kristen, atau orang Yahudi yang lengah akan ditusuk duri.

Emangnya pernah apa duri bertindak diskriminatif dengan, misalnya, cuma nusuk kaki orang Islam doang? Terus orang Kristen atau orang Yahudi yang nginjek duri nggak tertusuk gitu? Iya nggak kayak gitu lah.

Dari sini kita bisa lebih pahami bahwa ketika menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan itu kita telah melakukan suatu kebaikan yang sangat universal.

Dengan menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan hal itu menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu kebaikan kita nggak usah susah-susah dan berpusing ria memikirkan dia agamanya apa. Islam, Kristen, Budha, Konghuchu, atau bahkan atheis.

Selain dengan duri, berinteraksi dengan nasi juga bisa sangat berpotensi memperdalam keimanan kita kepada Allah SWT.

Sebagaimana duri yang menusuk siapa saja, nasi juga sangat bersedia dimakan siapa saja dan apa saja.

Nasi mengikhlaskan dirinya untuk mengenyangkan perut setiap orang tanpa peduli dia orang Islam, Kristen, atau Yahudi.

Emangnya pernah gitu nasi pilih kasih dengan hanya, misalnya, kalau yang makan nasi orang Islam nggak kenyang? Terus kalau orang Kristen atau orang Yahudi yang makan nasi perutnya akan kenyang? Ternyata tidak demikian wahai saudara-saudaraku.

Kalau duri dan nasi saja bisa berinteraksi dengan seluruh makhluk Allah, apalagi manusia yang diberi akal dan hati oleh Allah.

Sayangnya justru manusialah yang sangat diskriminatif dalam berinteraksi dengan sesamanya dan alam.

Orang Islam kadang hanya mau tolong-menolong dengan sesama orang Islam. Dan, enggan menolong orang yang berbeda agama dengannya.

Kalau kayak gitu model pergaulan dan silaturahmi kita, kapan Islam menjadi agama yang rahmatan lil 'aalamiin? Mimpi aje kali ye?

Manusia "Gelas Kosong"

CBS, Kamis, 110310

Manusia "Gelas Kosong"

Oleh: Mohamad Istihori

Berinteraksi dengan makhluk Allah yang lain memiliki keasyikan tersendiri. Melalui interaksi kita bisa mengenal berbagai macam karakter dan kepribadian seseorang.

Setiap karakter dan kepribadian itu, misalnya, memiliki berbagai macam hobi. Ketika kita berinteraksi dengan orang yang punya hobi musik, kita bisa belajar musik darinya.

Ketika kita berinteraksi dengan para penggila bola (gibol), kita bisa belajar memahami dunia sepak bola dan bisa kita lanjutkan dengan mengkiaskannya kepada kehidupan yang nyata.

Hal ini agar pengenalan kita terhadap dunia sepak bola tidak berhentinya hanya pada, contohya, bagaimana kedahsyatan Manchester United (MU) dalam menaklukan kesebelasan bermental juara Liga Eropa (AC Milan) dini hari tadi.

Ketika kita bergaul dengan mereka yang hobi (senang atau gemar) mempelajari tentang agama, kita bisa ikut juga belajar agama dengannya. Dan, sekaligus memperdalam pemahaman agama kita.

Hanya saja terkadang bergaul dengan mereka yang concern memperdalam agama kita terkena imbasnya. Maksudnya kita yang bukan ustadz atau kiai jadi diustadz-ustadzkan atau dianggap kiai.

Ketika kita berinteraksi dengan orang yang suka bongkar-pasang komputer, hp, laptop, atau motor kita juga bisa ikut mempelajari tentang benda-benda tersebut.

Inti atau kunci interaksi dengan sesama manusia bagi saya adalah kita menempatkan diri sebagai manusia "gelas kosong".

Artinya kita menempatkan diri sebagai orang yang ingin selalu belajar mengenai berbagai hal sehingga selalu ada input pengetahuan baru yang bisa terus meng-up date mesin ilmu berpikir kita.

Selasa, 09 Maret 2010

Amanat, Bukan Amanah

Cibubur, Jum'at, 05 Maret 2010

Amanat, Bukan Amanah

(An Nisa: 58/Tafsir Jalalain I)

Oleh: Mohamad Istihori

Isi ayat ini adalah perintah agar kita selalu memberikan amanat dan menghukumi antar manusia dengan adil.

Penggunaan ayat ini bukan pada asbabun nuzul-nya. Tapi pada umumnya lafadz. Ayat ini berlaku secara umum bahwa kita harus memberikan amanah kepada ahlinya.

"Idzaa wusidal amru ila ghoiri ahlihi fantadziris saa'ah."

Kalau sebuah amanah diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya. (Muhammad saw).

- Innallaaha ya-murukum an tuaddul amaanaat. (Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian agar mengemban amanat).

Orang yang telah diberikan amanat (berbagai macam amanah) harus menjalankannya dengan sebagaimana mestinya.

Amanat hanya dipikul oleh umat manusia. Ketika Allah menawarkan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain mereka dengan terang-terangan menyatakan tidak mampu.

Orang yang tidak menjalankan amanatnya maka orang tersebut berarti khianat.

Dalam redaksi ayat di atas memakai kata jama' yakni amanat. Bukan amanah. Hal tersebut berarti ada berbagai macam amanah yang diemban oleh setiap manusia.

Jika ia rosul amanatnya bernama risaalah. Jika ia nabi amanatnya bernama nubuwwah. Jika ia kholiifah amanatnya bernama khilaafah.

Manusia pada umumnya dijadikan khalifah Allah di dunia. Maka amanat yang kita emban adalah khilaafah.

Adapun amanah itu sendiri terbagi menjadi tiga macam:

1. Beribadah kepada Allah.

Dengan jalan takwa. Yakni dengan cara menjalankan semua perintah Allah (imtitaalu awamirillah) dan menjauhi segenap larangan-Nya (waj tinabun nawaahi).

Maka beribadah kepada Allah adalah suatu amanah yang harus dilakukan oleh setiap umat manusia.

2. Nikmat yang telah Allah berikan.

Nikmat dari Allah merupakan sebuah amanah. Maka janganlah sekali-kali kita mengolah dan mempergunakan nikmat tersebut menuju hal-hal yang dibenci Allah.

Misalnya mata. Ia merupakan nikmat yang sangat tak terhingga nilainya. Jika kita menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah berarti kita khianat kepada Allah karena tidak mampu menggunakan mata sesuai dengan yang telah diamanahkan oleh Allah.

3. Amanah berupa hak sesama manusia.

Misalnya hak tetangga untuk tenang, hak anak mendapatkan pendidikan yang layak dari kedua orang tuanya, dan hak guru dengan murid-hak murid dengan guru.

Wajib kepada seluruh manusia untuk menjalankan amanat secara mutlak.

Kemudian daripada itu, dari ketiga amanat yang telah disebutkan di atas, maka amanat terbagi lagi menjadi tiga bagian:

1. Amanah berupa ucapan (amanah qouliyyah)

Contoh amanah berupa ucapan misalnya membaca al Quran dan titip salam. Jika ada teman kita yang menitipkan salam kepada seseorang, maka kita wajib menyampaikan salam tersebut kepada yang bersangkutan.

2. Amanah berupa perbuatan (amanah fi'liyyah)

Misalnya menjaga titipan-titipan orang lain.

3. Amanah i'tiqoodiyyah

Misalnya tauhid (mengesakan Allah atau mengunakan segala yang Allah berikan kepada kita untuk semata-mata digunakan kepada apa saja yang diridhoi oleh Allah).

Amanah berupa i'tikad yang kedua adalah berbaik sangka kepada orang lain. Karena setiap individu memiliki hak untuk disangka baik oleh kita.

- Wa idzaa hakamtum bainan naasi an tahkumuu bil 'adl. (Dan, jika kamu sekalian menghukumi antar manusia. Maka hukumilah dengan adil).

Adil adalah wadhu'u syaiin fii mahallihi. Meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Rabu, 03 Maret 2010

Semakin Ku Kenal, Semakin Ku Menyesal

Cibubur, Rabu, 030310
Semakin Ku Kenal, Semakin Ku Menyesal
Oleh: Mohamad Istihori
Saba: 27
- (Qul aruunii) Katakanlah wahai Muhammad, perlihatkanlah kepadaku oleh kamu sekalian wahai orang-orang yang kafir.
“A'lamuunii” (Tafsir Jalalain/TJ) Beritahukanlah kepadaku oleh kamu sekalian wahai orang-orang yang dengan terang-terangan menolak kebenaran.
Apa yang dipinta Nabi kepada orang-orang kafir agar diperlihatkan?

- (Alladziina alhaqtum bihi syurokaa-a) Nabi meminta agar orang-orang kafir tersebut memperlihatkan berhala-berhala yang mereka sembah, yang mereka hubung-hubungkan dengan Allah sebagai sekutu Allah.
“Fil 'ibaadati” (TJ) Dalam hal ibadah.

- (Kalla) Sekali-kali tidak akan mungkin. Sekali-kali tidak akan bisa.
"Roda 'a lahum 'an 'i-tiqoodi syariiki lahu” (TJ). Muhammad tidak akan mungkin mampu menghalangi atau mencegah mereka dari keyakinan untuk menyekutukan Allah. Hati mereka sudah tertutup untuk menerima kebenaran.
Sehingga percuma saja kalau memberi mereka peringatan dengan ancaman azab Allah yang sangat pedih itu. Alih-alih merasa takut, pada ayat selanjutnya, mereka justru menantang Rosul agar segera mendatangkan azab yang telah beliau janjikan, jika memang Rosul itu adalah orang yang benar.

- (Bal huwallaahul 'aziizu) Tetapi, Dialah Allah Yang Maha Perkasa.
"Al ghoolibu 'ala amrihi” (TJ) Yang selalu menang atas urusan-Nya. Makna al aziiz bisa juga berarti bahwa tidak ada satu makhluk pun yang mampu mengalahkan Allah.

- (Al hakiimu) Yang Maha Bijaksana. Bisa juga bermakna yang paling menguasai ilmu hikmah.
“Fii tadbiirihi li kholqihi falaa yakuunu lahu syariikun fii mulkihi” (TJ) Di dalam mengatur dan mengurus makhluk-Nya. Maka tidak ada sekutu bagi Allah di dalam kerajaan-Nya atau di wilayah kekuasaan-Nya.
...
Saba: 28
- (Wa maa arsalnaaka illaa kaaffatan) Dan tidaklah Aku mengutusmu Muhammad kecuali kepada seluruh (manusia).
“Haalun minan naas qudima lil ihtimaam” (TJ) Lafadz kaaffaatan menjadi hal bagi lafadz an naas. Pada asalnya adalah wa maa arsalnaaka illaa lin naasi kaaffaatan, namun menjadi wa maa arsalnaaka illa kaaffaatan lin naasi dengan tujuan untuk memperlihatkan kedudukannya yang sangat penting.

- (Lin naasi basyiiron) kepada (seluruh) manusia sebagai pembawa kabar gembira.
“Mubasysyiron lil mu-miniina bil jannah” (TJ) Memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dengan janji bahwa mereka akan masuk surga.

- (Wa nadziiron) dan memberi peringatan.
“Mundzaron lil kaafiriina bil ‘azaab” (TJ) Memberikan peringatan kepada orang-orang kafir dengan siksaan.
- (Wa laakinna aktsaron naasi) Tetapi mayoritas manusia.
“Ay kuffaarol makkata” (TJ) Yaitu orang-orang kafir yang ada di Mekah saat itu.

- (Laa ya’lamuun) Mereka tidak mengetahui, atau sebenarnya mereka tahu hanya saja mereka tidak mau tahu dengan pengetahuannya tersebut. Memberitahu orang yang memang benar-benar tidak tahu akan terasa lebih mudah ketimbang kita memberitahu orang yang sudah tahu tapi dia tidak mau tahu akan apa-apa yang telah ia ketahui itu.
“Dzaalika” (TJ) Terhadap kabar gembira masuk surga dan azab.

...
Saba: 29
- (Wa yaquuluuna mataa haadzal wa’du) Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Eh Muhammad emangnya kapan janji...?”
“Bil ‘azaabi” (TJ) Datangnya azab.

- (In kuntum shoodiqiin) “...kalau memang kamu itu adalah orang yang benar?"
Jadi mereka bukannya takut terhadap peringatan azab yang Nabi sampaikan kalau mereka kufur, eh mereka malah menantang Nabi agar segera mendatangkan azab tersebut kalau memang Nabi itu memang benar dengan janjinya tersebut.
Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan pengetahuan mereka. Karena ketika masa mudanya Muhammad, sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rosul sudah dikenal sebagai pemuda yang dipercaya. Bahkan Rosul mendapat julukan al amiin (orang yang dapat dipercaya).
Dan, julukan al amiin itu bukannya Rosul yang mengklaim bahwa dirinya patut dipercaya. Tapi itu adalah pengakuan publik atau masyarakat ketika itu. Padahal Muhammad muda mah nggak peduli apakah dia dianggap orang yang pantas dipercaya atau dia adalah pemuda yang suka berbohong.
Bahkan ketika sudah menjadi Rosul pun yang percaya bukan hanya orang-orang yang mencintai beliau. Musuhnya pun sebenarnya percaya pada beliau. Suatu contoh misalnya, ketika ada dari golongan mereka yang hendak pergi jauh, mereka kerap kali menitipkan barang dagangan mereka kepada Rosul.
Karena kalau mereka menitipkan barang dagangannya tersebut kepada kaumnya sendiri, mereka khawatir barang dagangannya tersebut akan berkurang atau hilang. Namun setelah mereka kembali dan mereka mengambil lagi barang dagangannya yang mereka titipkan itu dari Rosul mereka berkata, “Ya Muhammad terima kasih sudah menjaga barang dagangan saya. Sekarang saya mau mengambil barang dagangan saya dan kita bermusuhan lagi.”
Mana ada pemimpin saat ini yang seperti itu. Jangankan oleh musuh-musuhnya. Oleh golongannya sendiri saja beberapa pemimpin kita masih kurang dipercaya. Kalau Rosul itu, semakin orang kenal beliau, maka orang akan semakin respect dan semakin cinta beliau.
Beda banget iya dengan pemimpin di Indonesia? Kalau di Indonesia mah, semakin kita kenal pemimpin kita maka kita akan semakin nyesel udah mengamanatkan suara kita sama mereka. Maka sebagian ngegerundel dalam hatinya dengan berkata, “Oh tahunya dia orangnya begitu toh. Nyesel banget kenapa dulu gua milih dia sebagai pemimpin. Kalau dari dulu gua tahu dia orangnya seperti itu mana mungkin gua akan memilihnya sebagai pemimpin.”
Untungnya rakyat Indonesia adalah manusia yang besar jiwanya..

Selasa, 02 Maret 2010

Berkenalan dengan Allah Via FB

Cibubur, Jum'at, 19 Pebruari 2010

Berkenalan dengan Allah Via FB

Oleh: Mohamad Istihori

An Nisa: 55

- Faminhum (maka sebagian orang-orang yang hasad).

- Man amana bihi (ada orang yang beriman kepada Muhammad saw.)

- Wa minhum man shodda 'anhu (dan sebagian lagi menghalang-halangi orang lain untuk beriman kepada Muhammad saw.)

Mereka berkata: "Kalo emang bener Muhammad itu nabi, masa dia sibuk dengan urusan perempuan? Masa istrinya banyak banget?

Masa ada nabi makan dan minum? Masa nabi ke pasar? Jualan? Kerja? Nyari penghidupan dunia? Nabi macam apa itu?

Emangnya nggak ada apa dari golongan malaikat yang bisa dijadikan rosul akhir zaman yang bisa konsentrasi ngurusin kebutuhan umat?"

- Wa kafaa bijahannama sa'iiroo (dan cukuplah bagi orang-orang yang menghalangi itu Neraka Jahanam yang apinya berkobar-kobar karena saking panas.)

...

An Nisa: 56

- Innalladziina kafaruu biaayaatinaa (sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami).

Kufur adalah menolak mentah-mentah kebenaran. "Ah saya mah nggak wajib sholat."

Beda dengan orang yang maksiat, biasanya mereka berkata, "Emang sih saya mah nggak sholat. Tapi saya tahu bahwasanya sholat itu memang wajib."

Jadi bagi orang beriman yang maksiat mah masih ada perasaan bahwa yang ia lakukan adalah salah dan berdosa.

Hanya saja ia memang belum memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat untuk melaksanakan perintah Allah secara utuh.

Contoh lain selain sholat misalnya: hukum qishos, hukum poligami, dan lain-lain yang kerap orang tidak melakukannya bukan karena menolak kebenaran namun mungkin karena keadaan di mana ia tinggal kurang mendukung untuk menegakkan hukum-hukum Allah tersebut.

- Saufa nushliihim (kelak mereka akan Kami masukan).

- Naaron (ke dalam neraka).

- Kullamaa nadijat juluuduhum (tatkala Kami bakar kulit-kulit mereka).

- Baddalnaahum juluudan ghoirohaa (maka Kami ganti kulit-kulit mereka dengan kulit-kulit yang baru).

Untuk apa hal itu dilakukan oleh Allah?

- Liyadzuuqul 'azaaba (adalah agar mereka benar-benar merasakan azab/siksaan).

Kalau begitu terbakar mereka mati mah mereka tidak terlalu merasakan siksa.

Tapi ini mah begitu kulit mereka hangus terbakar, dalam waktu yang cepat kulit mereka tergantikan dengan kulit yang baru sehingga mereka kembali merasakan pedihnya terbakar api neraka.

- Innallaaha kaana 'aziizan hakiimaa (sesungguhnya Allah adalah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).

'Aziiz bisa juga berarti bahwa tidak ada satu pun makhluk yang mampu mengalahkan Allah.

Sedangkan hakiim juga berarti bahwa Allah adalah Sang Ahli Hikmah. Maksudnya adalah pasti selalu ada sesuatu di balik segala apa yang Allah ciptakan dan perintahkan.

Cuma terkadang manusianya saja yang belum mampu menghikmahi ciptaan dan perintah Allah sehingga kita kerap menganggap ada yang sia-sia nggak berguna.

Misalnya nyamuk. Ada orang yang menganggap bahwa nyamuk nggak ada manfaatnya. Padahal apapun yang telah Allah ciptakan tidak akan ada yang sia-sia. Hanya manusia-lah yang kerap menyia-nyiakannya.

Ada beberapa pihak yang menganggap beberapa kecanggihan teknologi seperti facebook misalnya adalah sesuatu yang tidak berguna bahkan banyak madarat-nya (banyak dampak negatifnya).

Ini contoh lain dari orang yang tidak memiliki ilmu hikmah. Karena pada dasarnya semua kecanggihan teknologi itu adalah netral.

Kecanggihan TI itu ibarat pisau bermata dua. Kalau dipake untuk masak atau motongin sayuran itu adalah baik.

Tapi kalau dipake buat motong orang, maka pisau menjadi suatu hal yang sangat menakutkan.

Yang salah adalah orang yang menyalahgunakannya. Itu karena ia masih punya syahwat.

Sehingga sesuatu yang berpotensi punya manfaat besar seperti FB, di tangan orang tersebut menjadi disimpangkan kepada hal-hal yang merugikan.

Kalau ada orang yang melarang atau bahkan sampai mengharamkan FB atau kecanggihan teknologi informasi lainnya, itu hanya menunjukkan ketidakmampuan dia dalam mendidik dan mengajak orang lain agar menghikmahi kecanggihan TI.

Sehingga kecanggihan TI yang tidak bisa kita bendung dan yang pastinya akan terus berkembang menuju kecanggihan demi kecanggihan ini menjadi lebih mendekatkan kita kepada Allah SWT.