Selasa, 26 Januari 2010

Akuilah Aku Seorang Jablay!

Kampung Rambutan, Selasa, 26 Januari 2010

Akuilah Aku Seorang Jablay!

Oleh: Mohamad Istihori

"Saya heran mengapa anak muda zaman sekarang, terutama pemudinya, sangat marah kalau dibilang jablay." ungkap Kiai Jihad dalam obrolan santainya dengan Mat Semplur malam ini.

"Lah jelas marahlah Pak Kiai! Emang Pak Kiai nggak tahu apa artinya jablay?" tanya Mat Semplur.

"Iya tahulah. Karena tahu artinya itulah mengapa saya jadi heran. Bukankah artinya jablay itu jarang dibelay Plur?" Kiai Jihad tanya balik.

"Benar Pak Kiai!" jawab Semplur.

"Nah bagi sepasang kekasih yang masih pacaran kalau dipanggil jablay semestinya berterima kasih dong atau harusnya merasa senang dong? Jangan malah marah!" ujar Kiai Jihad.

"Mana ada orang dipanggil jablay ngancungin jempol Pak Kiai. Wajar aja dong dia marah!"

"Loh semestinya yang masih pacaran mah jangan marah dong dipanggil jablay. Kalau memang jablay itu artinya jarang dibelay.

Kan saat pacaran mah emang sudah semestinya kita jarang dibelay. Malah harusnya jangan dibelay. Bukan lagi jarang dibelay.

Mengapa masyarakat kita justru memutar balikkan fakta ini?"

"Maksud Pak Kiai?" tanya Semplur belum paham. Wajar memang Mat Semplur tidak segera paham ucapan Kiai Jihad.

Karena ucapan Kiai Jihad itu hanya bisa langsung dipahami oleh orang yang CPU akalnya minimal sudah Pentium 4.

Orang macam Semplur yang CPU akalnya masih Pentium 1 tidak akan bisa langsung mencerna. Paling bisa mencerca. Atau paling tidak kembali bertanya.

Makanya sambil tersenyum Kiai Jihad berkata, "Mengapa jablay justru diidentikan dengan Pekerja Seks Komersil (PSK) atau pelacur?

Sangat tidak rasional menyamakan jablay dengan pelacur. Jablay itu kepanjangan dari jarang dibelay sedangkan pelacur itu serblay!"

"Serblay? Apaan tuh serblay? Baru dengar tuh saya Pak Kiai." tanya Mat Semplur si pemilik CPU akal Pentium 1.

"Serblay itu kebalikan dari jablay. Serblay itu sering dibelay. Bukankah yang sering dibelay oleh yang bukan muhrimnya itu adalah pelacur." ujar Kiai Jihad.

"Lebih dari sering dibelay kali Kiai?" Mat Semplur menambahkan.

"Nah genengan kamu tahu."

"Atau mungkin juga budaya kita zaman sekarang yang merasa bangga kalau saat pacaran sudah bisa membelay atau dibelay oleh pacar kita?

Sehingga kalau ada orang yang bilang kita jablay (jarang dibelay) kita merasa terhina bukan main. Sehingga kita merasa harga diri dan kehormatan kita telah terinjak-injak olehnya?

Karena mungkin kebanggaan dan kehormatan anak muda zaman sekarang adalah semakin sering dibelay atau membelay pacarnya maka ia semakin memiliki harga diri dan kehormatan?"

"Iya juga iya Kiai?" Mat Semplur mulai sedikit paham akan arah pembicaraan Kiai Jihad.

"Jadi mulai sekarang berbangga dong iya Pak Kiai, bagi pasangan yang masih pacaran atau yang belum menikah, baik laki-laki apalagi perempuan, kalau ada orang yang memanggil kita jablay?" tambah Semplur lagi.

"Bukan lagi berbangga Plur. Malah, sebagaimana tadi saya bilang harusnya kita berterima kasih pada yang mengucapkan dan bersyukur sama Allah karena kita tetap kuat dan konsisten dalam menjaga kehormatan dan kesucian kita dan pasangan kita." kata Kiai yang pernah patah hati itu.

"Jadi, bagi yang masih pacaran atau yang masih jomblo mari kita ucapkan bersama: "Hidup jablay! Hidup jablay! Hidup jablay!" ujar Semplur dengan semangat yang membara.

"Nah kalau yang sudah nikah baru harus serblay. Baru harus sering membelay atau dibelay pasangan hidupnya.

Atau dengan kata lain, bagi yang sudah nikah akan menjadi masalah kalau masih juga jarang dibelay atau jarang membelay (jablay).

Maka, bagi yang sudah nikah, wajar ia marah kalau dipanggil orang lain dengan sebutan jablay. Karena itu menunjukkan mereka belum merupakan pasangan suami-istri yang harmonis." ujar Kiai Jihad menyudahi obrolan santainya.

"Lay..lay..lay..
Panggil aku si Jablay
Abang jarang pulang
Aku jarang dibelay."
Demikian terdengar sayup-sayup lagu dangdut yang berasal dari warung kopi tempat Kiai Jihad dan Mat Semplur ngobrol.

Pemimpin Indonesia Sejati di Manakah Engkau Kini?

Kampung Rambutan, Selasa, 26 Januari 2010

Pemimpin Indonesia Sejati di Manakah Engkau Kini?

Oleh: Mohamad Istihori

Siapakah gerangan ia pemimpin Indonesia sejati? Adakah ia kini? Kalau memang ada, di manakah kiranya ia kini?

Di mana figur dan sosok yang mampu merangkul semua kelompok, semua golongan, semua warna, semua agama, semua suku, dan seluruh kepentingan bangsa Indonesia?

Ia yang bukan yang hanya diterima oleh partai politiknya. Atau karena memang ia bukan orang yang turun ke dunia politik praktis. Bukan hanya dielu-elukan oleh aliran pemahaman agamanya. Bukan hanya dibangga-banggakan oleh sukunya.

Apa perlu kita sewa seseorang yang entah dari negara mana untuk memimpin bangsa dan negara Indonesia? Apakah sudah tidak ada lagi seseorang di negeri ini yang bisa kita andalkan untuk dijadikan pemimpin di negara tercinta ini?

Atau ia mungkin saat ini ada, tapi mengapa kita tidak menyediakan ruang dan waktu untuknya untuk memimpin bangsa ini hanya karena, misalnya, ia bukan orang partai? Atau ia punya cacat fisik tertentu?

Atau karena ia tidak memiliki latar belakang pendidikan formal? Padahal ia sangat diterima oleh segenap bangsa ini. Mengapa kita masih saja memperdebatkan masalah-masalah formal yang sangat tidak penting seperti itu?

Sedangkan telah nyata fakta di depan mata kepala kita, bahwa orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi belum tentu sanggup memimpin Indonesia.

Bahwa orang yang cacat secara fisik bisa saja lebih sehat jiwanya daripada kita yang sehat secara fisik namun penuh borok di sana-sini dalam jiwa dan rohani kita.

Apakah harapan bangsa ini untuk dipimpin oleh pemimpin sejati yang berasal dari negara ini hanya sebuah impian yang tidak "terbeli"?

Kalau memang bisa "dibeli" berapakah "ongkosnya"? Tidak cukupkah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dan para pendiri bangsa ini "mengongkosi" lahirnya pemimpin sejati?

Mengapa kita lebih memilih penguasa daripada pemimpin? Mengapa yang kita ke depankan hanya kepentingan golongan kita? Partai politik kita? Syahwat berkuasa pribadi kita?

Tak bisakah pemimpin saat ini mengikhlaskan dirinya untuk mempersiapkan lahirnya pemimpin baru yang sejati dengan mengendapkan nafsu pribadinya untuk terus-menerus mempertahankan kepemimpinannya?

Padahal sudah nyata dalam beberapa dekade ia terbukti gagal menjalankan janji-janji politiknya yang ia gembar-gemborkan sejak kampanye dulu?

Emangnya gampang apa mimpin rakyat Indonesia yang begitu majemuk dan plural? Yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, bahasa, dan agama?

Mengapa kita selalu memilih pemimpin yang berambisi untuk menjadi pemimpin? Padahal, kata orang bijak, "janganlah kau serahkan kepemimpinan kepada orang yang masih memiliki ambisi untuk memimpinmu!"

Apa mungkin kita masih terlalu buruk untuk dipimpin oleh orang baik? Apa mungkin kita masih belum siap dipimpin oleh orang yang jujur karena berbohong, berdusta, dan korupsi masih menjadi budaya kita sehari-hari?

Apa mungkin kita masih terlalu hina untuk dipimpin oleh orang yang mulia? Apa mungkin kita masih terlalu serakah untuk sehingga sangat enggan untuk dipimpin oleh orang yang berkualitas namun ia tampil apa adanya (low profile high product)?

Sungguh Indonesia adalah sebuah cita-cita dan semangat untuk hidup bersama di tengah segala perbedaan yang ada.

Indonesia bukanlah kemarin. Indonesia adalah sebuah cita-cita yang sampai hari ini kita, sebagai bangsa, belum juga bersungguh-sungguh untuk mengenal dan menafsirkannya.

Sampai suatu hari datanglah sebuah pemahaman dan ideologi dari suatu golongan yang hendak menyeragamkan Indonesia.

Ada yang mengatasnamakan agama Tuhan. Ada juga yang mengatasnamakan kepentingan keluarga besarnya untuk memonopoli kekayaan alam yang ada.

Apakah Allah harus ikut langsung untuk mencoblos pada Pemilu 2014 nanti agar kita tidak salah lagi untuk memilih pemimpin yang sejati bagi negara kita ini?

Ah rasanya Tuhan nggak perlu repot-repot kayak gitu kali. Saya masih yakin kita masih memiliki nurani untuk tidak salah lagi memilih.

Saya yakin kita masih memiliki akal sehat untuk membedakan mana pemimpin dan mana maling.

Semoga.

Senin, 25 Januari 2010

Lelaki dan Wanita yang Semestinya

Ciputat, Rabu, 06 Januari 2010

Lelaki dan Wanita yang Semestinya

Oleh: Mohamad Istihori

Lelaki

Lelaki seharusnya mampu menahan nafsu syahwatnya (melampiaskannya) ketika ia berada di hadapan wanita yang bukan muhrimnya. Sekalipun wanita itu adalah pacarnya.

Karena kalau lelaki tidak mampu mengendalikan nafsu menyimpangnya itu maka hancurlah harga dirinya di hadapan wanitanya itu.

Suatu saat kalau sudah menikah, ketika lelaki itu menasehati wanitanya bisa-bisa wanitanya itu ngeles sambil berkata, "Alah lu pake nasehatin gua segala lagi. Prilaku lu selama pacaran sama gue aja udah nggak bener.

Mintanya yang aneh-aneh melulu. Kalo nggak dikasih ngancam mau mutusin lah. Bilang kalo gua nggak cinta lah. Nggak care lah."

Atau kalau konteksnya zaman sekarang, lelaki juga semestinya tidak harus selalu nurutin kemauan wanitanya. Mentang-mentang cinta apa pun dilakukannya. Entar kalo ditinggal kawin baru tau rasa dia.

Wanita

Wanita semestinya jangan terlalu mudah juga mengabulkan apa yang dimaui lelakinya. Apalagi kalau cuma kemauan pacarnya.

Kalau wanita dengan gampang-gampang saja mengiyakan apa yang dimaui lelakinya maka hancurlah semua harga dirinya sebagai wanita.

Atau kalau kita bicara permasalahan sekarang, wanita juga jangan sampe minta apalagi sampe nuntut lelakinya untuk mencapai segala apa yang ia harapkan. Sungguh, alangkah sengsaranya lelaki yang memiliki wanita semacam ini.

Lelaki dan Wanita

Lelaki dan wanita semestinya saling mengimbangi. Bukan malah saling bersaing apalagi memanfaatkan dan mencurangi.

Kalau karakter lelaki kita seperti gas, yang maunya ngebut terus maka kita sebagai wanitanya harus mampu mengambil peranan sebagai rem. Agar lelaki kita itu tidak nabrak-nabrak terus.

Kalau lelaki kita nge-rem terus nggak mau nge-gas-nge-gas maka kita sebagai wanitanya harus seumpama gas yang mampu memberikan spirit dan semangat bagi segala aktivitas kerjanya.

Begitu juga sebaliknya, kalau wanita kita maunya nge-gas aja nge-gas maka kita sebagai lelakinya harus mampu menjadi rem baginya agar wanita kita itu tidak terus terperosok dalam jurang kehancuran dan kehinaan.

Atau kalau wanita kita nge-rem, nggak sanggup narik gas untuk melangkahkan kakinya menuju masa depan yang lebih baik maka kita sebagai lelakinya harus mampu memberikan suntikan semangat tanpa kenal menyerah sampe wanita kita semangat.

Demikianlah memang semestinya lelaki dan wanita. Saling mengisi dan mengimbangi. Adanya lelaki adalah karena wanita. Dan, adanya wanita dicipta adalah karena lelaki.

Menangis Mengemis-ngemis

CBS, Senin, 25 Januari 2010

Menangis Mengemis-ngemis

Oleh: Mohamad Istihori

Aku melihat ia menangis
Minta sesuatu sampai mengemis-ngemis
Bukan minta di-kiss
Atau bukan karena suatu perbuatan sadis

Keinginan itu sudah sangat mendesak
Ia pun menangis tersendak-sendak
Kemauan itu sudah sangat amat
Permintaan yang datang setelah hari Jum'at

Ia minta hal itu siang-siang
Khayalannya memang sudah melayang-layang
Akan suatu aktivitas yang baginya nikmat bukan alang-kepalang
Tapi semua hanya bayang-bayang

Tak dikabulkan salah
Dikabulkan keadaan akan semakin parah
Keadaan semakin tak terarah
Semakin didiamkan ia semakin marah

Jika tak berpikir cepat
Kondisi pasti gawat
Kalau bertindak telat
Akan ada "nyawa yang lewat"

Menerima dengan Cara Menolak

Cibubur, Senin, 25 Januari 2010

Menerima dengan Cara Menolak

Oleh: Mohamad Istihori

Wah Kiai Jihad benar-benar terkejut pagi ini. Entah mimpi apa dia semalam. Hatinya terus bertanya-tanya apa gerangan yang membuat seorang wanita cantik, perawan lagi, datang ke rumahnya sebelum matahari pagi bersinar pada hari ini.

Yang membuat Kiai Jihad lebih kaget lagi, bahkan ia hampir pingsan adalah ketika wanita itu mengutarakan maksudnya hendak melamar Kiai Jihad.

Kiai miskin itu kaget alang-kepalang. Ia mulai meraba-raba pikirannya sendiri dan berkata dalam hati, "Apakah ini yang dinamakan emansipasi wanita? Wanita datang ujug-ujug mau melamar pria pilihan hatinya?"

Kalau dulu Siti Khadijah melamar pemuda Muhammad melalui perantara. Tidak dengan wanita yang datang ke gubuk reot Kiai Jihad dini hari menjelang pagi ini.

"Saya rasa saya bukanlah lelaki yang cocok untuk anda jadikan pendamping hidup." ujar Kiai Jihad menanggapi pinangan wanita itu.

"Saya adalah lelaki miskin dengan pendapatan kecil yang tidak menentu setiap bulannya.

Dengan penghasilan dan keadaan seperti ini saya tidak akan sanggup membelikan segala apa yang menjadi konsumsi wajib wanita masa kini.

Apalagi, kalau nanti kita sudah menikah dan dikaruniai anak, untuk mensekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi." ujar Kiai Jihad.

"Tapi saya cinta anda Pak Kiai." ujar wanita cantik itu.

"Aduh anda kok ngomong cinta. Zaman sekarang udah nggak waktunya ngomongin cinta. Emang kamu mau ngasih makan anak-anak pake cinta apa?" kata Kiai Jihad.

Wanita berpakaian agak rapat itu sangat kaget mendengar segala apa yang ia dengar dari Kiai Jihad. Selama ini diam-diam ia mempelajari dan mengikuti pengajian Kiai Jihad.

Wanita kita ini tidak menyangka kalau ternyata ia mendengar statement seperti itu dari Kiai Jihad. Ia mulai bertanya-tanya dalam hatinya, "Hal apa gerangan yang membuat Kiai Jihad memiliki pemikiran seperti itu?"

Demikianlah memang gaya berpikir Kiai Jihad. Sangat sulit ditebak. Kadang ia menerima seseorang dengan cara menolak. Dan, di saat lain ia menolak seseorang dengan cara menerima dan merangkulnya menjadi sahabat dekat.

Sayangnya wanita itu belum memahami benar pemikiran Kiai Jihad. Yang baru ia pelajari baru dhzahir kata yang diucapkan Kiai Jihad, belum substansinya.

Jumat, 22 Januari 2010

Yang Menyebabkan Kita Boleh Tayamum

Cibubur, Jum'at, 18 Desember 2009

TJ: 77

Yang Menyebabkan Kita Boleh Tayamum

Oleh: Mohamad Istihori

Wa ingkungtum mardho aw 'alaa safarin aw jaa-a ahadum mingkum minal ghooithi aw laamastumun nisaa-i falam tajiduu maa-ang fatayammamuu sho'iidang thoyyibang famsahuu biwujuuhikum wa aydiiyakum innallaha kaana 'afuwwan ghofuuroo.

Ada beberapa hal yang memperbolehkan kita untuk tayamum:

Pertama, wa ingkungtum mardho, dan jika kamu sekalian dalam keadaan sakit. Yang sakit itu menjadikan kita tidak boleh kena air sesuai dengan resep dokter, maka dalam keadaan seperti ini kita diperbolehkan untuk tayamum.

Kedua, aw 'alaa safarin, atau dalam perjalanan, yang dalam perjalanan itu kita tidak menemukan air maka dalam keadaan seperti ini kita juga bisa tayamum kok.

Ketiga, Aw jaa-a ahadum mingkum minal ghooithi, atau telah datang salah seorang dari kamu sekalian dari buang air besar. Kalau setelah buang air kita tidak menemukan air untuk bersuci kita bisa menggunakan batu (isti-jar), daun yang buahnya tidak dimakan, tisu, atau benda lain yang kasat.

Setelah bersih barulah kita bisa tayamum sebagai pengganti wudhu akibat keadaan ketika itu yang memang sedang tidak ada air.

Keempat, aw laamastumun nisaa-a, atau ketika kamu sekalian menyentuh wanita maka tayamumlah jika memang ketika itu juga tidak ada air untuk berwudhu.

Menyentuh yang membatalkan wudhu adalah ketika kita menyentuh kulit wanita. Sedangkan kalau kita menyentuh rambut, kuku, dan gigi itu sama sekali tidak membatalkan wudhu.

Wanita yang dimaksud di sini adalah wanita yang memang bukan muhrim. Kalau wanita muhrim yang kita sentuh kulitnya mah itu sama sekali tidak membatalkan wudhu.

Di antara wanita muhrim (wanita yang haram untuk kita nikahi) oleh sebab nasab adalah:

1. Orang tua
2. Anak
3. Cucu
4. Emak
5. Nenek
6. Adik
7. Kakak, dan
8. Keponakan.

Sentuhan yang membatalkan wudhu juga disebabkan karena dua duanya sudah pada baligh dan tanpa penghalang.

Menyentuh dubur atau kubul anak kecil juga membatalkan wudhu.

Menyentuh dubur atau kubul hewan tidak membatalkan wudhu. Cukup dicuci saja karena najis. Karena dubur atau kubul hewan itu bukan aurat, maka tidak wajib ditutup.

Maka kalau ada orang yang merasa tidak wajib menutup aurat yang wajib ditutupi itu sama saja ia menurunkan derajatnya yang tinggi dan mulia menjadi setara dengan derajat hewan.

Falam tajiduu ma-an fatayammamuu sho'iidang thoyyiban.

Maka jika kamu sekalian tidak menemukan air, maka tayamumlah dengan debu yang suci.

Kita tidak diperbolehkan tayamum sebelum masuk waktu sholat. Kecuali tayamumnya untuk membaca al Quran.

Tayamum itu hanya untuk satu paket. Kecuali ibadah yang memang satu paket seperti qobliyah, fardhu, dan ba'diyah.

Famsahuu biwujuuhikum wa aydiyakum. Innallaha kaana 'afuuwan ghofuuroo.

Anggota wudhu itu cuma ada dua bro. Pertama wajah dan kedua tangan.

Sifat-sifat Yahudi

Cibubur, 08 Januari 2010

Sifat-sifat Yahudi

Oleh: Mohamad Istihori

Kali ini yang akan kita bahas adalah Tafsir Jalalain tentang surat an Nisa lanjutan ayat 46. Dalam ayat tersebut disebutkan sifat-sifat jelek bangsa Yahudi.

Pertama, yuharrifuunal kalima 'am mawaadhi'ihi.

Mengubah maksud suatu kalimat (ayat Allah) dari pengertian sebenarnya. Hal ini dilakukan oleh mereka hanya untuk mencari pembenaran bukan mencari kebenaran.

Dengan pembenaran inilah maka mereka merasa tidak berdosa melakukan segala kemaksiatan dan kezaliman karena merasa melakukan suatu pekerjaan berdasarkan perintah Tuhan.

Kedua, wa yaquuluuna sami'naa wa 'ashoynaa. Gua dengerin tapi nggak bakalan gua taatin.

Wa law annahum qooluu sami'naa wa atho'naa wasma' wandzurnaa lakaana khoral lahum wa aqwama.

Kita mah jangan sampai memiliki sifat-sifat kayak gitu. Yang harus kita miliki adalah sifat-sifat sebagai berikut:

Pertama, sami'naa wa a-tho'naa. Mendengar dan mentaati.

Idkhoolus suruur ilas shuduur. Memasukkan kegembiraan ke dalam hati manusia.

Kisah seorang anak yang sedang bisulan dengan bapaknya. Suatu hari seorang anak yang sudah lama tidak pulang, kembali ke rumah orang tuanya.

Begitu sampai di rumah sang bapak dengan sangat senangnya menyambut anaknya tersebut. Sampai-sampai ia memukul pantat anaknya tersebut tanpa ia sadari.

Begitu dipukul, sang anak berteriak kesakitan. "Aduh!" teriak sang anak.

"Loh kenapa wahai anakku? Apa yang terjadi gerangan dengan kamu sesungguhnya?" tanya sang bapak keheranan melihat anaknya kesakitan.

"Bapak gimana sih pantat saya kok ditepak kenceng banget. Emang nggak tahu apa pantat saya lagi bisulan?" ujar sang anak dengan penuh kekesalan.

"Oh pantat kamu lagi bisulan toh? Kenapa kamu nggak bilang-bilang?"

"Gimana saya bisa bilang orang bapak aja nggak nanya-nanya dulu. Main tepak aja."

Dari kisah di atas, siapakah yang patut untuk disalahkan? Bapak yang nggak nanya anaknya? Atau justru anaknya yang tidak segera memberitahukan dan curhat pada bapaknya bahwa pantatnya bisulan?

Kedua (sifat yang harus kita miliki), wasma'. Perhatikan bukan malah minta perhatian.

Ketiga, wandhzurnaa.

Mengapa sudah banyak ajaran, teori, rumus, nasihat yang datang menghujam kepada kita tapi masih saja kita tetap mendapatkan laknat dari Allah? Hal ini semua dikarenakan "kekufuran kita".

Semua orang kalau ditanya dan pasti selalu bercita-cita mau jadi orang benar. Tapi mengapa kok masih ada saja orang yang nggak benar?

Wa laakil la'anahumullahu bikufrihim falaa yu-minuuna illa qoliilaa.

Huruf ba pada kalimat bikufrihim adalah ba sababiyah. Maka maksud ayat di atas adalah: adanya laknat Allah yang menimpa mereka disebabkan kekufuran mereka.

Kemudian dilanjutkan falaa yu-minuuna illa qoliilaa, yang artinya maka mereka itu tidak beriman kecuali sedikit.

Maka beruntunglah orang-orang atau golongan yang sedikit. Makanya tidak aneh kalau Rosul berdo'a: allahummaj'alnii minal qoliil. Ya Allah jadikan dan masukkanlah aku termasuk dari yang sedikit.

Maka dalam al Quran sering disebutkan aktsaruhum laa yu-minuun atau aktsaruhum laa yatafak-karuun. Kebanyakan mereka tidak beriman, kebanyakan mereka tidak berpikir, dan kebanyak-kebanyakan yang lainnya lagi.

Malaikat Penjaga

Cibubur, Rabu, 23 Desember 2009

TJ: 202

Malaikat Penjaga

Oleh: Mohamad Istihori

Setiap manusia, baik muslim maupun kafir, disertai malaikat. Inilah kelebihan dan keutamaan manusia jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain.

Di antara malaikat yang menjaga manusia adalah:

1. Lima malaikat malam dan lima malaikat siang yang bertugas menjaga manusia.

Satu malaikat sebelah kanan mencatat kebaikan manusia.

Satu malaikat sebelah kiri mencatat kejelekan.

Satu malakaikat mewakili/menjaga ubun-ubun manusia. Kalau manusia merendahkan hatinya terhadap sesama makhluk, maka malaikat tersebut akan mengangkat derajat orang tersebut di hadapan Allah SWT.

Jika sebaliknya, kalau ia menyombongkan diri/takabur maka malaikat tersebut akan merendahkan derajat orang tersebut.

Satu malaikat menjaga kedua mata manusia dari berbagai macam penyakit mata. Hal inilah yang menyebabkan kelopak mata kita selalu reflek/spontan menutup ketika ada benda asing yang hendak masuk.

Satu malaikat menjaga mulut manusia. Terutama ketika kita mangap saat tidur. Kan bisa aja kalau nggak ada yang jaga saat kita tidur bisa masuk lalat, nyamuk, atau hewan lainnya.

Secara teori kedokteran, mengapa hewan tidak masuk ke dalam mulut kita saat kita sedang tidur? Karena mulut kita menyebarkan bau mulut saat tidur. Itu menurut riwayat kecil.

Sedangkan menurut riwayat yang sholeh. Ada 10 malaikat yang menjaga kita saat malam. Dan, 10 malaikat lagi yang menjaga kita saat siang.

Adapun rincian 10 malaikat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Berada di sebelah kanan
2. Berada di sebelah kiri
3. Berada di depan
4. Berada di belakang
5. dan 6. Berada pada kedua mata
7. dan 8. Pada kedua bibir
9. Pada mulut
(menjaga manusia yang istiqomah membaca sholawat), dan
10. Pada ubun-ubun
(bila manusia merendahkan hati maka malaikat akan mengangkat derajatnya. Dan, begitu juga sebaliknya, kalau manusia malah sombong maka malaikat akan merendahkan derajatnya.

Selain Rokib dan Atid yang mencatat semua kebaikan dan kejelekan. Maka satu orang dijaga 22 malaikat.

20 malaikat tersebut berkumpul pada saat Shubuh dan Ashar. Shubuh adalah pergantian dari malaikat malam ke malaikat siang. Sedangkan Ashar adalah pergantian dari malaikat siang ke malaikat malam.

Maka jagalah baik-baik Ashar dan Shubuh kita. Namun tanpa menafikan tiga sholat wajib yang lain.

Allah berfirman, Haafidzuu 'alash sholawaati wash sholaatil wushthoo, "Jagalah sholat-sholat dan terutama sholat wushtoo (sholat Shubuh dan Ashar)."

Ketika Ashar, malaikat siang yang tugasnya sudah digantikan oleh malaikat malam naik. Ketika bertemu Allah ia ditanya, "Kaifa taroktum 'ibaadii?" "Dalam keadaan yang bagaimana kau tinggalkan hamba-Ku?"

Dalam keadaan mabuk, sholat, zina, sholawat, berdusta, atau lagi ngaji?

Para malaikat ini tidak akan meninggalkan manusia sampai kita meninggal dunia. Kalau kita sudah meninggal, selesailah penjagaan malaikat terhadap manusia.

Kemudian muncul pertanyaan, "Allah kan tahu terhadap gerak-gerik seluruh makhluknya terutama manusia, tapi kok kenapa Allah masih saja membutuhkan bantuan malaikat?"

Hal ini mengandung hikmah. Bukan artinya Allah tidak tahu. Tapi hikmahnya adalah Allah memberi kemuliaan kepada manusia dibandingkan malaikat.

Jadi saking mulia-mulianya manusia sampai dikawal malaikat. Sedangkan malaikat sendiri nggak ada yang ngawal.

Wa laqod karromnaa banii aa-dama. (al Aayah).

HIKMAH JAWABAN MALAIKAT ATAS PERTANYAAN ALLAH

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa Allah bertanya kepada malaikat, Kaifa taroktum 'ibaadii?

Yang ditanya oleh Allah adalah sholat/amal sholeh. Yang diangkat ke langit hanya amal sholeh. Maka bila manusia beramal sholeh mereka mulia.

Jadi ukuran kemuliaan manusia adalah terletak pada amal sholehnya. Setelah itu barulah turun rahmat-Nya.

Dan, rahmat Allah ini diberikan kepada manusia secara umum. Dan semua itu adalah min amrillah. Min di sini bermakna bi. Jadi biamrillah sehingga artinya adalah oleh sebab perintah Allah-lah maka turun rahmat kepada seluruh manusia.

"Berniaga dengan Allah"

CBS, Kamis, 210110

"Berniaga dengan Allah"

(Hikmah Dhuha Pak Heria Widya)

Oleh: Mohamad Istihori

Ayat-ayat yang dibahas Pak Wid pagi ini adalah surat as Shoof (61): 10, 11, 12, dan 13:

Ayat 10:

Yaa ayyuhalladziina aamanuu hal adullukum (aku tunjukan kepada kamu sekalian) 'alaa tijaarotin tunjiikum (yang menyelamatkan kamu sekalian) min 'adzaabin aliim.

Allah menawarkan kepada orang-orang beriman dua jenis "perniagaan" yang bisa menyelamatkan seorang mukmin dari azab yang sangat pedih.

Yang bisa mengambil tawaran ini adalah orang yang beriman. Orang yang levelnya baru muslim tidak akan sanggup untuk menjalankan dua "perniagaan" yang Allah tawarkan berikut ini.

Ayat 11:

Tu-minuuna billaahi wa rosuulihi wa tujaahiduuna fii sabiilillahi biamwaalikum wa anfusikum. Dzaalikum khoerullakum in kuntum ta'lamuun.

Perniagaan pertama adalah agar kita beriman kepada Allah dan Rosul-Nya (Muhammad saw). Dan, perniagaan kedua adalah jihad (kombinasi antar perjuangan pemikiran dengan perjuangan hati) di jalan Allah dengan harta dan jiwa kita.

Itulah perniagaan yang paling baik yang bisa dijalankan oleh orang mukmin yang tahu dan mau tahu akan hal ini.

Kalau kita udah tingkat mukmin tapi tidak tahu maka kita tidak akan melaksanakan kedua atau salah satu dari dua peniagaan yang ditawarkan oleh Allah di atas.

Ayat 12:

Yaghfirlakum dzunuubakum wa yudkhilkum jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru wa masaakina thoyyibatan fii jannaati 'adn. Dzaalikal fauzul 'adziim.

Keuntungan dari kedua perniagaan di atas adalah pertama Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.

Kedua, Allah akan memasukan kita ke dalam surga 'Adn (yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan ada tempat-tempat yang nyaman).

Ayat 13:

Wa ukhroo tuhibbuunahaa. Nashrum minallahi wa fathun qoriib. Wa basysyiril mu-miniin.

Ketiga, (keuntungan bagi orang beriman yang menjalankan perniagaan dengan Allah) adalah mendapat pertolongan langsung dari Allah.

Keempat, mendapatkan kemenangan dalam jangka waktu yang sangat dekat.

Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang beriman agar segera mengadakan perniagaan tersebut dengan Allah agar mendapatkan empat keuntungan yang telah disebutkan.

Apa Sih Emang Ruginya?

Cibubur, Jum'at, 201109

TJ: 77

Apa Sih Emang Ruginya?

Oleh: Mohamad Istihori

Wa maadzaa 'alaihim lauu aamanuu billahi wal yaumil aakhiri wa anfaquu mimmaa rozaqohumullahu wa kaanallohu bihim 'aliimaa. Innallahoha laa yadzlimu mitsqoola dzarrotiw wa in taku hasanatay yudhoo'ifhaa wa yu-ti milladunhu ajron 'adziimaa.

Wa maadzaa 'alaihim lauu aamanuu billahi.

Apa sih ruginya beriman kepada Allah?

Istifham di sini adalah istifham ingkar. Artinya adalah nggak bakal rugi beriman kepada Allah. Atau istifham taubih untuk memperolok-olok orang yang nggak beriman. Yang justru rugi adalah orang yang tidak beriman kepada Allah.

Wal yaumil aakhir.

Apa sih ruginya iman kepada hari akhir?

Wa angfaquu mimmaa rozaqohumullahu.

Emang apa sih ruginya menginfakan sebagian dari rizki yang telah Allah berikan? Bukan menginfakan seluruh harta loh. Cuma sebagian doang kok yang Allah perintahkan agar dibelanjakan di jalan Allah.

Harta yang kita miliki sekarang adalah milik Allah. Bahkan diri kita sendiri pun bukanlah miliki kita tetapi adalah milik Allah jua.

Terus Allah meminta milik-Nya agar kita mengembalikan sebagian milik-Nya tapi kok kita malah menahan-nahannya?

Apa hak kita menahan harta Allah yang telah Allah titipkan kepada kita ketika kita masih hidup di dunia?

Kita emang makhluk yang sangat nggak tahu diri. Masa Allah nitipin harta sama kita, eh pas Allah mau mengambilnya kita malah ngakuin barang-barang tersebut? Aneh banget bukan?

Duh lucunya tingkah laku manusia yang kayak gini. Kucing pun pasti tertawa termeong-meong kalau tahu kelakuan manusia kayak gini.

(Laa dhororo fiihi wa innamadh dhororu fiimaa hum 'alaihim).

Tidak akan ada kemadharatan dalam iman dan infak. Justru mereka yang enggan beriman dan berinfak itulah seseungguhnya orang-orang yang rugi.

Senin, 18 Januari 2010

Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian III

KJD, Ahad, 03 Januari 2010

Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian III

Oleh: Mohamad Istihori

...masih sangat kurang berkualitas. Hal itu karena mereka menjadi guru bukan karena memang benar-benar mau menjadi guru.

Mereka menjadi guru bukan karena memang pilihan hidup mereka untuk mengabdi menjadi seorang guru. Tapi kita menjadi guru karena memang sudah tidak ada pilihan lain lagi kecuali menjadi guru.

(8)

Syahwat adalah segala sesuatu yang bersifat melampiaskan, segala hal yang berlebih-lebihan, dan segala yang tidak atau melewati batasan.

Manakah yang mestinya memimpin dalam diri kita? Kan di dalam diri kita itu ada tiga komponen:

Pertama, akal. Merupakan segala sesuatu yang sifatnya regulasi. Kita mau makan apa? Banyaknya seberapa? Kapan? Dan di mana? Itu yang menentukan adalah akal kita.

Kedua, hati (fuad). Sabda Rosul hati kita inilah yang mestinya menjadi pemimpin dalam hidup manusia.

Ketiga, syahwat. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Syahwat itu seperti api. Sebagaimana api, syahwat itu harus diatur.

Kehancuran bangsa Indonesia selama ini karena membiarkan hidupnya diatur oleh syahwat dan tidak memiliki kekuatan, kearifan, dan strategi untuk mengatur syahwat.

Coba kita perhatikan, orang-orang yang hidupnya diatur oleh syahwat pasti hidupnya hanya akan menunggu kehancuran. Fir'aun memiliki syahwat terhadap kekuasaan.

Saking besar syahwat kekuasaannya dia sampai-sampai mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. Maka Allah menghancurkan hidupnya. Ia mati tenggelam di lautan.

Qorun atau dalam lidah orang Indonesia disebut Karun diatur hidupnya oleh syahwat terhadap hartanya yang berlimpah.

Dengan syahwat kekayaan dia merasa bahwa kekayaan yang ia dapat tidak ada campur tangan Tuhan. Maka ketika diminta untuk membayar zakat ia enggan dan menolak.

Maka Allah menghancurkan hidupnya. Ia dikubur hidup-hidup oleh Allah bersama dengan seluruh kekayaannya. Maka ketika kita menemukan harta dalam tanah kita menyebutnya harta Karun atau harta Qorun.

Tapi coba kita pelajari orang-orang yang menjadikan hati sebagai pengatur hidupnya. Seperti para Rosul, Nabi, para wali, atau para kekasih Allah.

Meskipun mereka telah wafat mereka tetap hidup di dalam hati orang-orang yang mencintainya.

Contonya Nabi Muhammad. Orang yang selama hidupnya diatur oleh hati. Beliau tidak sedikit pun membiarkan syahwat mengatur hidupnya.

Maka ketika kita sholat kita membaca sholawat dalam setiap tahiyatul akhir, "Assalaamu 'alaika." "Ka" itukan dhomir untuk orang yang masih hidup.

Kalau beliau sudah wafat kan seharusnya "Assalaamu' alaihi" bukan "Assalamu 'alaika."

Maka idelnya hati memang harus menjadi pemimpin dalam hidup kita. Akal sebagai mentri atau penasehat bagi hati. Dan syahwat kita jadikan sebagai anak buah atau pembantu.

(9)

Muhadhoroh itu artinya kehadiran bukan hadir. Wajah kita bukan hadir tapi wajah hanyalah alat untuk menghadirkan.

Sebagaimana gitar juga tidak hadir. Gitar merupakan salah satu alat untuk menghadirkan suara ke tengah-tengah kita.

(10)

Ilmu adalah mesin. Sedangkan pengetahuan adalah isi.

(11)

Ali RA sangat sayang kepada mertuanya yang bernama Muhammad saw. Maka setiap kali Rosul mengisi pengajian Ali selalu berada di samping beliau.

Hal ini dilakukan oleh Ali agar Rosulullah tidak langsung menghirup asap rokok Umar dan Utsman.

Tapi rokoknya Umar dan Utsman tidak berbentuk seperti rokok pada zaman sekarang. Rokok ketika itu masih berbentuk akar-akaran yang dibakar sebagaimana rokok zaman sekarang.

Pada suatu pengajian Rosulullah "iseng" kepada Ali. Beliau menghabiskan seluruh makanan yang ada di depan beliau. Kurma, kacang, dan semua beliau habiskan. Maka di depan Rosul pun bersih. Tak ada sebiji kacang dan kurma satu pun.

Lalu kulit kacang dan biji kurmanya Rosul letakkan di hadapan Ali. Setelah itu Rosul berkata, "Para hadirin sekalian tahukan kalian siapakah orang yang rakus itu? Ia adalah yang di depannya ada biji kurma dan kulit kacang karena semua telah ia makan seluruhnya."

Para sahabat yang hadir ketika itu melihat bahwa di depan Ali sudah bertumpuk biji kurma dan kulit kacang. Maka secara tidak langsung Rosul menganggap bahwa Ali adalah manusia paling rakus.

Ali tidak mau kalah begitu saja. Sambil berguyon Ali berkata, "Para hadirin sekalian tahukan kalian siapakah manusia yang rakus itu? Ia adalah orang yang di depannya tidak ada apapun karena bukan hanya kurma dan kacang yang telah ia habiskan tapi biji kurma dan kulit kacang pun sampai habis ia makan."

Para sahabat kali ini melihat ke depan Rosul. Ternyata tak ada satu pun biji kurma dan kulit kacang yang tersisa. Maka ketika itu Rosul menjadi manusia yang "paling rakus".

Kemudian Rosul pun berkata, "Inilah yang menjadi alasan mengapa saya sebut Ali adalah orang yang pandai."

Ali tidak merasa gr dengan pengakuan Rosul tersebut. Maka Ali pun berkata, "Wahai para sahabat, kalau kalian ke kota ke manakah kalian hendaknya pergi kecuali ke kota itu setelah melewati gerbang atau pintu kota?

Maka ketahuilah aku ini hanya pintu ilmu (baabul 'ilmi) dan Rosul adalah kota ilmu (madiinatul 'ilmi)."

Maka Rosul pun bersabda, "Ana madiinatul 'ilm wa 'aliiyu baabuhaa." "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya."

Betapa akrab dan harmonisnya hubungan antara Ali dan Rosul. Bahkan mereka berdua tidak canggung-canggung dan tidak jaim untuk bercanda dan guyon di hadapan para sahabat.

Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian II

KJD, Ahad, 03 Januari 2010

Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian II

Oleh: Mohamad Istihori

...Tapi hal itu cuma sekedar teori yang tidak membumi.

- Hidup itu memang berat maka ia harus diperjuangkan dengan penuh keseriusan. Dan, perjuangan itu membutuhkan pengorbanan. Maka berkorbanlah. Tapi ingat jangan malah jadi korban.

Dan, ketahuilah bahwa pengorbanan itu akan terasa ringan kalau kita selalu bersama Allah.

- Dua Tipe Pendidikan

Dalam metode pendidikan terdapat dua tipe. Tipe pertama adalah tipe gentong. Dan, kedua adalah pendidikan tipe ceret.

Apa itu yang dimaksud dengan pendidikan tipe gentong? Pendidikan tipe gentong adalah tipe pendidikan di mana murid (orang yang memiliki kehendak) datang ke rumah gurunya.

Hal ini terjadi terutama ketika zaman peradaban dunia pendidikan Islam mengalami kemajuan.

Kalau seseorang hendak menguasai ilmu Fiqih misalnya. Maka dalam pendidikan tipe gentong, seseorang mendatangi guru yang memang mumpuni di bidang Fiqih.

Kemudian ketika ia sampai di rumah sang guru, maka sang guru bertanya kepadanya, "Apakah kamu sanggup belajar Fiqih di sini selama minimal dua tahun?

Nanti setelah kamu saya nilai cukup kamu boleh pergi untuk mencari guru lain yang menguasai ilmu yang sesuai dengan kehendakmu ingin menguasai ilmu apa lagi setelah ini?"

Kalau si murid menyatakan sanggup maka proses belajar mengajar pun di mulai.

Kemudian ketika orang-orang Barat masih berada di zaman kegelapan atau kebodohan, mereka mengirim utusan-utusan mereka untuk belajar ilmu dan pengetahuan kepada orang-orang Islam.

Setelah orang-orang Barat ini belajar dari dunia Islam yang sedang dalam era kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat ketika itu, mereka pun kembali ke negara mereka masing-masing dan memberikan ilmu yang mereka dapat dari dunia Islam dengan menggunakan tipe pendidikan ceret.

Artinya mereka menuangkan ilmu kepada sesama mereka dalam suatu ruangan yang kini kita kenal dengan kelas.

Maka sangat aneh kalau sampai hari ini kita sebagai orang Islam yang dulu pernah ngajarin orang Barat tentang segala bidang ilmu pengetahuan malah tetap mempertahankan tipe pendidikan ceret bukan mengembangkan tipe pendidikan gentong sebagaimana yang digunakan generasi sebelum kita.

Tapi jangan sampai hal ini malah membuat kita menjadi benci sama yang namanya sekolah.

Kita harus tetap kembali ke sekolah. Tapi sekolah harus tetap terus-menerus bersedia untuk memperbaiki dirinya.

- Mesin Ilmu dan Gerobak Pengetahuan

Anak-anak kita sekarang yang diisi gerobak ilmunya doang. Tapi mesin ilmunya nggak dibenerin.

Emang apa sih bedanya ilmu sama pengetahuan? Ibarat sebuah gerobak, ilmu itu adalah mesin yang ada pada gerobak. Sedangkan muatan yang mengisi gerobak inilah yang disebut pengetahuan.

Selama inikan kita cuma disibukkan untuk mengisi gerobak dengan pengetahuan. Tapi kita tidak pernah memperbaiki atau memperbarui mesin gerobak berpikir kita yang bernama ilmu itu.

Maka jangan heran kalau terjadi kebobrokan, kebejatan mental, kesenjangan sosial, dan menyebarnya virus mematikan dan memalukan yang bernama korupsi di negeri ini.

Emangnya para pejabat kita yang duduk di Senayan sana kurang pengetahuan apa? Mereka pada kuliah bahkan ada yang S2, ada juga yang profesor, ada lagi yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri.

Jago ngaji, bisa Bahasa Arab, jago cas-cis-cus dengan Bahasa Inggris dan berbagai bahasa asing lainnya. Gelarnya bukan satu atau dua gelar yang mereka miliki. Di depan dan di belakang namanya berjejer gelar akademis.

Tapi mengapa masih aja pada korupsi? Masih ada aja yang memanipulasi UU dan peraturan yang sudah disepakati bersama hanya untuk mendapatkan keuntungan dan kekayaan pribadi dan keluarga besarnya?

Tapi mengapa ada yang sampai terlibat skandal seks dengan pelantunwati?

Ini karena mesin berpikir kita yang bernama ilmu tidak pernah kita perbarui dan tidak pernah kita perbaiki. Maka jadi begini hancurnya deh keadaan hidup bernegara kita.

- "Kamu mau bolos sekolah?" tanya seorang bapak kepada anaknya yang mau bolos.

"Iya pak." ujar sang anak.

"Silahkan kamu bolos tapi beri alasan kenapa kamu harus bolos."

Si anak "mati kutu". Ia tidak mampu memberikan argumentasi yang meyakinkan, sebagaimana lihainya beberapa saudara kita yang dipanggil Panitia Khusus Angket Bank Century.

Akhirnya ia pun tak pernah bolos sekolah lagi. Kecuali bapaknya tidak mengetahui.

Dasar anak malas. Dasar bocah yang sangat nggak tahu diri. Disuruh sekolah malah bolos melulu.

Emang dia nggak tahu apa, banyak banget saudara-saudara kita yang kurang beruntung yang pengen banget sekolah tapi sampai hari ini nggak kesampean karena dulu orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya.

(6)

Pada suatu ketika seorang anak murid di suatu sekolah di daerah Papua bertanya kepada gurunya. Ia bertanya, "Bu kenapa kok matahari itu cuma ada satu?"

Bu guru yang tidak siap dengan pertanyaan muridnya itu menjawab sekenanya, "Kamu matahari satu aja udah hitam apalagi dua?"

(7)

Menjadi guru bagi kita apakah sebuah pilihan hidup atau pilihan pekerjaan?

Semestinya bagi setiap guru, menjadi guru merupakan sebuah pilihan hidup. Namun yang banyak terjadi saat ini justru, menjadi guru karena pilihan pekerjaan.

Artinya setelah kita mencari berbagai macam pekerjaan yang kita anggap memiliki penghasilan besar namun tak kunjung kita dapatkan akhirnya dengan sangat terpaksa kita menjadi guru karena memang tidak ada lagi pekerjaan lain selain menjadi guru.

Makanya jangan heran kalau sampai saat ini kualitas guru di Indonesia..

Poin-poin "Kembali Membumi"

KJD, Ahad, 03 Januari 2010

Poin-poin "Kembali Membumi"

Oleh: Mohamad Istihori

(1)

Dalam keintiman seluruh pakaian harus dilepaskan. (Kiai Budi)

Tolong jangan artikan ucapan ini secara makna konkretnya saja. Jangan hanya mengintip sehingga pikiran kita sempit. Keluarlah dari ruang bahasa formal di mana selama ini kita terkunci di dalamnya.

Secara luas jika sebuah hubungan silaturahmi hendak dijaga kualitas keintiman dan keakrabannya maka "seluruh pakaian" harus dilepaskan.

Baik pakaian gelar, jubah prestasi politik, selendang kebesaran, baju pangkat, kemeja promosi kenaikan jabatan, dan segala hal yang menutupi kemesraan hubungan silaturahmi.

Kalau dengan manusia saja kita harus "telanjang, setelanjang-telanjangnya", apalagi dengan Tuhan.

Jangan kau bawa pangkat, gelar, kecantikan, ketampanan, prestasi akademis, keturunan, dan hal-hal yang bersifat duniawi ke hadapan Tuhan. Karena hal percuma saja.

Lepas semua "pakaianmu" itu, maka kita akan merasakan bahwa sebenarnya Tuhan itu amat dekat dengan kita.

Ia ada dalam keseharian hidup kita. Kita saja yang kurang mengakrabi dan menyapa-Nya sehingga selama ini kita selalu merasa jauh dengan Tuhan.

Pakaian kebesaran keduniaan telah menghalangi keintiman, kemesraan, kedekatan, dan keakraban hubungan kita dengan Tuhan.

(2)

- Laki-Rabi (istri) --> Liqooi robbi.

Di antara sekian banyak jalan untuk bertemu dengan Tuhan (liqooi robbi) bagi seorang laki-laki adalah menyayangi dengan setulus hati "rabinya" (istrinya).

Pun begitu juga sebaliknya. Jika seorang wanita hendak bertemu Tuhannya cukup dengan mencintai suaminya sepenuh hati, apapun kekurangan dan kelemahan suaminya, itu bisa ia jadikan untuk bertemu dengan Tuhannya.

- Seluruh makhluk yang ada di alam ini adalah keluarga-Ku. Maka jangan sekali-kali kau menyakiti mereka. Karena jika kau menyakiti mereka, itu sama saja kau menyakiti Aku. Karena mereka juga adalah anggota keluarga-Ku.

Maka sesakit apapun hatimu oleh prilaku mereka yang tidak berkenan di hatimu, maafkanlah kesalahan mereka. Jadilah samudera cinta.

Dan, kesalahan mereka hanyalah setitik kotoran yang jatuh ke dalam samudera cintamu. Dan, ketahuilah bahwa setitik kotoran tidak akan mampu merubah kejernihan samudera cinta.

Belajarlah dari Muhammad. Ketika ia ke Thoif ia dilempari batu sehingga keningnya berdarah. Kotoran unta pun "mampir" ke wajahnya.

Tapi apakah ia marah? Apakah kemudian ia menerima tawaran Malaikat Jibril untuk membalikan tanah sehingga mereka mati semua?

Tidak. Tidak wahai saudara-saudaraku sesama anggota keluarga Tuhan. Muhammad tidak marah. Tidak ada setitik pun kebencian dalam samudera hatinya yang dipenuhi cinta.

Beliau justru berdo'a untuk mereka yang "menghadiahkan" beliau batu dan kotoran onta, "Allahummahdi qouumin fainnahum laa ya'lamuun."

"Ya Allah berikanlah kaumku itu petunjuk karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui betapa besar cintaku pada mereka."

Betapa luas hati Muhammad. Kalau memang mereka tetap kafir seperti itu, Muhammad berharap semoga anak-cucu mereka bisa mendapat petunjuk sehingga tidak lagi melakukan perbuatan yang menyakiti hati dan perasaan saudaranya sendiri.

(3)

Kalau engkau merasa benar sendiri, apakah itu bukan merupakan berhala yang abstraksi?

(4)

Sakinah, Mawaddah, dan Rohmah

Sering kita mendengar terutama setiap kali ada saudara kita yang menikah kata-kata sakinah, mawaddah, dan rohmah.

Apa sih sebenarnya maksud dari ketiga kata tersebut? Kita ini kan seringnya mendengar saja, tapi kurang memiliki kemauan untuk menggali sendiri secara lebih mendalam.

Ibarat bayi mah kita maunya disuapin terus. Males untuk nyendok nasi dan lauk-pauk sendiri dan sangat enggan untuk nyuapin sendiri.

Sakinah adalah cinta yang berhamburan dalam skala rumah tangga atau keluarga kecil di mana di sana terdapat suami, istri, dan anak.

Kalau kita berhasil menangkap cahaya cinta sakinah yang bertaburan di dalam rumah kita sendiri, maka kita akan bertemu cinta yang lebih luas yaitu cinta mawaddah.

Yaitu cinta dalam ruang lingkup lingkungan sekitar. Seperti RT, RW, kelurahan, atau kecamatan.

Sekarang bagaimana kita bisa jeli untuk menangkap dan mengerti apalagi menyebarkan cahaya cinta mawaddah kalau di rumah kita sendiri saja kita tidak mendapatkan cinta skala rumah tangga yaitu cinta sakinah?

Bagaimana di lingkungan tempat kita tinggal mau bertebaran cahaya cinta mawaddah kalau cahaya cinta sakinah saja tidak kita dapatkan di rumah kita sendiri?

Dan, lebih luas lagi adalah cinta rohmah. Adalah cinta yang bertebaran sealam semesta. Cinta tanpa batas. Cinta yang tidak bisa dibatasi ruang, waktu, dan segala perbedaan yang bisa kita temukan dalam kehidupan.

Makanya Islam itu dikenal dengan rahmatan lil'alamin. Artinya Islam merupakan agama yang menebarkan cahaya cinta rohmah kepada seluruh alam. Kepada siapa dan apa saja yang bertemu dan bersinggungan dengannya.

Sayangnya tidak semua orang Islam memahami hal ini. Sehingga ada beberapa golongan yang mengaku beragama Islam bukannya menebarkan cinta dan ketentraman bagi yang lain, malah menyebarkan keresahan dan menebar teror serta ketakutan di mana-mana.

Maka mari kita kembali membumi. Dalam konteks ini, kita benahi kembali keluarga kita. Agar keluarga menjadi awal tersebarnya cinta mawaddah di lingkungan sekitar.

Syukur-syukur bisa menyebar ke ruang lingkup yang lebih luas yaitu menjelma menjadi cinta rohmah.

Amin.

(5)

- Bicara Tentang Pendidikan

- Mereka berdebat tentang teori-teori pendidikan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia pendidikan

Minggu, 17 Januari 2010

Menikmati Kebersamaan Hidup

Cibubur, Sabtu, 04 Januari 2010

Menikmati Kebersamaan Hidup

Oleh: Mohamad Istihori

Bayangkan, pada di musim haji yang bisa menikmati kebersamaan hanya orang-orang Islam yang mampu secara fisik dan pesak untuk berangkat haji ke Mekah al Mukarromah dan Madinah al Munawwaroh.

Tapi coba kalau di Indonesia, kita tidak harus menunggu datangnya musim haji. Kita tidak hanya bisa menikmati kebersamaan, kemesraan, keharmonisan, dan kedamaian dengan sesama orang Islam.

Tapi dengan agama manapun di Indonesia kita bisa menikmati indahnya kebersamaan dan kemesraan hidup sebagai sesama makhluk Tuhan. Itulah bagi saya yang dinamakan Islam itu sebagai agama yang rahmatan lil 'alamiin.
Cinta itu memiliki tiga cakupan. Cakupan dasar dan awal adalah cinta sakinah, yaitu cinta dalam cakupan keluarga.

Kedua cinta mawaddah atau cinta yang cakupannya sudah menyebar pada lingkungan sekitar kita. Dalam cakupan RT, RW, kelurahan, atau kecamatan.

Dan, ketiga cinta rohmah atau cinta dengan cakupan paling luas yang meliputi seluruh alam. Cinta yang tidak dibatasi ruang, waktu, dan perbedaan apa saja yang bisa kita temui dalam kehidupan.

Makanya sangat pantas kalau Islam itu sebagai agama yang rahmatan lil 'alamiin. Bukan agama yang sakinatan lil 'alamiin atau bukan juga mawaddatan lil 'alamiin.

Maka saya menjadi sangat heran kalau ada orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak punya kekuatan hati untuk mencintai dan hidup bersama dengan orang yang berbeda agama, pemikiran, suku, partai, dan perbedaan-perbedaan lainnya yang sudah pasti akan kita temui dalam kehidupan ini.

Ngakunya beragama Islam tapi kok kerjaannya menciptakan kerusuhan, tawuran, berantem, konflik, fitnah, dusta, bahkan dendam berkepanjangan sampai tujuh turunan?

Islam macam apa yang tidak mau mencintai keluarganya sendiri? Tafsir Islam yang bagaimana yang setelah tetangganya bertamu ia langsung ngepel lantai rumahnya karena saudaranya sendiri dianggap najis?

Golongan Islam macam apapula yang tidak mau berjama'ah dengan sesama saudaranya yang muslim hanya karena beda ideologi?

Sungguh Islam itu luas dan bisa digunakan sebagai bahasa komunikasi untuk modal bersilaturahmi dengan siapa saja dan apa saja.

Manusia yang menganutnyalah yang kerap mempersempit, mengkotak-kotakkan, dan memisahkan Islam dari kebersamaan hidup.

Kamis, 14 Januari 2010

Tamu yang Paling Ditunggu-tunggu?

Jakarta, Jum'at, 8 Januari 2009

Tamu yang Paling Ditunggu-tunggu?

Oleh: Mohamad Istihori

Banyak guru kita yang menyampaikan bahwa takwa itu adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Di antara ciri orang bertakwa adalah percaya pada hal yang gaib.

Apakah yang dimaksud dengan yang gaib itu? KH. Nana Juhana dalam khutbah Jum'atnya menerangkan bahwa yang dimaksud dengan yang gaib adalah segala sesuatu yang belum kita ketahui.

Dibandingkan dengan yang kita ketahui, yang tidak kita ketahui itu lebih banyak. Itu artinya sesuatu yang gaib itu lebih banyak jumlahnya daripada yang tidak gaib.

Di antara sekian banyak hal gaib yang kita kenal adalah kematian, akhirat, surga, neraka, dan lain-lain. Dan, kematian merupakan tamu gaib terdekat yang paling patut untuk kita persiapkan sekarang juga.

Kematian datang nggak bilang-bilang. Dia menjemput manusia tanpa mengenal usia. Pokoknya kalau memang sudah waktunya siapa saja dibawa.

Sebagaimana kalau ada tamu berkunjung ke rumah, tentunya kita pasti akan mengadakan persiapan untuk menyambutnya maka "tamu kematian" pun harus kita sambut. Dan, sebelum ia datang kita harus mempersiapkan dan berbekal diri.

Dalam perhitungan tahun hijriah sekarang kita telah memasuki tahun 1431 hijriah. Sedangkan menurut perhitungan masehi kita telah berada pada tahun 2010 masehi. Secara hitungan angka memang bertambah. Namun secara hitungan jatah hidup kita sebenarnya berkurang.

Itu juga artinya waktu kita untuk berbekal semakin sempit dan berkurang. Maka tak ada alasan bagi kita kecuali terus-menerus memperbaiki diri, melakukan evaluasi, dan yang terutamanya lagi berbekal sebelum mati.

Allah berfirman, kullu nafsin dzaaiqotul mauut. Setiap manusia pasti akan merasakan maut.

Kata dzaaiqotul berasal dari kata dzaaqo-yadzuuqu-dzaaiqoh. Artinya merasakan. Yang namanya merasakan bisa rasa pahit, manis, atau asam.

Begitu juga dengan orang yang sedang merasakan sakarotul maut. Ada yang merasakan nikmat dan ada juga yang merasakan sengsara. Semua sangat bergantung dari bekal dan amal perbuatan yang kita lakukan selama hidup di dunia.

Kita sudah sering menemani saudara, teman, atau mungkin orang tua kita yang sedang menghadapi sakarotul maut. Cobalah pegang punggungnya, pasti berkeringat.

Orang berkeringat itu mengindikasikan beberapa hal: pertama mungkin ia merasa sangat lelah. Kedua merasa sakit. Ketiga panas. Atau keempat merasa haus.

Demikian juga orang yang sedang merasakan sakarotul maut. Ada yang merasa sangat capek, lelah, tersiksa, sakit, kepanasan, atau kehausan. Atau ada juga yang tidak merasakan semua itu. Tapi itu hanya bagi orang-orang tertentu saja.

Selasa, 05 Januari 2010

Taufik-Hidayah

Jati Negara, Senin, 04 Januari 2010

Taufik-Hidayah

Oleh: Mohamad Istihori

"Mengapa para kiai, guru-guru, atau penceramah dalam setiap penutup ceramahnya selalu mengatakan billahit taufiq wal hidaayah?" ujar Muhammad Ainun Nadjib dalam pada suatu malam saat acara "Kenduri Cinta (KC)".

Seseorang yang low profile high product itu mencoba menerangkan kepada Jama'ah KC tentang "mengapa dalam setiap penutup ceramah para penceramah selalu mendahulukan ucapan taufik baru kemudian hidayah?"

Hal ini dikarenakan taufik itu adalah petunjuk yang didapatkan oleh seseorang tanpa bantuan dan keterlibatan orang lain. Sedangkan hidayah tidak akan didapat seseorang kecuali melalui pergumulan seseorang dengan makhluk Allah yang lainnya. Terutama dengan manusia selain dirinya.

Seorang yang tidak juga akan mendapatkan hidayah kalau ia tidak setia terhadap taufik yang telah ia dapatkan. Atau dengan kata lain kita juga bisa mengatakan bahwa taufik itu bersifat individual sedangkan hidayah petunjuk yang bersifat kolektif dan sosial.

Oke sidang pembaca sekalian, akhirul kalam, bilaahi taufiq wal hidayah. Wassalammu'alaikum wa rahmatullahi wa barokaatuh.

Meraih Dua Surga?

Sabtu, 02 Januari 2010

Meraih Dua Surga?

Oleh: Mohamad Istihori

Sejak lama Pondok Pesantren (Ponpes) Ijtihad berdampingan dengan warung 24 jam. Pemilik warung tersebut beragama Kristen. Kebanyakan santri ketika sedang istirahat ngaji, memilih warung tersebut sebagai tempat ngobrol sambil ngopi di sana.

Beberapa orang tua wali menyarankan agar warung tersebut dibeli saja oleh pihak ponpes dan kemudian digantikan dengan Koperasi Pesantren yang dikelola secara swadaya oleh para santri sebagaimana yang dilakukan ponpes-ponpes lain.

Namun, Kiai Jihad, sebagai pimpinan Ponpes tersebut menolak usulan tersebut.

"Tidak ada hak sedikit pun bagi pihak pesantren untuk melarang siapa saja berjualan di sekitar pesantren. Selama mereka memang tidak menganggu aktivitas yang ada di sini." demikian ujar Kiai Jihad di hadapan beberapa orang tua wali santri dan juga beberapa warga.

...

Malam begitu dingin. Hujan di luar turun dengan sangat hebat lebatnya. Mat Semplur, sebagai salah satu santri Ponpes Ijtihad, merasa sangat kedinginan dengan suasana ini.

Maka untuk mengusir dinginnya malam ini, Mat Semplur berinisiatif untuk beli kopi susu dan rokok ke warung 24 jam sebelah pondok tersebut.

Ternyata antara Mat Semplur dengan penjaga warung tersebut sudah sangat akrab. Mereka selama ini menjalin persaudaraan antar manusia yang universal tanpa sekat pembatas agama dan embel-embel apapun.

"Bang beli kopi dan rokok dong." ujar Mat Semplur.

"Berapa?" kata Bobby penjaga warung tersebut.

"Kopi X dua bungkus dan rokok Y-nya setengah."

"Berapa?"

"Kopi dua bungkus dua ribu. Rokok setengah lima ribu. Jadi semuanya tujuh ribu."

"Kalo tujuh ribu semua yang ada di sini saya bawa boleh nggak? Hehehe." ujar Semplur bergurau.

"Semua? Boleh! Apa sih untuk Mat Semplur yang nggak boleh?" timpal Bobby.

"Jelas ada dong yang nggak boleh sama kamu."

"Apa?"

"Yang nggak boleh oleh kamu untuk saya lakukan adalah pergi ikut kamu ke gereja."

"Kok bisa gitu?"

"Iya lah kalo saya ikut kamu ke gereja juga maka nanti saya akan memperoleh dua surga. Surga untuk orang Islam dan surga untuk orang Kristen."

"Ah kamu ini. Ade-ade aje."

Mat Semplur pun kembali ke pesantren Ijtihad. Pesantren yang oleh manusia zaman sekarang disebut sebagai Pesantren Plural. Padahal sudah sejak puluhan tahun lalu para santri dengan berbagai aliran kepercayaan sudah menjalin silaturahmi.

Jumat, 01 Januari 2010

Air Mata Junkie

Cibubur, 28 Desember 2009

Air Mata Junkie

Oleh: Mohamad Istihori

Pada suatu hari
Datang seorang junkie
Kepada seorang kiai,
"Pak Kiai saya mau tobat, insyaf, dan saya nggak akan mabuk-mabukan lagi." demikian ia berjanji.

Ini adalah untuk yang ketiga kali
Ia menyesali diri
Tapi?
Iya kenyataannya, gitu lagi, gitu lagi
Mabuk deui, mabuk deui

Untung Pak Kiai
Tidak terbawa emosi
Beliau tetap setia menemani
Beliau tetap bersedia meladeni

Meski beliau sudah sangat memahami
Bagaimana sesungguhnya air mata junkie
Menyesal dan menangis hari ini
Esok diingkari

Tapi semoga semua bisa berbenah diri
Agar tak ada lagi
Pihak yang merasa dikibuli
Dan pihak yang mengibuli

Karena tak ada yang lebih perih dari sakit hati
Kecuali karena dibohongi
Kecuali karena didustai

Air mata junkie
Semoga bisa menjadi air mata yang suci
Karena keluar dari i'tikad kuat
Untuk hidup lebih baik dan lebih sehat

Air mata junkie
Semoga bisa menjadi sebuah pertanda dari kesungguhan hati
Untuk kembali menyusuri
Jalan Illahi Robbi