Jumat, 17 Desember 2010

Muhammad yang Jujur

Cibubur, Sabtu, 25 September 2010

Muhammad yang Jujur

Oleh: Mohamad Istihori

Muhammad...
Dari bibirmu meluncur
Kata-kata jujur
Dan, menghibur

Hati yang Selesai

Cibubur, Jum'at, 24 September 2010

Hati yang Selesai

Oleh: Mohamad Istihori

Sore ini Kiai Jihad teringat kenangan masa mudanya. Saat muda ia sudah menyelesaikan hatinya untuk bertekad dalam hati yang paling dalam untuk menjadi ustadz dan menemani para santri menemukan jati diri mereka.

Saat muda dulu sebenarnya ia banyak mendapat masukan agar meninggalkan dunia keustadzan. Atau minimal kalau tidak meninggalkan sama sekali, namun bisa mencari kerja yang lebih banyak menghasilkan keuntungan materi.

"Karena 'kerja' sebagai ustadz itu susah kayanya. Pendapatan pas-pasan, kerja nggak kenal waktu, dan banyak mendapatkan fitnah dari orang mendingan lu cari kerja lain yang lebih jelas dan yang penghasilannya oke." ujar seorang teman masa muda Kiai Jihad.

Kiai Jihad muda bukan orang yang saklek. Meski sudah sangat bertekad dengan dirinya sendiri, ia juga tetap mencoba saran teman-temannya.

Namun nasib memang menggiring Kiai Jihad ke medan dakwah dan pendidikan. Ia pun semakin menemukan jalannya untuk bertemu dengan kebenaran yang sejati.

Setiap orang memang dipersilahkan memilih jenis pekerjaan apa saja. Seorang pelukis bisa menemukan Tuhan melalui lukisannya. Seorang penyanyi tidak mustahil bertemu Allah melalui aktivitas dan kesibukannya sebagai penyanyi.

Seorang politikus, konselor, budayawan, insan perfilman, guru, tukang parkir, tukang ojek, SPG, buruh migran, dan penulis bisa bertemu dengan Tuhan melalui kesibukannya asalkan ia tetap menjaga kejujuran yang berlaku di dalam dirinya sendiri.

Yang sangat ironis, bisa saja seorang ustadz, kiai, penceramah, tokoh masyarakat/adat, atau guru agama justru menjadi musuh utama Tuhan karena merasa suci dan merasa benar sendiri.

Pokoknya apapun jenis pekerjaan kita, kerjakanlah dengan sepenuh hati dan dengan hati yang selesai. Artinya tidak ada perasaan, "Ah enakan jadi ustadz, enak kerjaan santai, cuma ceramah doang dapat duit banyak."

Sedangkan ustadz sendiri bilang, "Enak iya jadi PNS gaji pasti, dapat uang pensiunan, waktu kerja jelas."

Itu baru dua contoh perasaan yang mungkin muncul dari hati manusia-manusia yang hatinya belum selesai dalam menjalani pekerjaannya.

Pembunuhan yang Tidak Sengaja

Senin, 13-12-2010

Pembunuhan yang Tidak Sengaja

(TJ: 84, an Nisa: 92)

Oleh: Mohamad Istihori

"Wa maa kaana limu-minin ay yaqtula mu-minan illaa khotho-aa = Dan, tidak selayaknya/tidak sepantasnya, terjadi kepada seorang mukmin membunuh mukmin yang lainnya kecuali karena tidak sengaja/karena kesalahan."

Kalau kita perhatikan redaksi dalam ayat 92 ini memakai kata mu-min. Dengan kata lain mustahil, nggak mungkin, nggak masuk akal, atau merupakan sebuah peristiwa yang irrasional dan imposible ada orang mukmin melakukan suatu perbuatan yang sangat dilarang oleh agama dan termasuk ke dalam dosa besar yaitu kasus pembunuhan.

Mengapa demikian? Karena secara derajat (kemuliaan manusia di sisi Allah) spiritualitas seorang pemeluk Islam itu ada tiga: pertama muslim. Mukmin. Dan, ketiga muttaqin.

Kalau derajat keagamaan kita dalam berislam masih pada tingkat muslim maka sangat dimungkinkan ada pertengkaran, pertikaian, perselisihan, bahkan sampai bunuh-bunuhan.

Maka dari itu juga jangan kaget kalau dalam Islam ada perpecahan. Dalam kemusliman seseorang masih ada potensi golongan, kelompok, mazhab, atau organisasi keagamaan tertentu yang diyakini.

Yang NU masih fanatik buta dengan ke-NU-annya dan menganggap yang selain itu keliru. Orang Muhammadiyah masih fanatik dengan ke-Muhammadiyah-annya sehingga mengira bahwa yang selain orang Muhammadiyah adalah salah.

Mungkinkah seorang muslim saling bunuh-bunuhan? Jawabannya mungkin. Dalam sebuah hadits Muhammad Rosulullah Saw bersabda, "Idzaa taqol muslimaani bisaifihimaa fal qootilu wal maqtuul fin naar = Apabila dua orang muslim bertemu dengan kedua pedang mereka berdua maka yang membunuh dan yang terbunuh di dalam neraka."

Sedangkan pada derajat mukmin tingkat toleransi dan pemikiran keagamaan meningkat satu level di atas muslim. Orang mukmin sangat menghargai keberagaman keberagamaan orang lain.

Dia mungkin orang NU tapi ketika berada di tengah orang selain NU ia sama sekali tak menonjol-nonjolkan ke-NU-annya bahkan banyak orang tidak tahu kalau dia orang NU.

Atau dia mungkin jama'ah Muhammadiyah tapi begitu ia ikut Shubuh berjama'ah lalu imamnya qunut, dia memang tidak ikut qunut tapi hal itu tidak serta-merta membuat dia kapok berjama'ah Shubuh di tempat itu.

Sedangkan derajat tertinggi adalah muttaqin (orang yang bertakwa). Makanya sangat wajar kalau Allah perintahkan untuk menjalankan ibadah puasa adalah orang beriman (mukmin) agar dia bisa meningkat derajatnya menjadi orang bertakwa (muttaqin).

Makanya wajar kalau haji yang diterima itu adalah haji mabrur. Karena kemabruran (al birr) hanyalah untuk orang yang bertakwa. Al birru manit taqoo = Kemabruran itu adalah bagi siapa yang takwa.

SALAH BUNUH (PEMBUNUHAN YANG TIDAK SENGAJA)
Namun memang harus diakui bahwa orang mukmin bisa saja berbuat suatu kesalahan yang tidak sengaja dan ia sama sekali tidak memiliki maksud untuk melakukan hal tersebut seperti halnya dicontohkan dalam ayat ini, orang mukmin bisa saja melakukan kesalahan yang fatal semisal tidak sengaja melakukan pembunuhan.

Di antara contoh pembunuhan yang tidak sengaja:

1. Lagi berburu, niatnya mau nembak/manah/nombak hewan buruan eh nggak tahunya kena orang.

2. Seorang polisi yang niatnya mau nembak penjahat eh nggak tahunya pelurunya nyasar kena orang lain.

3. Sedang memetik buah kelapa, duren, atau buah besar lainnya sebelum dia melempar buah tersebut ke bawah dia lihat nggak ada orang, pas dia lempar ke bawah buah itu eh pas ada orang lewat, mengenai orang tersebut sampai dia meninggal dunia.

Atau kalau dulukan orang itu di antara cara memetik buah adalah dengan cara melempar batu eh nggak tahu pas batu itu dilempar malah mengenai orang lewat sampai menyebabkan ia meninggalkan dunia (innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji'uun).

4. Seseorang memukul orang lain dengan ukuran dan aturan pukulan tersebut secara umum, lazim, biasanya, dan ghooliban tidak akan menyebabkan seseorang meninggal dunia.

Tapi orang yang kita pukul tersebut malah meninggal dunia. Misalnya petinju yang memukul TKO musuhnya sampai meninggal dunia.

Nah itu juga bedanya petinju dengan peninju. Kalau petinju itu orang yang meninju (memukul) secara profesional dengan aturan, peraturan, dan peralatan yang bisa menjaga keamanan jalannya pertandingan.

SANKSI ATAS PEMBUNUHAN YANG TIDAK SENGAJA
"Fatahriiru roqobatim mu-minatin wa diyatum musallamatun ilaa ahlihi illaa ay yushoddaquu = Maka sanksi atas pembunuhan yang tidak sengaja adalah, 1. Memerdekakan budak/hamba sahaya perempuan yang beriman. 2. Membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga korban (ahli warisnya)".

- al Mufrodaatul Yauum:

1. Shodaro - Yashdhu(i)ru = Terjadi.

2. 'Ataqo-ya'tiqu-'itqon = Membebaskan, melepaskan, atau memerdekakan.

3. Nasamah = al Insaan.

4. Wadaa-yaudii-wadyan-yadiyatan (al qootilul qotiil) = Membayar diyat kepada ahli waris korban.

5. Adaa-ya-dii-adyan-muaddaatan = Melunasi, membayar, memberikan.

Dari "Padi Masalah" Menjadi "Nasi Berkah"

Sabtu, 11-12-2010

Dari "Padi Masalah" Menjadi "Nasi Berkah"

Oleh: Mohamad Istihori

Dengan adanya masalah yang dimilikinya saat ini. Mendorong Mat Semplur untuk kembali mengevaluasi dan merenungkan permasalahan pokok yang menyebabkan masalah saat ini bisa timbul.

Sebelumnya Mat Semplur sudah mengira bahwa hal ini bisa saja terjadi. Namun sebelumnya ia tidak begitu yakin akan separah ini. Sampai hal ini terjadi barulah ia yakin. Kekhawatiran Mat Semplur kemarin, hari ini telah terjadi.

Tak ada penyesalan terjadi sebelum suatu peristiwa itu terjadi. Tapi penyesalan itu ada setelah kejadian. Namun penyesalan yang sangat yang ia rasakan sekarang ia coba untuk mengambil hikmah yang ada di balik peristiwa ini.

Setelah mencoba jujur dan terbuka dengan diri sendiri Mat Semplur menyadari bahwa peristiwa pahit ini bisa terjadi semata-mata karena kelalaiannya dalam memaksimalkan anugerah waktu yang telah Allah karuniakan atas hidupnya.

Ternyata ia terlena dalam "La'bun wa lahwun" = dalam permainan dan sendau gurau. Sungguh permainan itu telah melalaikan Mat Semplur dalam mempersiapkan segala hal yang berkenan dengan beberapa hal yang berkenaan dengan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Baik di rumah atau di kantor.

Maka mulai saat ini Mat Semplur mulai mengi'tikadkan dalam dirinya bahwa ia tidak akan terlena, terbuai, dan tergoda lagi dengan segala hal yang melalaikan akal dan hatinya yang membuat dia menjadi seorang pemalas.

Ini bisa masuk ke dalam konsep "taubatan nasuha". Bukan tobat sambel. Bukan tobat-tobatan. Tapi tobat beneran. Mat Semplur yakin bahwa kalau Allah memiliki rahasia akan masalah ini. Tinggal bagaimana ia mengasah kecerdasan akal dan ketajaman hati saja untuk menggali hikmah yang ada di baliknya.

Mat Semplur tahu mengapa Allah menimpakan masalah ini kepadanya. Tidaklah Allah memberikan suatu masalah kepada Mat Semplur kecuali Allah tahu bahwa Mat Semplur mampu memikulnya. ''Laa yukallifullaha nafsan illaa wus'ahaa'' = ''Tidaklah Allah membebani masalah kecuali yang seseorang itu mampu memikulnya.''

Masalah itu bukanlah semata-mata masalah. Masalah hanya menjadi masalah kalau kita menjadi manusia yang putus asa sehingga tidak mau menggali hikmahnya.

Masalah pada awalnya adalah bagaikan padi.Kalau padi bisa kita olah dengan baik ia menjadi beras, beras yang diolah dengan tepat menjadi nasi.

Kalau pengetahuan kita hanya pada menyikapi padi atau sampai beras maka kita menjadi orang yang makan padi/beras seperti ayam yang memang tidak punya pengetahuan untuk mengubah beras menjadi nasi.

Demikian juga masalah yang kita punya harus kita olah sedemikian rupa sehingga ia bisa menjadi berkah sebagaimana kita sebagai manusia juga sudah memiliki kecerdasan untuk mengubah beras menjadi nasi.

Selamat mengolah ''padi masalah'' menjadi ''nasi berkah''!

Beban Dosa

Sabtu, 11-12-2010

Beban Dosa

Oleh: Mohamad Istihori

Bagaimana manusia bisa hidup bahagia
dengan beban dosa di pundaknya?
Tidakkah pernah ia baca
dalam kitab suci agamanya?

Bahwa ada pengadilan Tuhan
yang tak ada sogokan-sogokan
yang tak mengenal suap-suapan!

Bapak Pluralisme

Ahad, 051210

Bapak Pluralisme

Oleh: Mohamad Istihori

"Siapakah bapak pluralisme itu?" tanya Kiai Jihad kepada para santrinya.

"Gus Dur!" kata seorang santri.

"Cak Nur" jawab seorang santri lain.

Lainnya menjawab, "Cak Nun!"

"Ulil"

"Azyumardi"

"Komaruddin-lah yang pantas mempersatukan dan mampu mensinergikan berbagai macam perbedaan seperti di Indonesia." ujar seorang santri daerah dengan begitu yakin dan percaya.

Serta beragam jawaban lainnya. Setelah para santri kehabisan jawaban, ia melanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya, "Kira-kira semua tokoh pluralisme yang kalian sebutkan tadi di atas bisa menghormati perbedaan secara luas atau tidak?

Apakah dalam kehidupan mereka memberikan kebebasan berpikir yang seluas-luasnya dan seluwes-luwesnya atau memaksa kita untuk mengikuti pemikiran mereka?"

"Lalu siapa dong Pak Kiai, bapak pluralisme yang sesungguhnya?" tanya Mat Semplur yang merupakan salah satu santri Kiai Jihad.

"Bapak Pluralisme yang sesungguhnya itu adalah Allah SWT." ujar KJ.

"Loh mengapa bisa demikian Pak Kiai?" tanya Semplur lagi.

"Sudah jelas-jelas Allah menyatakan dalam firman-Nya: Innaa kholaqnaakum syu'uubaw waqobaaila lita'aarofuu = Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tidak lain hanyalah dengan alasan agar kamu sekalian bisa saling mengenal, saling mencintai, peduli, bekerja sama, gotong royong, toleransi, saling menghormati, dan rukun.

Bukan malah saling memfitnah, menjelek-jelekkan satu sama lain, saling curiga, dan berebut kekuasaan di antara kalian."

Jadi demikianlah Allah menjadikan kita sebagai bangsa Indonesia ini dengan berbagai suku bangsa, agama, pemikiran, dan segala perbedaan yang ada.

Kalau Allah berkehendak niscaya Ia akan menciptakan seluruh yang bernyawa dan berada di dunia ini dalam bentuk/format seragam.

Namun tidak demikian dengan Allah. Perbedaan yang ada bukanlah sebuah alasan untuk berpecah belah, saling fitnah, tawuran, dan yang parah lagi ada segolongan manusia yang merasa bahwa mereka lebih mulia dan sempurna dibandingkan orang lain.

Dalam sebuah padang rumput, hiduplah di sana hewan-hewan pemakan rumput. Ada kambing, sapi, kerbau, bahkan unta. Mereka memang berbeda-beda tapi tidak akan ada cerita kambing kepengen banget menjadi sapi atau sapi kesemsem mau jadi kerbau.

Meski sapi sehari-hari bergaul, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan kerbau namun sapi tetap menjadi sapi dan kerbau tetap menjadi kerbau.

Kalau ada sapi berjuang pengen kayak kerbau dan kerbau pengen jadi sapi karena iri hati maka kita sebenarnya belum siap menerima perbedaan.

Kalau manusia, baru aja kenal sama teknologi eksternal dari barat, baru aja makan makanan khas Eropa kemudian memanggil perempuan yang melahirkannya dengan panggilan Mammy, menyapa bapaknya pakai istilah Daddy.

Baru tiga bulan jadi buruh migran di Timur Tengah memanggil kedua orang tuanya Abi wa Umi. Itu tandanya bangsa kita adalah bangsa yang suka masuk angin.

Ada orang pake baju kuning dianggap pro Golkar. Lalu karena kita anggap dia berbeda dengan kita maka kita proklamirkan bahwa mulai saat itu juga ia adalah musuh bebuyutan kita.

Kalau dulu ada yang beda pemahaman agamanya dengan kita, ia kita bid'ah-bid'ah-kan. Sekarang kalau ada yang demikian kita kafir-kafirkan dan kita anggap ia sesat.

Launching 3G Madani

Selasa, 07-12-2010

Lauching 3G Madani

Oleh: Mohamad Istihori

Tidak semua lembaga, yayasan, dan organisasi yang ada memiliki niat memberikan pencerahan kepada banyak orang berani mengirarkan dan memproklamirkan diri sebagai lembaga dakwah, yayasan dakwah, atau organisasi dakwah.

Karena kalau urusannya sudah dakwah maka ke sananya adalah ungkapan terima kasih yang seadanya plus embel-embel seikhlasnya. Maka kita tidak perlu heran ketika kita mendapatkan informasi tentang sebuah lembaga yang kita kita sebuah lembaga dakwah ternyata hanya sebuah lembaga pelatihan biasa yang merasa perlu memasang tarif untuk menjalankan perputaran roda lembaganya.

3G Madani pun hadir sebagai sebuah jawaban akan pentingnya sebuah lembaga dakwah di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selain tentu saja terus-menerus belajar untuk memberikan pencerahan kepada segenap masyarakat.

3G itu sendiri dalam lembaga dakwah ini merupakan sebuah singkatan dari God Guidence, God Way, dan God Spot. Bimbingan Tuhan, untuk menempuh jalan Tuhan, dan kemudian pada satu titik bertemu dengan Tuhan.

Dalam rangkaian acara Parenting Skill, 3G Madani pun di-launching pada Sabtu, (4/12). Ust. Fuad Salim, LC yang menjadi pembicara mengajak untuk mengenal hakikat manusia yang terdiri dari dua unsur pokok: unsur ruh (suci) dan unsur jasad (kotor). Ruh suci karena berasal dari Allah. Sedangkan jasad kotor karena berasal dari bumi/tanah.

Meski gedung 3G Madani saat ini masih dalam proses finishing, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat para ustadz yang kelak akan menjalankan dan mengisi misi dakwahnya melalui lembaga dakwah 3G Madani. (MIs)

Aku Bukan Superman

Selasa, 071210

Aku Bukan Superman

Oleh: Mohamad Istihori

“Aku bukanlah Superman
Aku juga bisa nangis
Bila kekasihku pergi
Pergi meninggalkan aku”

Ada tiga komponen penting dalam sebuah keluarga. Ibu, anak, dan bapak. Ketiga unsur ini tidak bisa dipisahkan atau saling memisahkan diri. Mereka adalah sebuah kesatuan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain.

Masalah keluarga timbul ketika salah satu pihak merasa menjadi “Superman”. Merasa menjadi pihak yang paling berjasa di antara anggota keluarga yang lain. Merasa menjadi pihak yang paling memegang kuasa sehingga bisa berbuat semena-mena dan semaunya.
Anak yang telah dewasa merasa sudah tidak lagi membutuhkan kedua orang tuanya karena ia merasa sudah tidak lagi membutuhkan kedua orang tuanya. Ia merasa sudah bisa hidup mandiri, sendiri, dan tanpa bantuan kedua orang tua.

Bapak merasa menjadi satu-satunya orang yang bekerja keras dalam keluarga sehingga istri dan anak harus mengikuti segala kemauannya. Ibu merasa menjadi pihak yang paling banyak berkorban baik berupa waktu, tenaga, perasaan, dan materi. Apalagi ditambah kalau dia seorang wanita karir, maka waham sebagai “seorang Superman” pun semakin meningkat.

Untuk memberikan kesadaran bahwa segenap anggota keluarga (ibu, anak, dan bapak) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri inilah maka Yayasan Madani Mental Health Care (MMHC) mengadakan sebuah seminar keluarga “Parenting Skill” dengan tema “Aku Bukan Superman” pada Sabtu (4/12).

Acara yang digelar di Pendopo Madani ini dihadiri oleh Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, segenap staf Madani Mental Health Care, para tamu undangan, dan para peserta yang terdiri dari orang tua santri dan santri Madani.

Sebagai pembicara kunci, dr. Aisyah Dahlan menyampaikan materi tentang mengendalikan dan mengontrol emosi. Teater 100 pecandu sendiri, selain sebagai penghibur yang menyemarakkan acara juga mengiringi dr. Aisyah Dahlan dalam menyampaikan materinya dengan alunan musik yang syahdu nan emosional. (MIs)

Minggu, 12 Desember 2010

Pengajian TJ Jum`at Malam (an Nisa: 86)

Jum`at, 29-10-2010

Pengajian TJ Jum`at Malam (an Nisa: 86)

Oleh: Mohamad Istihori

 Dalam ayat sebelumnya kita diperintahkan Allah untuk mendoakan orang lain. Kalau kita mendoakan yang baik maka malaikat akan mendoakan yang baik juga untuk kita. Begitu juga sebaliknya, kalau kita mendoakan kejelekan maka malaikat juga akan mendoakan kejelekan untuk kita kepada Allah.

 Dalam ayat ini kita diajarkan, kalau kita dihargai, diberi sesuatu, dan dihormati orang lain, maka akhlak yang baik adalah kita membalasnya dengan yang lebih baik atau minimal yang sederajat/sebanding. “Wa idzaa huyyitum bitahiyyatin fahayyuu biahsani minhaa aw rudduuhaa = Dan, apabila kamu sekalian diberi penghormatan, penghargaan, do`a, dan suatu pemberian maka balaslah dengan yang lebih baik atau yang semisalnya.”

 Asal kata “tahiyat” dalam budaya Arab sebelum Islam digunakan untuk ketika mereka bertemu satu sama lain mereka mengucapkan kata “hayyaka” = Semoga kamu panjang umur.

 Ketika Islam datang maka bangsa Arab diajarkan untuk saling mengucapkan salam yang lebih baik dengan mengucapkan: “Assalamu `alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh.” Kemudian dijawab: “Wa `alaikumus salaam wa rohmatullaahi wa barokaatuh.” Sebagaimana firman Allah: “Fahayyu biahsani minhaa.”

 “Panjang umur” tidak menjamin keselamatan hidup. Beda dengan “Assalamu `alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh”, mau pendek atau panjang umur yang penting adalah kita hidup selamat dan sejahtera.

 Orang yang memulai salam mendapatkan 90 kebaikan. Sedangkan yang menjawabnya mendapat 10 kebaikan. (Hadits “Fadhilah”).

 Dari segi hukum memulai salam adalah sunah sedangkan yang menjawab:
1. Kalau rombongan hukumnya fardhu kifayah.
2. Kalau man to man hukumnya fardhu `ain.

 Tahiyat secara lafdzi bisa diperluas menjadi tahiyat dalam berbagai macam bidang kehidupan.

 Mencium tangan hukumnya adalah makruh kecuali kepada orang yang kita harapkan keberkahannya seperti guru atau orang tua.

 Berpelukan dimakruhkan kecuali atas kerinduan yang sangat karena lama tidak bertemu atau karena suatu kegembiraan yang sangat.

Pengajian TJ Sabtu Pagi Hal. 58

Sabtu, 23-10-2010

Pengajian TJ Sabtu Pagi Hal. 58

Oleh: Mohamad Istihori

 Yang dimaksud berpecah belah di sini terutama adalah dalam masalah akidah. (“Wa laa takuunuu kalladdziina tafarroquu” = Dan, janganlah kamu sekalian menjadi sebagaimana orang-orang yang berpecah belah).

 Yahudi terpecah belah menjadi 71 golongan. Golongan yang satu selamat. Sedangkan yang 70 golongan lainnya lagi masuk neraka. Dalam pemahaman Islam dalam waktu yang akan datang Nabi Muhammad Saw mempredisikan umat Islam terpecah belah menjadi 73 golongan. Satu golongan selamat, sedangkan 72 golongan lainnya masuk neraka.

 Terjadinya perpecahan ini adalah setelah datangnya al Bayyinaat. “Min ba`di maa jaa-ahumul bayyinaat” = Setelah datangnya al Bayyinaat kepada mereka.

Tentang Hidup (Sebuah Terapi Mental)

Senin, 22-11-2010

Tentang Hidup
(Sebuah Terapi Mental)

Oleh: Mohamad Istihori

 Siapa yang mengetahui jauhnya jarak perjalanan maka ia akan tahu kira-kira apa bekal yang harus ia persiapkan.

 Wa maa kholaqtul jinna wal insa illa liya`buduun = “Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali agar mengabdikan diri (ibadah) kepada-Ku.”

 Hidup itu ibadah plus indah.

 Hidup itu permainan. Maka karena ia merupakan permainan maka kita harus:
1. Sungguh-sungguh
2. Latihan (persiapan)
3. Professional
4. Menjadi subyek bukan obyek
5. Mengetahui aturan main
6. Mengetahui posisi
7. Mempunyai mental juara
8. Menikmati hidup
9. Menjalani setiap level

(Materi ini disampaikan oleh Ust. Ginanjar Maulana di Musholah al Madani)

Fight HIV/AIDS with Faith

Senin, 15-11-2010

Press Realess HANI 2010 Madani Mental Health Care

Fight HIV/AIDS with Faith

Oleh: Mohamad Istihori

Keimanan (faith) merupakan unsur utama dalam kehidupan beragama setiap manusia. Keimanan (kepercayaan) inilah yang membuat kita mampu mentaati perintah Allah SWT. Dalam perintah Allah sudah pasti tersimpan banyak hikmah. Karena Allah tidak semata-mata memberikan sebuah perintah kecuali ada pelajaran yang bisa diambil di dalamnya.

Ketika Allah mengharamkan perzinahan, pergaulan bebas, dan narkoba kita akan banyak mendapatkan manfaat kalau kita kuat menahan diri untuk tidak melanggar larangan Allah tersebut. Namun manusia yang kurang imannya akan tergoda ketika diiming-imingi oleh salah satu di antara tiga hal haram di atas. Di saat kemaksiatan dan dosa sudah menjadi “lalap” sehari-hari kita maka salah satu azab Allah di dunia adalah semakin marak dan meningkatnya penyebaran virus HIV/AIDS.

Berperang (fight) melawan penyebaran dan penularan virus HIV/AIDS merupakan sebuah perjuangan tiada henti. Segenap komponen dan unsur yang ada dalam masyarakat diharapkan untuk terus memperkaya informasi tentang virus mematikan yang belum juga ditemukan obatnya ini agar bisa memahami bagaimana pencegahan dan penanganan virus serta Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Madani Mental Health Care (MMHC) sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang rehabilitasi korban skizofrenia dan narkoba, tentunya kita semua sudah sangat prihatin saat melihat jumlah ODHA yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Berbagai macam penyuluhan, seminar, talk show, dan berbagai macam bentuk forum diskusi dan konsultasi yang membahas tentang HIV/AIDS dan ODHA terus diselenggarakan dan digelar. Kita memang tidak boleh putus asa dan harus terus memacu tenaga, pengetahuan, keterampilan, semangat, motivasi, dan kepedulian mengenai hal ini. Karena kalau bukan kita yang mau peduli, lalu siapa lagi?

Menurut hemat kami pencerahan keimanan merupakan salah satu metode jitu untuk “berperang” melawan virus HIV/AIDS. Meskipun patut kita semua sadari bahwa pencerahan iman ini tidak bisa berdiri sendiri. Tetap dibutuhkan berbagai macam faktor pendukung lainnya untuk menunjangnya.

Tanpa iman yang kuat manusia seperti kita cenderung berbuat nekat. Waktu kosong tanpa aktivitas apapun biasanya akan kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat. Nah, perbuatan maksiat inilah yang bisa menjadi penyebab seseorang terjangkiti atau tertular penyebaran virus HIV/AIDS. Apakah itu karena seseorang suka “jajan” di luar atau karena pemakaian jarus suntik secara bergantian dengan ODHA. Di sinilah pentingnya faktor iman sebagai amunis utama untuk melawan virus HIV/AIDS.

Selamat berjuang!!!

Senin, 08 November 2010

Kasus Skizofrenia

Kasus Skizofrenia

Kasus skizofrenia yang digambarkan pertama kali dengan jelas dalam literatur berbahasa Inggris mungkin terjadi pada tahun 1810 saat pasiennya John Haslam di Rumah Sakit Jiwa Bethlem (St. Mary of Bethlehem) yang bernama John Tilly Matthews yakin bahwa sebuah "mesin neraka" menyiksa dan mengendalikan dirinya. Dalam serangkaian pengungkapan, Matthews menggambarkan bagaimana mesin tersebut memecah, meledakkan dan memanjangkan otak dalam usaha untuk menundukkan dirinya. (M.H. Stone. Healing the Mind: A History of Psychiatry from Antiquity to the Present. 1997).

Mengapa pikiran dapat menyerang diri sendiri seperti pada pasien skizofrenia? Dapatkah pikiran dan terutama hidup mereka kembali ke keadaan normal seperti sediakala? Apakah yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal itu? Tulisan-tulisan di Blog Skizofrenia ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita akan mulai dengan tiga contoh kasus yang kami ambil dari Dennis C. Daley & Ihsan M. Salloum, Hazelden Chronic Illness Series: Clinician's Guide to Mental Illness. (2001).

Contoh Kasus 1
Joe adalah siswa yang baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim futbol, mempertahankan ranking yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap semesternya.
Ia ramah dan populer. Menjelang akhir semester pertama di maktab (college)-nya, semuanya mulai berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawannya, pada kenyataannya ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya. Ia mulai mengebaikan kesehatan pribadinya dan berhenti menghadiri kuliah. Joe mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan harus membaca kalimat yang sama secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa kata-kata dalam naskah bukunya memiliki makna yang khusus baginya dan dengan sesuatu cara memberitahukannya sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah bukunya dan kini mencoba untuk menipunya. Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya, pada kenyataannya siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat mengatakan apapun yang ia pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamarnya, ia dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak dapat memastikan apa yang mereka katakan tapi ia yakin bahwa mereka membicarakannya.

Contoh Kasus 2
Roger adalah pria berusia 36 tahun yang memiliki riwayat panjang mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk melukai diri sendiri dan orang lain. Ia telah menuruti suara-suara itu di masa yang lalu dan akibatnya ia harus menjalani pemenjaraan karena telah mengancam seseorang dengan sebilah pisau. Ia juga takut dilukai oleh musuh-musuhnya dan hal itu mengakibatkannya tidak tidur dengan tujuan untuk melindungi dirinya sendiri. Roger secara aktif menggunakan alkohol, ganja dan kokain untuk mengatasi gejala-gejalanya. Roger telah lama berhenti minum obat dari dokternya karena pengalamannya akan ketidaknyamanan efek sampingnya. Ia melaporkan bahwa ia merasa letih dan tidak dapat berhenti melangkah. Ia pada mulanya mengalami pemulihan saat pertama kali menggunakan narkoba dan alkohol. Tapi segera setelah itu ia menemukan bahwa semakin banyak ia menggunakan narkoba dan alkohol semakin paranoid dan menjadi semakin waspada ia jadinya dan gejala-gejalanya kembali menjadi parah. Kekhawatiran Roger akan melukai orang lain dan ketakutan akan dilukai telah mengakibatkan dirinya memiliki rencana untuk bunuh diri. Ia tak mampu untuk mengetahui kaitan antara obat dari dokternya dan narkoba dengan pengendalian gejala dan pemburukan penyakitnya. Roger juga harus berjuang melawan diabetes dan ketidakmapanan gula darah karena kurang gizi dan penggunaan alkohol.

Contoh Kasus 3
Edward menghabiskan waktunya sendirian di tempat tidur, jika ia bisa. Sebelum ia sakit, ia menikmati waktunya bersama keluarganya atau bekerja. Kadangkala ia berpikir masalah pekerjaan, dan kadang-kadang ia membuat rencana, namun ia nampaknya tak pernah mencapai tahap wawancara atau kontrak kerja. Saat ia mengunjungi orang tuanya mereka mencoba membujuknya untuk berbicara tentang masalah keluarga atau politik. Edward tak banyak berkata-kata. Walaupun ia menolak dikatakan depresi, dan ia mengungkapkan harapannya akan masa depan, ia hampir-hampir tak pernah tersenyum dan benci untuk membereskan piring sisa makan atau membereskan tempat tidurnya. Psikiater telah menanyainya tentang suara-suara, akan tetapi Edward bersikukuh bahwa ia tak pernah mendengarnya. Saat ia dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya, ia ingat, ia kesulitan untuk mempertahankan jalan pikirannya, dan ia tahu ia bertingkah aneh karena polisi menangkapnya saat ia keluyuran di jalanan ketika mengenakan pakaian menyelam. Tapi Edward tak dapat mengingat kenapa dan nampaknya hal itu bukan lagi merupakan masalah baginya.

Seperti yang telah digambarkan dalam contoh kasus di atas, skizofrenia adalah penyakit mental yang memiliki rentang yang luas. Bahkan beberapa ahli meragukan bahwa penyakit ini adalah gangguan yang tunggal. Fakta bahwa hanya ada satu kata untuk merujuk ke sesuatu penyakit tidaklah berarti bahwa penyakit itu satu (Nancy C. Andreasen. Schizophrenia: from Mind to Molecule. 1994).

Penulis : Anta Samsara
http://skizo-friend.blogspot.com

Agama Modal Utama dalam Mendidik Anak

Dadang Hawari - Agama Modal Utama Dalam Mendidik Anak

Diambil dari Republika online

Dalam mendidik anak-anak mereka, pasangan Dadang Hawari dan Erny Hawari menjadikan agama sebagai bekal utama yang harus diberikan sejak dini. Sejak usia empat tahun anak-anaknya sudah dibiasakan untuk sholat berjamaah, minimal sholat Maghrib. Pada usia delapan tahun, anak-anak mereka pun telah diajari untuk menjalankan puasa.

Agama menurut pasangan Erny Hawari dan Dadang Hawari adalah bekal utama yang harus dimiliki anak-anaknya, karenanya dari kecil mereka sudah menanamkan nilai-nilai agama dalam mendidik anak mereka. "Anak bagi saya adalah segala-galanya, titipan Allah yang benar-benar harus saya jaga," kata Erny, isteri psikiater sekaligus guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ia mencatat betul betapa nilai agama sangat penting. "Bekal pendidikan agama itu perlu ditanamkan sejak dini, karena jika dibekali pemahaman agama yang benar, anak kita Insya Allah akan terjaga," kata Erny.

Dalam membekali nilai-nilai agama pada anak-anaknya, mereka mendatangkan guru mengaji ke rumah. Selain mengajari anak-anak membaca Alquran, juga menanamkan nilai-nilai agama. Ini dilakukan sejak anak pertama mereka duduk di bangku Sekolah Dasar, anak kedua berusia enam tahun, dan yang ketiga berusia tiga tahun.

Guru mengaji anak-anak mereka itu juga terus berhubungan baik hingga anak-anak mereka menikah. Sehingga sang guru mengaji seperti menjadi bagian dari keluarga sendiri.

Bekal ilmu agama, menurut Dadang, menjadi jaminan tersendiri dalam membesarkan anak-anaknya. Tanpa dipaksa, saat usia mereka delapan tahun, anak-anak telah mulai dilatih untuk menjalankan puasa. Bila puasa anaknya penuh, mereka tidak segan-segan untuk memberi hadiah.

Pemberian hadiah itu, kata Erny, setidaknya menjadi motivasi bagi anak-anak untuk puasa penuh lagi pada tahun berikutnya. "Sesibuk apapun, kita orang tua wajib meluangkan waktu untuk anak," tambah Dadang.

Perhatian, dengan meluangkan waktu untuk anak, tambahnya, bisa diibaratkan warisan paling berharga orang tua bagi sang anak. Karena, menurut pasangan Dadang Hawari-Erny Hawari ini, perhatian merupakan tali pengikat untuk membina hubungan psikologis antara orang tua dengan anak.

Hubungan psikologis dengan anak dijaga betul oleh kedua pasangan yang telah 38 tahun membina rumah tangga itu. Dadang Hawari juga turut mendidik anak-anaknya secara langsung. Ini dilakukan di tengah kesibukannya di bidang kedokterannya yang ditekuninya sejak 1968. Sepekan sekali, bersama sang isteri, ia meluangkan waktu untuk anak-anaknya melakukan refreshing sekeluarga.

Seminggu sekali, sejak anak pertama masih duduk di taman kanak-kanak (TK), mereka berekreasi ke luar, makan bersama, nonton bersama, atau pergi ke tempat hiburan. Ini menjadi rutinitas mingguan wajib keluarga Dadang Hawari. Hingga sekarang, walaupun ketiga anaknya telah berkelurga, kegiatan keluarga itu masih dijalaninya, walaupun tidak sesering saat anak-anak mereka masih kecil.

Bagi Erny yang kini aktif di Dharma Wanita, pendidikan bagi anak sangat penting. Selain pendidikan formal, iapun memasukkan anaknya untuk mengikuti pendidikan non-formal. Ketiga anaknya, ketika kecil mengikuti kursus musik. Hanief Hawari, dengan hobinya main bola, mengikuti sekolah musik gitar dan drum ketika kelas lima SD.

Begitu pula dengan kedua puterinya. Irawati Hawari, puteri keduanya, masuk sekolah musik (piano) ketika berusia enam tahun. Sedangkan si bungsu, Ivone Hawari, sekolah musik ketika berusia empat tahun. Si bungsu, bahkan sukses dengan hobinya main piano. "Kini ia menjadi pengajar musik piano," kata Erny kepada Republika.

Menganggap anak sebagai teman, tambahnya, menjadi satu cara untuk membina hubungan psikologis yang baik dengan anak. Hal itu juga untuk membina saling keterbukaan dengan sang anak. Sehingga, bila ada masalah di sekolah ataupun masalah lainnya, sang anak selalu bercerita padanya. "Teman anak saya, bisa dibilang teman saya juga," ujarnya.

Sepulang sekolah semasa SMP, misalnya, Hanif sering membawa teman-temannya main ke rumah. "Dan itu membuat saya lebih senang. Dari pada anak saya main ke luar, saya lebih senang kalau teman-temannya datang ke rumah," katanya.

Pernah ada teman dari puteri keduanya yang mengajak nonton anaknya. Ia pun membolehkan, dan sekeluarga menonton bersama dengannya. Hal ini dilakukan, tambah Erny, untuk menjaga hubungan yang baik pula dengan teman-teman anaknya. "Teman anak saya, ya teman kami juga," tegasnya.

Sampai sekarang, walaupun anak-anaknya sudah tidak tinggal dengannya lagi, namun teman-teman anaknya masih suka berkunjung ke rumahnya. Hal ini tidak lepas dari sikap Erny sebagai orang tua yang juga sebagai teman dari anak maupun teman anak-anaknya.

Hingga kini kedekatan dan keterbukaan itu masih terjaga. Kedekatan yang diawalinya semasa anak-anaknya kecil, dengan memberi air susu pada anak-anaknya, dirasakan benar sekarang kedekatan dengan anak-anaknya itu, meski mereka sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengannya. Seminggu sekali, anak-anaknya selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumahnya. "Saya tidak pernah kesepian," tuturnya.

Kadang-kadang cucu dari anak yang pertamanya, yang bersekolah tidak jauh dari kediaman Erny, mampir. Kemudian, Hanief -- anak pertamanya -- datang untuk menjemput anaknya pulang. "Bahkan, setiap pagi, anak saya yang pertama, sebelum pergi ke kantor, mampir dulu untuk pamitan pada saya," ujar Erny.

Semasa anak-anaknya sekolah, wanita yang menikah dengan Dadang Hawari 14 Februari 1965 ini selalu mengantar-jemput sekolah anak-anaknya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri baginya selama menjalani peranannya sebagai ibu rumah tangga. Dan juga menjadi salah satu cara untuk membina kedekatan dengan anak-anaknya. Menurutnya. dengan rutinitas seperti itu, menjadi salah satu jembatan komunikasi antara orang tua dengan anak, dan anak akan merasa diperhatikan oleh orang tua.

Tentang kasus kenakalan remaja yang sekarang ini banyak terjadi, seperti penggunaan obat-obat terlarang, Erny mengatakan kadang orang tua kecolongan oleh anaknya. Di rumah anaknya kelihatan baik, tapi si orang tua tidak mengetahui bagimana anaknya di luar. "Komunikasi yang dibangun mungkin kurang berjalan lancar. Karena itu, kembali lagi kepada bekal agama, yang menjadi modal utama dalam mendidik anak," katanya.

Dadang Hawari menambahkan, biasanya permasalahan anak sekarang ini, terutama remaja, kembali lagi pada bagaimana pola pendidikan yang diterapkan orang tua sewaktu dini. Selain itu, sejauh mana orang tua mampu mengikat hubungan psikologis dengan anaknya. Hubungan psikologis dengan anak sangat berperan dalam perkembangan pribadi sang anak.

Krisis Identitas

Dadang Hawari – Krisis Identitas

Sumber Hammas

Menggugat Budaya Serba Boleh

“Siapkan generasi muda Islam yang jauh dari Islam, tapi tidak usah memurtadkannya. Generasi muda Islam yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah: pemalas dan hanya mementingkan kepuasan nafsunya. Jika itu tercapai, misi utama kalian bisa berhasil dengan maksimal” (Samuel Zweimer, Tokoh Yahudi, Direktur Organisasi Missi pada Konferensi Missionaris di Yerusalem, 1935).

Gundukan tanah merah di Taman Pemakaman Umum Ar-Rahmah, Tangerang, masih basah berduka. Turut menangisi akhir tragis kehidupan Eka Wanti (20 th) dan Rani Sintami (12 th), dua kakak-beradik korban acara jumpa fans A1 (baca: Eiwan) di Mal Taman Anggrek Jakarta (18/3). Tanah merah basah itu jadi saksi suatu kesia-siaan yang hanya berujung pada gumpalan penyesalan. Selain Eka dan Rani, dua gadis remaja lainnya juga tewas dalam acara yang sama.

Bukan kali ini saja para remaja ‘merelakan’ nyawa dan hidupnya demi sebuah tong kosong. Di Bandar Lampung, 19 November tahun lalu, konser Sheila On 7 (SO7), juga merenggut paksa nyawa empat remaja. Tak terbilang lagi berapa remaja yang terinjak-injak, jatuh pingsan, bahkan mengalami pelecehan seksual. Korban yang berjatuhan, bukan lagi belasan, tapi sudah puluhan bahkan ratusan.

Seperti yang terjadi di Gelanggang Olahraga (GOR) Padjadjaran Bogor (6/3). Saat itu SO7 menggelar konser, tidak kurang dari 80 remaja jatuh pingsan. Fla Priscilla, penyiar Radio Prambors Jakarta yang kebagian tugas meliput pertunjukkan tersebut, tulang kering kakinya robek dan terpaksa dioperasi sepuluh jahitan.

Yang paling anyar, konser SO7 di Cirebon (25/3) juga berujung rusuh. Belasan remaja luka-luka, bahkan satu orang tertembak kakinya oleh peluru aparat saat tindak pengamanan. Dan ini mungkin bukan yang terakhir. Kasus-kasus serupa tidak mustahil akan terulang kembali jika hal tersebut masih saja dipelihara.

Jika mau jujur, tanpa bermaksud mengecilkan arti hilangnya beberapa nyawa di atas, kasus yang membetot kesadaran tersebut sebenarnya cuma sebuah riak kecil dalam keriuhan dan kegaduhan budaya liar ekosistem yang memang teramat kompleks seperti sekarang ini. Bagaimana pun, budaya hanyalah satu kepingan kecil dari keseluruhan mosaik tata nilai yang berlaku di masyarakat.

Chaerul Umam, pekerja seni yang kerap mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dalam film-film garapannya memandang hal itu memang bagian yang inheren dengan ‘modernisasi’ yang kini katanya tengah mengglobal. “Ini pengaruh dari sampah-sampah globalisasi yang membingungkan. Dikira positif atau modern, dan dianggap harus, maka diambil saja. Nggak diambil substansi modernisasi yang sebenarnya. Tapi sampahnya saja yang ditiru,” keluh Mamang, panggilan akrab Chaerul Umam.

Sejalan dengan Mamang, Prof. Dadang Hawari menilai, “Ini tidak lain karena pengaruh globalisasi informasi dari Barat. Semua masuk dan dalam keadaan interaksi antar budaya karena tidak ada ruang batas waktu teritorial lagi.

Karena dunia ini sudah terbuka, maka tata nilai kehidupan atau gaya hidup dari negara-negara yang dianggap maju tentu pengaruhnya lebih besar dari yang terbelakang seperti kita sekarang ini.”

Dadang Hawari menambahkan, “Yang lebih ironis lagi, kita punya pemimpin yang idolanya itu bukan Nabi Muhammad saw. Maka jadilah krisis identitas. Jadi sebenarnya, krisis kita sebagai bangsa bukan hanya remajanya saja yang krisis identitas, tapi orangtua bahkan pemimpin kita juga krisis identitas.”

Mutammimul ‘Ula, SH, sepakat jika fenomena yang menimpa kebanyakan remaja sekarang ini juga tidak bisa dilepaskan dari sikap para orangtua saat ini. “Pergaulan remaja itu berbanding lurus dengan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat keseluruhan itu mengalami permisivisme, cenderung serba boleh. Di satu sisi terbentuk kalangan agama, umat Islam khususnya mengalami pengentalan, nilai-nilai yang ketat dan keras. Tapi di sisi lain ada yang mengalami pengendoran nilai-nilai agama,” tutur Mas Tamim, sapaan akrabnya.

Mantan Ketua PB-PII ini menyimpulkan, “Jadi remaja itu bagian saja, refleksi dari kehidupan masyarakat secara umum. Dia bukan sekelompok kecil yang bebas, lalu yang tua-tua itu nggak ikut andil. Mereka juga terlibat. Jadi permissivisme itu melanda sebagian besar masyarakat.”

Seabreg sisi negatif yang diakibatkan budaya serba boleh kini memang tidak menghinggapi para remaja saja, banyak orangtua pun turut terinfeksi. Namun khusus terhadap para remaja, memang diperlukan suatu tindakan serius guna menanganinya. Sebab bukankah masa depan suatu bangsa itu terletak di tangan para generasi muda? Jika kini banyak generasi muda yang rusak, maka akan jadi apa bangsa ini kelak? Terlebih bangsa Indonesia adalah bangsa Muslim terbesar di dunia, jika asset yang sangat berharga ini rusak, siapa yang akan mengeduk keuntungan selain musuh-musuh Allah?

Prof. Dadang Hawari punya pandangan menarik. Tokoh medis yang banyak menangani kasus-kasus NAZA ini tidak percaya jika segala kerusakan ini terjadi begitu saja tanpa ada kepentingan suatu kelompok dibaliknya. “Ada upaya sistematis menghancurkan negara, bukan dengan senjata api, tapi dengan NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif lainnya) termasuk minuman keras, yang lainnya ya merusak akidah.

Apalagi negara kita ini mayoritas Muslim, bagaimana akidahnya, moralnya dirusak dengan cara NAZA, jadi hancur. Keluarga yang tadinya baik-baik, jadi munkar perilakunya.” Henry Yosodiningrat, pengacara kondang yang juga memimpin LSM Granat (Gerakan Anti Narkotika) dalam sebuah acara di stasiun teve swasta juga pernah melontarkan sinyalemen ini. “Sebab bila tidak demikian, penjelasan apa yang bisa dikemukakan jika yang dijadikan sasaran utama narkotika itu adalah generasi muda, yang masih anak-anak malah,” ujarnya dengan nada tinggi.
Penghancuran suatu bangsa atau negara lewat NAZA dan sejenisnya bukan sekadar isapan jempol. Sejarah mencatat, ketika berperang dengan Barat (Inggris), seluruh elemen masyarakat Cina—dari para politisi, tentara, hingga lapisan rakyat kecil dicekoki Barat dengan candu.

Mereka jadi lemah. Dengan amat mudah Barat berhasil memenangkan perang tersebut dan Cina dijajah. Tanah Cina yang luas itu dikapling-kapling untuk Jerman, Belanda, Itali, dan Inggris. Sebab itu, perang antara Cina lawan Barat tersebut, lebih populer dalam sejarah disebut Perang Candu (1839-1842 dan 1856-1860)

Contoh lain adalah perang Vietnam. Pasukan Marinir AS yang legendaris dan dibekali dengan persenjataan mutakhir akhirnya bertekuk-lutut di hadapan serdadu Vietkong yang lebih mirip petani dengan senjata seadanya. Walau banyak hal yang menyebabkan kekalahan Marinir AS ini, namun peranan strategi Vietkong yang terus-menerus mengumpan morfin pada tentara AS tidak bisa diremehkan. Marinir AS yang melegenda itu pada akhirnya lemah dan tunggang-langgang lari dari neraka Vietnam. Hingga detik ini, perang Vietnam masih menjadi momok menakutkan bagi warga Paman Sam tersebut.

Akan halnya Indonesia, Barat (yang telah dikuasai Zionis) memang amat berkepentingan untuk melemahkannya. Prof. Dadang Hawari menegaskan, jaringan Zionis memiliki banyak kepentingan dengan Bangsa Muslim terbesar di dunia ini. “Ada peran Zionis di sini. Di dunia ini, Zionis itu terkenal dengan bisnis narkotika, VCD porno, dan pelacuran,” tandasnya.

Sikap Dadang Hawari sejalan dengan pandangan pakar ekonomi dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Prof. Dr. Suroso Imam Sadzuli. Dalam buku ‘Molimo’ (Hawari, 2000), Suroso menilai hubungan RI-Israel akan banyak merugikan Indonesia, baik secara ekonomi mau pun politik. Lebih jauh Suroso menuturkan jika hubungan itu terealisasi maka Indonesia akan jadi lintasan jaringan bisnis narkotika internasional, sebab Israel juga merupakan “negara shabu-shabu dan prostitusi” terkenal. “Israel bisa mengawali dengan dagang film atau VCD, lalu kemudian narkotika dan akhirnya ekspor prostitusi,” ujar Suroso.

Hal tersebut sesungguhnya bukan barang baru lagi bagi umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah berfirman, “Tidak akan pernah rela kaum Yahudi dan Nasrani kepadamu, hingga kamu mengikuti keyakinan mereka” (QS. Al-Baqarah:120). Maha Benar Allah dengan segala firman-NYA. Sebab itu, selama jantung orang-orang Yahudi masih berdegup, selama nafas masih dikandung badan, selama itulah mereka senantiasa memerangi kaum Muslimin di mana pun berada. Pernyataan Samuel Zweimer di atas hanyalah contoh kecil dari kebencian dan itikad buruk kaum Zionis kepada umat Islam.

Ironisnya, segala serangan budaya yang dilancarkan Zionis terhadap generasi muda kita diterima dan dimamah bulat-bulat. Jadilah mereka generasi muda yang bangga dengan meniru dan menjadi pengikut, bukan pelopor. Mereka tak sadar bahwa idola massa (penyanyi, bintang film, dan sejenisnya) seperti dikatakan Horkheimer—tokoh Sekolah Frankfurt, juga bukan dalam artian sesungguhnya.

Mereka—idola massa itu—hanya fungsi dan sekedar iklan dari industri modal. Kebesaran dan ‘ketampanan’ mereka hanyalah perpanjangan tangan dari kebesaran dan ‘ketampanan’ teknologi kapitalis.

Namun walau demikian, di tengah kondisi yang meresahkan hati ini ternyata masih ada putera-puteri kita yang santun dalam bergaul, sekaligus taat pada Sang Pencipta. Oase yang menyejukkan di tengah padang tandus ini tengah menggeliat membentuk diri jadi kreator kehidupan. Mereka membangun budaya alternatif sebagai tandingan budaya jahili.

Manajer Tim Nasyid Izzatul Islam, Nurkholiq Ramdhan, menyatakan, “Jika ditanya siapa sesungguhnya figur kita-kita ini, ya Rasulullah saw. Namun remaja kan butuh pula figur yang ril. Jika itu tidak didapat dari lingkungan keluarganya, entah ayah ibunya, dia akan mencari keluar rumah. Untuk inilah diperlukan suatu budaya alternatif seperti nasyid, misalnya.”

Menumbuhkan budaya alternatif, yang muncul dari tengah-tengah masyarakat sendiri tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan positif dari pemerintah. “Seperti filosofi wudhu, maka yang pertama mempunyai kewajiban membersihkan diri adalah pihak penguasa, setelah itu baru turun hingga ke rakyat bawah,” kata ustadz Rahmat Abdullah.

Pihak penguasa yang memiliki alat pemaksa sesungguhnya berkewajiban memilah mana budaya yang diperbolehkan dan mana yang tidak, atau minimal membuat rambu-rambu yang tegas dengan pelaksanaan hukuman bagi pelanggarnya yang sungguh-sungguh ditegakkan. Ini semua perlu dilakukan demi kemashlahatan umat.

Dadang Hawari mencontohkan, “Di negara-negara Islam, seperti di Pakistan dan Bangladesh, kalau ketahuan berzinah hukumannya dicambuk rame-rame. Kalau di Saudi lebih jelas lagi karena hukum Islam sudah ditegakkan sampai ada yang dihukum mati. Dan di Eropa serta Amerika, sebenarnya sudah menuju ke sana, misal, perkosaan saja itu sudah sampai ada yang dihukum mati. Jadi dalam banyak hal, kalau kita mau jujur, maka UU yang dibuat oleh manusia, baik di Eropa maupun di Amerika yang sudah maju itu, banyak hukum-hukum Islam yang dijalankan.”

Dadang menambahkan, “Masyarakat AS sekarang telah membuat UU Anti Pelacuran, bahkan di Thailand UU Anti Pelacuran sudah ada sejak tahun 1996. Barangsiapa melakukan bisnis pelacuran, itu bisa dihukum penjara, karena apa? Karena pelacuran adalah eksploitasi seksual komersial atas kaum perempuan. Omset pelacuran di negara kita ini 11 trilyun, sebab itu dipelihara sekali.”

Indonesia harusnya malu dengan kenyataan ini. Sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya bisa lebih tahan terhadap serbuan sistem dan budaya jahili tersebut. Terlebih di balik serbuan tersebut terselip kepentingan ideologis Zionis yang bernafsu menghancurkan generasi muda Islam. Tapi apa mau dikata, mungkin sekarang belum bisa kita mengharapkan itikad baik dari pemerintah. Apalagi Presiden Abdurrahman Wahid sendiri punya hubungan kental dengan Zionis Israel?

Jalan satu-satunya, seperti yang disepakati Ustadz Rahmat Abdullah, Dadang Hawari, dan juga Psikolog Sartono Mukadis, akan lebih mungkin adalah dengan memberdayakan ketahanan keluarga kita sendiri, baru ketahanan masyarakat sekitar.

Rizki Ridyasmara

Pantun

PANTUN

Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan karena budi,
Tinggi bangsa karena bahasa.
===========================
Buah berangan masaknya merah,
Kelekati dalam perahu;
Luka di tangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa yang tahu.
=============================
Dari mana punai melayang,
Dari paya turun ke padi;
Dari mana datangnya sayang,
Dari mata turun ke hati.
============================
Pucuk pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Tuan jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
==================================
Kalau tuan jalan ke hulu,
Carikan saya bunga kemboja;
Kalau tuan mati dahulu,
Nantikan saya di pintu syurga.
=========================
Halia ini tanam-tanaman,
Ke barat juga akan condongnya;
Dunia ini pinjam-pinjaman,
Akhirat juga akan sungguhnya.
==========================
Malam ini merendang jagung,
Malam esok merendang serai;
Malam ini kita berkampung,
Malam esok kita bercerai.
========================
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…



ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati

jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati

darimana datangnya sawah
dari sawah turun ke kali
dari mana datangnya cinta
dari mata turun ke hati
============================
Bau-bau jembatan tujuh,,
tempat memungut sebuah lolah,,
kalau adinda udah setujuh,,
tunggulah saya tamat sekolah,,

Pisang nangka buat kolak
Jambu biji diblendrin
Kalo nona tetep galak,
Lebaran depan ga dimaapin

menaiki kereta merknya honda
pergi selayang kerumah hanapi
bila cinta mekar di dada
siang terkenang malam termimpi

anak unta siapa yg punya
menangis iba kehilangan ibu
bila cinta sudah menyapa
rindu mulai membara dikalbu

mulanya duka kini menjadi lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mulai membara
itulah tanda cinta berpadu

hati berdetik dalam cahaya,
seperti belati menikam dada
Cinta abadi kekal selamanya
Musim berganti tapi wajah takkan lupa

cinta datang tak berwaktu
perasaan senang,sedih dan pilu tak menentu
semua hadir tanpa permisi
untuk mencoba mengisi hati

hati-hati minum digelas
kalau terlepas pecahlah nanti
cinta hati selalunya ikhlas
cinta buta yang makan hati

cinta tak memandang bulu
cinta juga tak mengenal waktu
rasakan cinta dihatimu
betapa indah mengikis kalbu

bila terluka berkata begitu
hingga terlupa cinta yang suci
cinta manusia memanglah begitu
cinta padaNYA cinta yang sejati

terluka hati karna kata udah biasa
namun terluka karna usia sungguh asa
bila kata dianggap tak bermakna
tapi usia adalah segalanya

Untuk menjadi seorang perwira
Harus bertapa di dalam gua
Kalau cinta kukuh di jiwa
Biar melayang kembali jua

papua tanah impian jiwa
kubermimpi melayang terbang kesana
teman sehati selalu bersua
karena tak bisa terpisahkan begitu saja

panah cinta tlah menancap…
kedua hati pun menyatu…
asmara semakin mendekap…
cinta takkan berlalu…

anak ayam turun ke kali
bermain air riang gembira
betapa senangnya bisa ngejunk lagi
memburu kata mengejar tawa

minum arak pahit rasanya…
tidak cocok untuk anak kuliah…
apalah daya sudah usaha…
belum apa-apa sudah binasah…

sunggulah indah si burung pipit
terbang yang tenang si burung dara
bila ku tahu bercinta sakit
takkan ku mulai dari semula

orang palembang menanam padi
negeri malaka negeri seberang
putus cinta jangan bersedih
dunia ini masih panjang

burung kakatua
hinggap dijendela
siapa yang jatuh cinta
pasti cemburu buta

Burung kakak tua udah tak berdaya
Burung adik muda terbang ke angkasa
Makasi kakek telah berjuang bela negara
Sekarang adek bahagia di hari MERDEKA

kucing kurus mandi dipapan
papan nya sikayu jati
aku kurus bukan karena kurang makan
tetapi mikirin sijantung hati

disana gunung disini gunung
ditengah tengah gunung berapi
kesana bingung kesini bingung
itulah namanya jatuh hati
=====================================
cinta adalah buta…
buta adalah cinta…
ketik C spasi D…
cape D…

(Ket: pantun gaya baru,pola AABB)
===================================
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik
=======================
Pria:
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik

Wanita:
Banyak buah semangka dibawa dalam sampan
Banyak anak jejaka cuma Abang yang tampan

Pria:
Berjuta bintang di langit
Satu yang bercahaya
Berjuta gadis yang cantik
Adiklah yang kucinta

Wanita:
Pandai Abang merayu, hatiku rasa malu

Pria:
Rumah atapnya tinggi terbuat dari bambu
Cuma Adik kupilih dan yang selalu kurindu

Wanita:
Gunung puncaknya tinggi tertutup oleh salju
Memang Abang kupilih dan yang selalu kurindu
=============================
Jika tuan mudik ke hulu
Carikan saya bunga kemboja.
Jika tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga.
===============================
Batang buluh berisi santan,
Bunga mawar seri pengantin,
Untung sungguh nasib badan,
Ada penawar zahir batin.
=============================
rancak gagah silat pahlawan
bertahan di kanan menyerang di kiri
tatkala bulan dilindung awan
mengapa pungguk berdiam diri?

Sabtu, 10 Juli 2010

Disiplin Waktu

Sukabumi, Jum'at, 9 Juli 2010

Disiplin Waktu

Oleh: Mohamad Istihori

Mengapa bangsa kita begitu susah untuk tepat waktu? Kalau janji pukul 07.00 WIB, paling cepat datangnya pukul 08.00. Bisa pukul 09.00. Kadang bisa sampai pukul 12.00. Tapi mengapa hal itu kita anggap biasa-biasa wae?

Ketika masih menjadi salah satu penduduk PM. Darussalam saya begitu menikmati kehidupan yang tepat waktu. Kalau acara pukul 10.00, maka segenap santri sudah siap berada di tempat pukul 09.30.

Bel besar di depan aula pertemuan (qoo'atul ijtima) menjadi semacam alarm yang menjadi "urat nadi" setiap aktivitas para santri. Waktu berganti dan berdenyut tanpa terasa.

Tak ada sedetik waktu pun yang disia-siakan. Kami diajarkan untuk menghargai sekaligus menepati waktu.

Hal itulah yang saya yakini sampai sekarang yang menjadi salah satu kunci sukses pesantren besar yang berada di Ponorogo itu sehingga sampai saat ini ia masih tetap eksis.

Saking pentingnya waktu, sampai-sampai Allah kerap bersumpah "demi waktu" dalam beberapa firman-Nya. Wal ashri, wad dhuhaa, dan wal laili idzaa saja adalah beberapa ayat yang menunjukkan hal tersebut.

Sumpah Allah dengan menggunakan waktu menunjukkan bahwa waktu memilki hal yang sangat penting. Sama halnya dengan ketika kita bersumpah demi Allah, hal itu menunjukkan bahwa Allah adalah unsur terpenting dalam hidup kita.

Kalau orang di bagian barat sana saja begitu menghargai dan menyadari betapa pentingnya waktu, maka mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang demikian?

Bukankah kita juga bisa belajar dari mereka? Bukankah kita juga bisa belajar dari siapa saja? Bahkan dari apa saja? Asalkan apa yang kita pelajari itu bisa lebih mendekatkan kita kepada Allah SWT.

Maka kalau hidup kita mau lebih maju, mulai sekarang mulailah disiplin waktu.

Penulis Cerita Fiksi

Sukabumi, Sabtu, 10 Juli 2010

Penulis Cerita Fiksi

Oleh: Mohamad Istihori

Seperti yang kita ketahui bahwa cerita fiksi adalah cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, cerita yang hanya berasal dari khayalan atau imajinasi penulisnya belaka.

Di antara cerita fiksi yang kita kenal adalah cerita tentang Kapten Tsubasa, Rambo, atau Sundel Bolong.

Namun bagi saya cerita fiksi bukan hanya yang seperti itu. Cerita fiksi bisa juga ditafsirkan adalah ketika si penulis sama sekali bukanlah pelaku dari hal yang ia tuliskan. Atau ia hanya mengandaikan tanpa pernah merasakan secara langsung apa yang ia tuliskan.

Misalnya ada orang yang menulis tentang pentingnya sholat berjama'ah, tapi ia sendiri kalau sholat tidak pernah mau berjama'ah. Hal itu berarti tulisannya tentang pentingnya sholat berjama'ah adalah fiksi.

Ada juga orang yang menulis tentang kejujuran. Tapi pada kenyataannya ia adalah seorang koruptor atau pembohong.

Coba ada perhatikan dengan seksama latar belakang dan kehidupan sehari-hari setiap penulis yang sok menceramahi dan mengajak pada kebaikan.

Kalau mereka ternyata cuma keren doang dalam menuangkan gagasan intelektual atau saat menulikan buku tentang tema akhlak, tapi tenyata kelakuannya baragajul, maka sebut saja ia penulis cerita fiksi.

Bukan hal yang ia tuliskan yang fiksi, namun yang fiksi adalah dirinya yang tidak sesuai dengan kebaikan yang ia tuliskan.

"Puisi Curhat" Tamu Kiai Jihad

Sukabumi, Kamis (Malam Jum'at), 8 Juli 2010

"Puisi Curhat" Tamu Kiai Jihad

Oleh: Mohamad Istihori

Malam ini begitu dingin. Setiap yang tidur menyelimuti tubuhnya rapat-rapat dengan selimut. Tak terkecuali Kiai Jihad.

Namun tidur nyenyaknya malam ini terganggu oleh kedatangan seorang tamu. Kiai Jihad tidak menatap wajah tamunya itu. Ia hanya mendengarkan dengan seksama "puisi curhat" yang dibacakannya dengan penuh kesungguhan.

Demikianlah kira-kira "puisi curhat" tamu Kiai Jihad:

Batinku menangis.
Hatiku tersiksa.
Hasrat bercinta yang sangat ingin ku tumpahkan malam ini ternyata tak menjadi sebuah realita.

Semua hanya tinggal angan kosong belaka.
Atau hanya menjadi penghias mimpi malam ini saja?

Aku ingin marah.
Tapi marah sama siapa?
Akhirnya ku ambil HP-ku.
Ku tuliskan apa saja yang ku rasa.

Kalau anak-anak sekolah libur pada senang.
Tapi kalau aku sekarang sedang libur "ngeng-ngeng" tidak senangnya luar biasa.
Kepala pusing tujuh keliling.

Perasaan kesal tidak jelas juntrungannya.
Emosi menggebu-gebu.
Bagai merapi yang sebentar lagi akan meletus dan mengeluarkan lahar yang sangat panas.

Hai engkau mengertilah.
Atau justru aku saja yang memang tidak tahu diri.
Egois.
Cuma mikirin kebutuhan sendiri saja.
Tanpa memikirkan istri yang sudah kecapean dan pusing.

Duh gusti Nu Agung.
Kalau bukan kepada Engkau.
Kepada siapa lagi aku tumpah semua isi hati ini.

Zzzz..Zzzz..Zzzz..
Aku lihat ia tertidur.
Pulas sekali.
Sedang aku tak bisa pulas.
Boro-boro pulas.
Tidur aja nggak.

Usai mendengarkan "puisi curhat" tamunya itu Kiai Jihad berpesan:

"Jika engkau ingin dipahami pasanganmu, pahamilah pasanganmu itu dulu. Jangan menuntut pengertian pasangan hidupmu. Pelajarilah saja ia, agar kau bisa benar-benar memahami pasangan hidupmu.

Cintailah ia sepenuh hati dan jiwamu. Dan, jangan sekali-kali menuntut balas atas segala pengorbanan cintamu. Karena sesungguhnya cinta yang tulus itu tidak menuntut apa-apa kecuali kebahagiaan hati pasangan hidupnya.

Jangan merasa apalagi sampai mengklaim bahwa kamu adalah orang yang baik dan benar. Biarlah pasangan hidupmu yang memberikan penilaian objektif apakah kamu pasangan yang baik dan benar hatinya."

Sang tamu pun pulang. Tinggal Kiai Jihad sendiri kini. Ia tidak mampu untuk melanjutkan tidurnya meski dingin merasuki tulang-belulangnya.

Ia didesak oleh segala apa yang ia dapat dari pembicaraannya dengan tamunya malam ini. Sehingga ia pun menuliskannya dengan penuh konsentrasi ditemani "234" dan segelas kopi.

Samen

Sukabumi, Sabtu, 10 Juli 2010

Samen

Oleh: Mohamad Istihori

Segenap warga di kampung ini menyambut dengan antusias samen. Saya sendiri baru kali ini akan menyaksikan secara langsung acara tahunan tersebut.

Samen adalah acara perpisahan siswa sekolah dasar sampai menengah atas dan madrasah. Acara dimulai sekitar pukul 07.00 sampai dengan 00.00 WIB.

Di dalamnya ada beberapa pagelaran dan pementasan seni juga ada karnaval. Saya beserta istri tercinta menunggu iring-iringan di depan sebuah gang di pinggir jalan.

Setelah menunggu beberapa menit, kami melihat rombongan sepeda motor. Dengan penumpang yang beragam. Ada yang rambutnya dicat dengan pilox, ada sepasang suami-istri, ada yang masih pacaran, dan berbagai macam jenis pengendara sepeda motor.

Beberapa sepeda motor menggeber knalpotnya dengan suara yang sangat bising. Ada juga yang membawa bendera sangat besar dengan tiga warna: kuning, merah, dan hijau. Ada juga motor yang membawa bendera salah satu klub kebanggaan warga Jawa-Barat.

Di belakang rombongan sepeda motor, ada rombongan siswa-siswi madrasah kelas satu sampai kelas enam yang menaiki mobil gandeng mirip kereta api.

Namun tidak semua siswa-siswi berada di dalam mobil. Sebagian dari mereka ada yang berjalan membentuk barisan dengan barisan terdepannya membawa "tanda kelas".

Di belakangnya lagi ada segerombolan pemain drum band. Para penonton terlihat sangat antusias menyaksikan gerombolan berseragam putih-biru dengan alat musik yang amat beragam itu.

Tak lupa para pedagang menjajakan barang dagangannya kepada setiap penonton. Ada pedagang es krim, mainan anak, rujak mangga, es pisang-coklat, dan lain sebagainya.

Setelah gerombolan pemain drum band lewat, kini giliran berbagai jenis karnaval. Ada yang berperan sebagai ibu-ibu posyandu, ada yang membawa piala dunia dengan segerombolan ibu-ibu berseragam sepak bola mengiringinya.

Ada juga beberapa mobil dan tak lupa Pak Polisi yang menjaga keamanan dan kelancaran acara samen kali ini.

Setelah sampai ke Cibaraja, seluruh rombongan kembali ke sekolah. Di sekolah inilah kemudian digelar beberapa atraksi hiburan. Seperti penampilan beberapa siswa yang melantunkan lagu Wali "Cari Jodoh" dan beberapa lagu pop lainnya dengan diringi musik drum band.

Aku beserta istri tersayang menikmati bakso dan Pop Ice setelah kemudian kami pun kembali ke rumah.

Kami tahu acara belum selesai. Sebenarnya ada beberapa siswa yang akan menampikan pidato sampai datang waktu sholat Dzhuhur. Tapi kami terlalu lelah dan capek untuk mengikuti semua acara.

Kami pun sepakat akan kembali lagi nanti setelah sholat Ashar. Dan, sekarang adalah waktunya "maksiat" alias makan, sholat, dan istirahat.

SETELAH ASHAR
Sebagaimana yang telah kami rencanakan sebelumnya, bahwa setelah Ashar kami akan kembali ke samen. Kami pun berangkat ke samen sore ini.

Sesampai di tujuan kami disuguhkan oleh tarian India yang penarinya adalah anak-anak kecil yang sangat lucu, imut, dan menggemaskan.

Setelah "penari India cilik itu", berturut-turut penari cilik dengan berbagai macam latar musik yang mengiringinya, ada lagu "Mojang Priangan", "Mr. John" versi Indonesia, "Senyum Adalah Ibadah".

Waktu hampir Maghrib, kami pun bergegas pulang. Acara tari-tarian pun selesai. Menurut sumber informasi setelah Maghrib akan ada acara pembagian hadiah dan tablighul islamiyah yang akan dibawakan oleh penceramah yang berasal dari daerah Pelabuhan Ratu.

Itulah sedikit gambaran tentang acara Samen yang sudah menjadi tradisi masyarakat Sukabumi-Jawa Barat.

Selasa, 06 Juli 2010

Bangun Malam

Cibubur, Jum'at, 25 Juni 2010

Bangun Malam

Oleh: Mohamad Istihori

Itulah mengapa Allah "hampir-hampir saja" mewajibkan sholat malam kepada kita.

Mengapa demikian?

Karena di antara seabrek keuntungan, fadhilah, atau hikmah yang bisa kita dapatkan dengan bangun malam adalah kita memiliki banyak waktu luang untuk membaca, menulis (istilah-istilah, opini, dan berbagai macam berita), atau kegiatan positif apapun saja yang tidak bisa kita lakukan/garap di siang hari.

Atau kegiatan yang kalau kita kerjakan di siang hari, waktu kita bisa sangat terbatas untuk menunaikannya.

Menyikapi Kebaikan dan Keburukan

Cibubur, Jum'at, 25 Juni 2010

Menyikapi Kebaikan dan Keburukan

(TJ: 82/ An Nisa: 78)

Oleh: Mohamad Istihori

Lanjutan Surat An Nisa ayat 78:

"...Wa in tushibhum hasanatuy yaquuluu haadzihi min ingdillaah. Wa ingtushibhum sayyiatuy yaquluu haadzihi min ingdika. Qul kullum min ingdillaahi. Famaali haaulaail qoumi laa yakaaduuna yafqohuuna hadiitsaa."

Artinya:

"...Dan, apabila kebaikan itu (kesuburan dan kelapangan rezeki) menimpa orang-orang munafik, mereka berkata, 'Ini adalah dari Allah'. Namun apabila nasib jelek menimpa, mereka berkata,'Ini berasal darimu wahai Muhammad.'

Katakanlah wahai Muhammad, 'Sesungguhnya baik yang menguntungkan maupun yang mendatangkan kerugian, seluruhnya adalah berasal dari Allah.'

Maka hampir saja mereka tidak memahami ucapan." (An Nisa:78)

- Ayat ini masih menceritakan sifat jelek orang munafik/Yahudi. Kalau Yahudi mah sudah jelas musuh orang Islam. Yang susah itu adalah ketika kita menghadapi orang munafik. Karena mereka itu bagaikan musuh di dalam selimut.

- Bagaimanakah sikap orang munafik terhadap kebaikan dan kerugian yang menimpa mereka? Atau dengan kata lain, bagaimanakah orang munafik menyikapi keuntungan dan kerugian yang mereka dapatkan dalam kehidupan?

- Wa in tushibhum hasanatun.

Kata hasanatun mengandung dua makna:
1. Khoshobun: Kesuburan.
2. Wasi'atun: Kelapangan rezeki.

- Yaquuluu haadzihi min ingdillaah.

Orang munafik atau orang Yahudi itu suka melupakan hal yang menjadi penyebab mereka mendapat kebaikan dalam kehidupan. Padahal Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW agar mereka mengenal kebaikan.

Namun emang dasarnya kelakuan orang munafik itu kerap melupakan kebaikan Muhammad yang memberikan perubahan yang sangat signifikan terhadap kemajuan peradaban bangsa Arab ketika itu.

- Tapi begitu mereka mendapatkan keburukan barulah mereka berkata:

"Wa in tushibhum sayyiatuy yaquuluu haadzihi min ingdika."

Namun ketika nasib buruk menimpa, mereka berkata, "Ini gara-gara Muhammad. Dasar manusia pembawa sial!"

Itulah sikap mereka terhadap Muhammad, ketika mendapat keuntungan, melupakan jasa dan perjuangan Muhammad di dalam menyebarkan ajaran tauhid, namun ketika mendapatkan kerugian justru mereka nyalahin Muhammad.

- "Qul kullum min ingdillaah."

Kita harus berterima kasih kepada orang yang menyebabkan kita bisa mendapatkan kebaikan dan bersyukur kepada Allah. Sebagaimana Allah mengajarkan kepada Muhammad, Katakanlah wahai Muhammad sesungguhnya kebaikan dan keburukan, semuanya berasal dari Allah SWT.

Sebagai sebuah perumpamaan, ketika kita berhasil menyeberangi sungai dengan bantuan jembatan, maka sudah semestinyalah kita "berterima kasih" kepada jembatan dan bersyukur kepada orang yang telah membuat jembatan tersebut.

Begitu juga dengan kehadiran Muhammad yang sesungguhnya telah menghadirkan keberkahan tersendiri terhadap kemajuan peradaban masyarakat Mekah dan Madinah.

Atas jasa Muhammad mereka bisa mengenal Tuhan yang sebenarnya dan kehidupan mereka menjadi lebih damai dari sebelumnya.

Tapi emang dasarnya orang munafik yang benci dan iri kepada Muhammad, mereka membalikan fakta dengan mengatakan, "Haadzihi min ingdillah." "Sesungguhnya ini adalah berasal dari Allah, bukan atas perjuangan, jasa, dan pengorbanan Muhammad."

Padahal Imam Ali bin Abi Tholib (Karomallaahu Wajhahu) saja pernah berkata, "Ana 'abdunil ladzii 'allamanii walau kaana harfan." "Aku adalah hamba dari orang yang mengajarkan ilmu kepadaku walaupun hanya sebentar atau walaupun hanya satu huruf."

- Famaali haaulaail qoumi laa yakaaduuna yafqohuuna hadiitsaa.

Tapi nggak tahu deh, apakah mereka paham apa tidak terhadap ayat ini? Maka perkara apa bagi kaum munafik ini sehingga hampir-hampir saja mereka tidak memahami ucapan?

Kata tanya (istifham) dalam ayat ini adalah istifham lit ta'jiib atau kata tanya yang mengandung ketakjuban/keheranan atas ketidakpahaman/keacuhan/kecuekan mereka terhadap firman-firman Tuhan.

Rabu, 30 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid II

Cibubur, Kamis, 17 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid II

Oleh: Mohamad Istihori

Dulu semasa nyantri kami diajarkan bahwa nama malaikat yang bertugas mencatat amal baik adalah rokib dan yang bertugas mencatat amal jelek yaitu atid.

Mengapa Pak Kiai kita dulu mengatakan "mencatat"? Karena dulu kita belum mengenal teknologi yang bisa merekam suatu peristiwa.

Namun seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kita tidak aneh lagi kalau sebuah peristiwa beberapa bulan kemarin misalnya bisa kita saksikan hari ini.

Dengan kemajuan teknologi tersebut, maka para kiai kita mulai mengubah istilah "mencatat amal" dengan istilah "merekam amal".

Pemilihan istilah "merekam amal" bukan semata-mata agar kita disebut lebih modern karena memakai istilah yang lebih kekinian.

Dengan meminjam istilah "merekam", maka kita akan lebih cepat memahami dengan lebih simple atau sederhana ketimbang "mencatat".

Coba kita bayangkan bersama, kalau tugas malaikat itu mencatat amal, mereka butuh berapa lembar kertas untuk mencatat gerak-gerik kita mulai dari baligh sampai meninggal dunia?

Berapa kecepatan menulis mereka untuk mencatat perilaku kita secara detail? Tanggal berapa? Jam berapa? Hari apa? Aduh ruwet banget deh pokoknya implikasinya kalau kita masih juga memakai "mencatat".

Mungkin akan lebih sederhana penjelasannya kalau kita mengatakan bahwa malaikat rokib-atid itu adalah malaikat yang tugasnya merekam amal.

Tapi jangan dulu anda membayangkan teknologi rekamnya Allah itu sebagaimana teknologi rekam yang dimiliki manusia.

Kalau teknologi rekam tersembunyi milik manusia di manapun disembunyikan masih berpotensi untuk ditemukan. Karena bahan dasar alat rekam tersebut mungkin terbuat dari plastik, besi, alumunium, fiber, atau mika.

Tapi kalau teknologi rekamnya Allah ini terbuat dari cahaya. Jadi meski sejak lahir sudah diletakkan di bahu sebelah kanan dan kiri manusia dan mulai diaktifkan sejak manusia baligh, manusia kerap tidak merasa bahwa ada kamera intai di kedua belah bahunya.

Perekam buatan manusia aja bisa menyimpan data sampai berapa KB. Dan, ada yang multifungsi lagi. Maksud saya ada alat rekam buatan manusia yang juga bisa buat ngentik, dengerin musik, nonton video, menyimpan data, sms, nelepon, nonton tv, dan lain sebagainya.

Itu bikinan manusia bro. Maka bisa kita bayangkan seberapa dahsyat dan hebatnya teknologi rekam buatan Allah. Yang nggak pernah low batt sehingga nggak perlu repot-repot di-charge, nggak rusak kena hujan, fleksibel, bisa dibawa ke mana aja.

Allah memberi nama teknologi rekam-Nya ini Rokib-Atid. Bahan dasar keduanya dari cahaya. Dan, manusia sampai hari belum bisa mengolah cahaya menjadi teknologi perekam.

Selasa, 29 Juni 2010

Kamus Istilah Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)

Cibubur, Rabu, 16 Juni 2010

Kamus Istilah Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)

(Dikutip dari "Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA" Edisi Kedua Karangan Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater)

Oleh: Mohamad Istihori

1. Sintesa= Turunan.

2. Perilaku Antisosial= Perilaku Maladaptif.

3. Adiksi (Addiction)= Ketagihan.

4. Dependensi (Dependency)= Ketergantungan.

5. Hendaya= Impairment.

6. Gejala Putus Zat= Withdrawal Symptoms.

7. Etiologi= Penyebab Penyakit.

8. Simptom= Gejala.

9. Anestesi= Pembiusan.

10. Gunung Es= Ice Berg.

11. Angka Kematian= Mortality Rate.

12. Sugesti= Craving.

Kambuh
=>Teman
=>Sugesti
=>Faktor frustasi/stres

13. Pemakai yang memakai lebih dari satu zat= Poly drugs abuser.

14. Kepribadian anti sosial= Psikopat.

15. Kondisi keluarga yang tidak baik= Disfungsi keluarga.

16. Keinginan yang tak tertahankan= An overpowering desire.

17. Pengedar= Pusher.

18. Sistem transmisi saraf= Neuro-transmitter.

19. Heroin= Putaw.

20. Gangguan mental dan perilaku= Mental and behavior disorder.

21. Punitif= Hukuman.

22. Terapeutik= Pengobatan.

23. Organobiologik= Susunan saraf pusat/otak.

24. Fungsi kognitif= Alam pikiran.

25. Fungsi afektif= Alam perasaan/emosi.

26. Fungsi psikomotor= Perilaku.

27. Reversible= Yang dapat balik kembali.

28. Fungsi analgetik= Penawar nyeri.

29. Faktor predisposisi= Faktor yang membuat seseorang cenderung menyalahgunakan NAZA.

- Gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribadian (anti sosial), kecemasan, dan depresi.

30. Faktor kontribusi= Kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan hubungan interpersonal antar keluarga.

31. Faktor pencetus adalah pengaruh teman kelompok sebaya dan NAZA-nya itu sendiri.

32. Mengobati dirinya sendiri= Self medication.

33. Reaksi pelarian= Escape reaction.

34. Jantung berdebar-debar= Palpitasi.

35. Euforia= Rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.

36. Halusinasi= Pengalaman panca indera tanpa adanya sumber stimulasi (rangsangan) yang menimbulkannya.

37. Halusinasi:
- Pendengaran
- Pengelihatan
- Penciuman
- Rasa, dan
- Raba.

38. Delusi: Suatu keyakinan yang tidak rasional meskipun telah diberikan bukti-bukti bahwa pikiran itu tidak rasional, yang bersangkutan tetap meyakininya.

39. Delusi paranoid: Yang bersangkutan yakin benar bahwa ada orang yang akan berbuat jahat kepadanya, padahal dalam kenyataannya tidak ada orang yang dimaksud.

40. Pelebaran: Dilatasi.

41. Gangguan jiwa: Psikosis.

42. Pemahaman diri= Insight.

43. Pembicaraan cadel= Slurred Speech.

44. Air mata berlebihan= Lakrimasi.

45. Cairan hidung berlebihan= Rhinorea.

46. Bulu rambut dan kuduk berdiri/bergidik= Piloeraksi.

47. Mulut menguap= Yawning.

48. Jantung berdebar-debar= Palpitasi.

49. Oedema= Pembengkakan.

50. Rasa gembira= Elation.

51. Rasa harga diri meningkat= Grandiosity.

52. Bicara yang seringkali tidak tentu ujung pangkalnya dan melompat-lompat= Flight of ideas.

53. Overdosis= Intoksikasi.

54. Gangguan mental organik:
- Gangguan dalam fungsi berpikir.
- Gangguan dalam fungsi berperasaan.
- Gangguan dalam fungsi berprilaku.

55. Mata jereng= Nistakmus.

56. Hipotensi ortostatik= Tekanan darah menurun karena perubahan posisi tubuh: berbaring, duduk, dan berdiri.

67. Agitasi psikomotor= Yang bersangkutan berperilaku hiperaktif, tidak dapat diam, dan selalu bergerak.

68. Obat tidur= sedativa/hipnotika.

69. Ketagihan tembakau= Craving.

70. Pencegahan= Prevensi.

71. Supply reduction= Upaya-upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin pengadaan dan peredaran NAZA.

72. Demand reduction= Upaya-upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin permintaan atau kebutuhan terhadap NAZA oleh para penyalahguna.

73. Welfare= Kesejahteraan.

74. Prevensi:
- Primer=> Pencegahan terhadap orang sehat.
- Skunder=> Rehabilitasi terhadap pasien NAZA.
- Tersier=> Rehabilitasi terhadap pasien pasca terapi.

75. Lingkungan bebas NAZA= Drugs free environment.

76. Ketidaktahuan= Ignorancy.

77. Kepribadian yang rawan= Vulnerable personality.

78. Penyakit endemik dalam masyarakat= Endemic disease in the modern society.

79. Penyakit keluarga= Family disease.

80. Bercerai= Divorce.

81. Berpisah= Separation.

82. Hubungan tidak harmonis= Poor marriage.

83. Tanpa kehangatan= Low warm.

84. Rasa aman= Security feeling.

85. Saling mencintai dan dicintai= Love to be loved.

86. "Warisan yang paling berharga yang dapat diberikan orang tua kepada anak-anaknya adalah waktu beberapa menit setiap harinya."

87. Kekambuhan= Relapse.

88. Pendidikan pencegahan NAZA= Preventive drug education.

89. Lingkungan sekolah bebas dari NAZA= Drug free school environment.

90. Disembuhkan= Curable.

91. Dikendalikan/dikontrol= Controlable.

92. Kewaspadaan masyarakat= Public awareness.

93. Pendekatan holistik= Holistic approach.

94. Racun= Toksin.

95. Cannabis= Ganja.

96. Psikiatri= Kedokteran Jiwa.

97. Daya Nilai Realitas= Reality Testing Ability.

98. "Obat jenis major tranquilizer diberikan kepada orang yang mengalami:
- Gangguan jiwa psikosis fungsional.
- Gangguan jiwa psikosis organik (seperti para junkies)."

99. "Penyalahguna/ketergantungan NAZA akan mengalami depresi karena yang bersangkutan akan mengalami depresi karena yang bersangkutan akan kehilangan rasa euforia manakala NAZA dibersihkan dari tubuhnya."

100. Rasa ingin= Craving.

Minggu, 27 Juni 2010

Cerita Entong dan Kiai Rojali

TIM, Jum'at, 11 Juni 2010
Cerita Entong dan Kiai Rojali
(Sumber dari salah satu tokoh Betawi. Disampaikan pada Kenduri Cinta)
Oleh: Mohamad Istihori

Disebutkan oleh Shohibul hikayat hiduplah di wilayah Betawi kala itu Entong dan keluarganya. Entong memiliki bapak preman. Kerjaan bapaknya ini kalau kagak mabok, main judi, melacur, atau merampok. Semua orang mengenal bapaknya Entong dengan citra yang sangat jelek. Namun menjelang wafatnya ia mendapat hidayah dari Allah SWT.

Ia berwasiat kepada istrinya agar kelak, kalau ia meninggal dunia, Entong dipesantrenin di Pesantrennya Kiai Rojali. Singkat cerita, bapaknya Entong wafat. Entong pun kini, sesuai dengan wasiat sang bapak, mesantren di pesantrennya Kiai Rojali.

Dalam hatinya Kiai Rojali berkata, "Alah bapak ama anak kagak bakalan jauh kelakuannya. Buah itu jatuh kagak bakalan jauh dari pohonnya. Kalau bapaknya penjahat anaknya juga pasti penjahat." Demikian yang terbesit dalam pikiran Kiai Rojali. Untuk tahap pemula Entong belum disuruh ngaji ama Kiai Rojali. Melainkan ia diberi tugas untuk menyiapkan beton (biji buah nangka yang sudah dimasak dengan cara direbus dan siap makan).

Setiap hari Kiai Rojali memberikan 10 buah biji nangka kepada Entong untuk dimasak menjadi beton. Setelah biji nangka itu matang dan menjadi beton, Entong pun menghidangkannya kepada Kiai Rojali. Entah bagaimana caranya beton yang ada 10 buah tersebut begitu hendak disantap oleh Kiai Rojali jumlahnya selalu menjadi sembilan. Dan, peristiwa tersebut selalu terulang setiap pagi.

Kiai Rojali pun berkesimpulan dalam hati, "Tuh kan bener perkiraan gua. Kalau bapaknya pencuri, anaknya pasti juga pencuri." Setelah berminggu-minggu mondok di pesantrennya Kiai Rojali, Entong tidak kunjung mendapatkan pengajaran sebagaimana para santri yang lain.

Akhirnya ia pun memberanikan diri untuk mengadukan diri kepada Kiai Rojali, "Pak Kiai masa saya nggak diajarin ngaji kayak teman-teman?" "Oke sekarang kamu ikutin kata-kata saya." perintah Kiai Rojali. "Beton ada 10 tinggal sembilan." ujar Kiai asal Betawi itu dengan lagam mirip seorang Qori.

Dengan penuh kekhusyuan dan keyakinan Entong pun mengikuti ucapan guru ngajinya itu, "Beton ada 10 tinggal sembilan."

LIBURAN TELAH TIBA
Saatnya kini liburan. Entong dan segenap teman-teman yang mondok di pesantren Kiai Rojali diberi kesempatan pulang ke rumah mereka masing-masing. Setelah beberapa hari di rumah, Emaknya Entong berkata, "Tong di tempatnye Kiai Rojali lu udah ngaji ape aje?"

Dengan antusias Entong menjawab, "Ane udah dikasih jampe Nyak."

"Ape tuh jampenye?"

Sontak di hadapan Enyak, Entong pun mengulangi jampe yang pernah diajarkan Kiai Rojali kepadanya, "Beton ada 10 tinggal sembilan." Mendengar ucapan tersebut Enyak kaget bukan kepalang. Ia pun bertanya, "Apaan tuh maksudnya Tong?"

"Ane juga kagak tahunya. Selama ane ngaji ame Kiai Rojali baru itu doang yang diajarin." kata Entong.

KEMBALI MONDOK
Entong kaget luar biasa. Begitu sampe di pondok suasana begitu sepi. Tidak ada seorang pun berada di sana. Di tengah kebingungannya itu ia melihat kakek-kakek yang sedang ngaso di depan rumahnya. Memang rumah kakek itu tidak jauh dari ponpes Kiai Rojali.

Entong pun menghampiri kakek itu dan bertanya, "Kek para penghuni ponpes Kiai Rojali pada ke mana iya?" "Loh emangnye lu kagak tahu Tong kalau pagi ini Kiai Rojali berangkat haji?" ujar sang kakek.

"Nggak tahu kek."

Setelah mengetahui guru yang dicintainya berangkat haji, Entong pun langsung lari menuju pelabuhan. Ia ingin sekali mencium tangan gurunya sebelum gurunya itu berangkat haji. Ia tahu bahwa ia akan berpisah dalam waktu yang sangat lama. Sekitar 2-3 bulan. Namun mau dikata apa. Entong datang terlambat. Perahu yang mengantar Kiai Rojali ke tanah suci sudah berangkat.

Namun Entong tidak putus asa. Meskipun hatinya menangis ia tetap berusaha semampu yang ia bisa. Ia pun duduk di tepi pelabuhan. Ia ingin menunggu di situ sampai Kiai Rojali kembali ke tanah air.

Sambil duduk dia membaca jampe yang diajarkan Kiai Rojali, "Beton ada 10 tinggal sembilan." Kata-kata itu terus ia lantunkan. Dengan izin Allah tiba-tiba Entong sudah berada di tanah suci Mekah al Mukaromah.

Tapi ia tidak sadar dengan perpidahan yang tidak rasional dalam hitungan akal orang modern zaman sekarang. Kapal yang mengangkut jama'ah haji dari Indonesia itu pun telah tiba. Entong yang mengenali kapal air yang ditumpangi gurunya itu langsung bersiap-siap menyambut gurunya.

Begitu Kiai Rojali turun dari kapal, Entong langsung mencium tangan dan memeluk gurunya.

"Selamat datang kembali guru." ujar Entong.

Melihat si Entong ada di hadapannya, Kiai Rojali sangat terkejut.

"Loh kok lu bisa ada di sini Tong?"

"Saya juga nggak tahu Pak Kiai. Yang saya tahu begitu perahu yang membawa kiai pergi menuju tanah suci, saya duduk di tepi pelabuhan. Pokoknya saya bertekad mau nunggu Pak Kiai sambil membaca jampe yang Pak Kiai ajarkan pada saya."

Sontak Kiai Rojali menyadari bahwa Entong adalah memang seorang yang sangat ta'dzim terhadapnya. Ia pun merasa sangat malu dan nggak enak sama Entong. Karena ia sudah berprasangka jelek/buruk (negative thingking/su'udzon).

Sebagaimana Entong berangkat dari Indonesia ke Mekah dengan menggunakan jampe yang diajarkan Kiai Rojali, begitu pulang dari Mekah ke Indonesia pun ia memakai jampe tersebut. Setelah sampai di tanah air, Kiai Rojali pun menyadari kesalahannya. Kini ia menyadari kesungguhan Entong untuk belajar ilmu darinya. Akhirnya Entong diajarin ngaji sebagaimana para murid yang lain.

Jumat, 18 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid

Cibubur, Senin, 14 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid

Oleh: Mohamad Istihori

Ya Allah tersebarnya rekaman sebuah video di dunia saja sudah sangat menghebohkan kehidupan sehari-hari kami. Bagaimana kalau tiba-tiba Engkau menyebarkan rekaman dosa kami, mulai dari kami baligh sampai hari ini.

Karena sesungguhnya Engkau memiliki teknologi rekaman yang lebih canggih daripada teknologi rekaman kami yang manapun.

Rekaman-Mu itu merknya Rokib dan Atid. Dalam teknologi kami Rokib dan Atid itu semacam CCTV. Rokib Kau letakan di bahu kanan kami untuk merekam prilaku positif dan Atid Kau taruh di bahu kiri kami untuk merekam prilaku negatif kami.

Bahan dasar "kamera rekam" Rokib-Atid bukan dari plastik, besi, fiber, atau yang lainnya. Bahan dasarnya adalah cahaya.

Sehingga kalau manusia tidak rajin mengasah kepekaan cahaya hatinya maka dia tidak akan merasa di bahu kiri dan kanannya ada "kamera pengintai" super canggih made in Allah SWT.

Dengan penuh rahmat dan kasih sayang Engkau tutupi dosa dan kesalahan kami. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan karena Engkau masih memberikan kesempatan kepada kami untuk bertobat dan tidak lagi mengulangi kesalahan-kesalahan kami.

Ya Allah (sebagaimana ucapan kekasih-Mu, Abu Nawas) kami ini memang sangat tidak layak masuk ke dalam surga-Mu. Tapi kami juga tidak sanggup masuk ke dalam pedihnya siksa neraka-Mu.

Maka ya Allah. Ampunilah kami. Ampunilah kami. Ampunilah kami.

Bulan Madu Tiap Waktu

CBS, Kamis, 27 Mei 2010

Bulan Madu Tiap Waktu

Oleh: Mohamad Istihori

Sungguh benar-benar telah aku temukan diriku dalam dirimu.
Sebagaimana kau telah menemukan dirimu dalam diriku.
Cinta kita tidak terpisah oleh ruang dan waktu.
Itulah sejatinya hakikat kemesraan cinta kau dan aku.

Oleh karena itu.
Setiap malam kita adalah bulan madu.

"Loh kok bisa?"

"Mengapa tidak?"

"Lalu bagaimana caranya?"

"Kau tidak usah tanyakan padaku bagaimana caranya. Karena setiap kali hendak mendarat ke 'bulan' aku selalu minum madu."

Bulannya bukan yang seperti yang ada dalam benak atau bayanganmu.
Bulanku bulan yang ada di "langit ke tujuh".

"Oh kirain 'bulan' yang kepanjangannya adalah 'buka pelan-pelan'?"

"Bukan bulan (buka pelan-pelan). Tapi bulan yang ku maksud adalah yang kepanjangannya adalah bualan dan rayuan."

Jumat, 12 Maret 2010

Sesosok Pribadi yang Masih Misteri?

Cibubur, Jum'at, 12 Maret 2010

Sesosok Pribadi yang Masih Misteri?

Oleh: Mohamad Istihori

Siapakah gerangan ia sesosok pribadi yang selalu kita rindukan? Yang kalau kita jauh dengannya kita selalu mengharapkan pertemuan dengannya? Yang kalau kita sudah bertemu dengannya kita sangat enggan berpisah sama dia?

Siapakah gerangan ia pribadi yang selalu bisa menghibur duka hati kita? Yang memahami muatan isi kalbu kita?

Yang diam-diam menangisi kesedihan yang kita alami, namun selalu tampil ceria saat bersama kita?

Sudahkah kita menemukan sosok itu pada pasangan hidup kita? Pada pribadi pemimpin bangsa kita? Pada guru-guru kita?

Siapakah ia? Di manakah gerangan kini ia berada? Sudahkah kita menemukan sosoknya pada orang-orang dekat kita?

Pada orang-orang yang berada di ruang lingkup kehidupan kita? Pada orang-orang yang mengaku cinta pada kita? Atau pada orang-orang yang kita cintai?

Bersyukurlah kalau kita sudah menemukannya. Bersabarlah kalau kita belum menemukannya.

Tapi yakinlah kita pasti akan menemukannya. Karena setiap kita pasti memiliki belahan jiwa. Punya soulmate. Yang kita menemukan diri kita di dalam dirinya.

Semakin rajin kita mengasah akal dan hati, maka kita akan semakin cepat dan banyak menemukan sang belahan jiwa.

Orang-orang yang hidupnya merasa kesepian ditengah hiruk-pikuk kehidupan ini adalah karena ia belum menemukan belahan jiwanya.

Sehingga ia kebingungan mau curhat ke mana? Nggak tahu mau minta nasihat sama siapa? Dan, ketika punya masalah ia merasa, bahwa ia sendiri yang punya masalah seperti itu.

Padahal kalau ia punya teman sharing, pasti ia akan tahu bahwa lebih banyak orang yang punya masalah seperti dia. Bahkan lebih banyak lagi orang yang masalahnya lebih besar dan kompleks daripada masalah yang ia hadapi saat ini.

Kamis, 11 Maret 2010

Berinteraksi dengan Duri dan Nasi

Cibubur, Kamis, 110310

Berinteraksi dengan Duri dan Nasi

Oleh: Mohamad Istihori

Dalam sebuah babak kehidupannya, Muhammad saw pernah berkata bahwa menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan merupakan sebuah kebaikan.

Apa yang bisa kita gali dari sini? Duri menusuk siapa saja. Duri menusuk tak pandang bulu. Orang Islam, orang Kristen, atau orang Yahudi yang lengah akan ditusuk duri.

Emangnya pernah apa duri bertindak diskriminatif dengan, misalnya, cuma nusuk kaki orang Islam doang? Terus orang Kristen atau orang Yahudi yang nginjek duri nggak tertusuk gitu? Iya nggak kayak gitu lah.

Dari sini kita bisa lebih pahami bahwa ketika menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan itu kita telah melakukan suatu kebaikan yang sangat universal.

Dengan menyingkirkan duri yang ada di tengah jalan hal itu menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu kebaikan kita nggak usah susah-susah dan berpusing ria memikirkan dia agamanya apa. Islam, Kristen, Budha, Konghuchu, atau bahkan atheis.

Selain dengan duri, berinteraksi dengan nasi juga bisa sangat berpotensi memperdalam keimanan kita kepada Allah SWT.

Sebagaimana duri yang menusuk siapa saja, nasi juga sangat bersedia dimakan siapa saja dan apa saja.

Nasi mengikhlaskan dirinya untuk mengenyangkan perut setiap orang tanpa peduli dia orang Islam, Kristen, atau Yahudi.

Emangnya pernah gitu nasi pilih kasih dengan hanya, misalnya, kalau yang makan nasi orang Islam nggak kenyang? Terus kalau orang Kristen atau orang Yahudi yang makan nasi perutnya akan kenyang? Ternyata tidak demikian wahai saudara-saudaraku.

Kalau duri dan nasi saja bisa berinteraksi dengan seluruh makhluk Allah, apalagi manusia yang diberi akal dan hati oleh Allah.

Sayangnya justru manusialah yang sangat diskriminatif dalam berinteraksi dengan sesamanya dan alam.

Orang Islam kadang hanya mau tolong-menolong dengan sesama orang Islam. Dan, enggan menolong orang yang berbeda agama dengannya.

Kalau kayak gitu model pergaulan dan silaturahmi kita, kapan Islam menjadi agama yang rahmatan lil 'aalamiin? Mimpi aje kali ye?

Manusia "Gelas Kosong"

CBS, Kamis, 110310

Manusia "Gelas Kosong"

Oleh: Mohamad Istihori

Berinteraksi dengan makhluk Allah yang lain memiliki keasyikan tersendiri. Melalui interaksi kita bisa mengenal berbagai macam karakter dan kepribadian seseorang.

Setiap karakter dan kepribadian itu, misalnya, memiliki berbagai macam hobi. Ketika kita berinteraksi dengan orang yang punya hobi musik, kita bisa belajar musik darinya.

Ketika kita berinteraksi dengan para penggila bola (gibol), kita bisa belajar memahami dunia sepak bola dan bisa kita lanjutkan dengan mengkiaskannya kepada kehidupan yang nyata.

Hal ini agar pengenalan kita terhadap dunia sepak bola tidak berhentinya hanya pada, contohya, bagaimana kedahsyatan Manchester United (MU) dalam menaklukan kesebelasan bermental juara Liga Eropa (AC Milan) dini hari tadi.

Ketika kita bergaul dengan mereka yang hobi (senang atau gemar) mempelajari tentang agama, kita bisa ikut juga belajar agama dengannya. Dan, sekaligus memperdalam pemahaman agama kita.

Hanya saja terkadang bergaul dengan mereka yang concern memperdalam agama kita terkena imbasnya. Maksudnya kita yang bukan ustadz atau kiai jadi diustadz-ustadzkan atau dianggap kiai.

Ketika kita berinteraksi dengan orang yang suka bongkar-pasang komputer, hp, laptop, atau motor kita juga bisa ikut mempelajari tentang benda-benda tersebut.

Inti atau kunci interaksi dengan sesama manusia bagi saya adalah kita menempatkan diri sebagai manusia "gelas kosong".

Artinya kita menempatkan diri sebagai orang yang ingin selalu belajar mengenai berbagai hal sehingga selalu ada input pengetahuan baru yang bisa terus meng-up date mesin ilmu berpikir kita.

Selasa, 09 Maret 2010

Amanat, Bukan Amanah

Cibubur, Jum'at, 05 Maret 2010

Amanat, Bukan Amanah

(An Nisa: 58/Tafsir Jalalain I)

Oleh: Mohamad Istihori

Isi ayat ini adalah perintah agar kita selalu memberikan amanat dan menghukumi antar manusia dengan adil.

Penggunaan ayat ini bukan pada asbabun nuzul-nya. Tapi pada umumnya lafadz. Ayat ini berlaku secara umum bahwa kita harus memberikan amanah kepada ahlinya.

"Idzaa wusidal amru ila ghoiri ahlihi fantadziris saa'ah."

Kalau sebuah amanah diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya. (Muhammad saw).

- Innallaaha ya-murukum an tuaddul amaanaat. (Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian agar mengemban amanat).

Orang yang telah diberikan amanat (berbagai macam amanah) harus menjalankannya dengan sebagaimana mestinya.

Amanat hanya dipikul oleh umat manusia. Ketika Allah menawarkan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain mereka dengan terang-terangan menyatakan tidak mampu.

Orang yang tidak menjalankan amanatnya maka orang tersebut berarti khianat.

Dalam redaksi ayat di atas memakai kata jama' yakni amanat. Bukan amanah. Hal tersebut berarti ada berbagai macam amanah yang diemban oleh setiap manusia.

Jika ia rosul amanatnya bernama risaalah. Jika ia nabi amanatnya bernama nubuwwah. Jika ia kholiifah amanatnya bernama khilaafah.

Manusia pada umumnya dijadikan khalifah Allah di dunia. Maka amanat yang kita emban adalah khilaafah.

Adapun amanah itu sendiri terbagi menjadi tiga macam:

1. Beribadah kepada Allah.

Dengan jalan takwa. Yakni dengan cara menjalankan semua perintah Allah (imtitaalu awamirillah) dan menjauhi segenap larangan-Nya (waj tinabun nawaahi).

Maka beribadah kepada Allah adalah suatu amanah yang harus dilakukan oleh setiap umat manusia.

2. Nikmat yang telah Allah berikan.

Nikmat dari Allah merupakan sebuah amanah. Maka janganlah sekali-kali kita mengolah dan mempergunakan nikmat tersebut menuju hal-hal yang dibenci Allah.

Misalnya mata. Ia merupakan nikmat yang sangat tak terhingga nilainya. Jika kita menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah berarti kita khianat kepada Allah karena tidak mampu menggunakan mata sesuai dengan yang telah diamanahkan oleh Allah.

3. Amanah berupa hak sesama manusia.

Misalnya hak tetangga untuk tenang, hak anak mendapatkan pendidikan yang layak dari kedua orang tuanya, dan hak guru dengan murid-hak murid dengan guru.

Wajib kepada seluruh manusia untuk menjalankan amanat secara mutlak.

Kemudian daripada itu, dari ketiga amanat yang telah disebutkan di atas, maka amanat terbagi lagi menjadi tiga bagian:

1. Amanah berupa ucapan (amanah qouliyyah)

Contoh amanah berupa ucapan misalnya membaca al Quran dan titip salam. Jika ada teman kita yang menitipkan salam kepada seseorang, maka kita wajib menyampaikan salam tersebut kepada yang bersangkutan.

2. Amanah berupa perbuatan (amanah fi'liyyah)

Misalnya menjaga titipan-titipan orang lain.

3. Amanah i'tiqoodiyyah

Misalnya tauhid (mengesakan Allah atau mengunakan segala yang Allah berikan kepada kita untuk semata-mata digunakan kepada apa saja yang diridhoi oleh Allah).

Amanah berupa i'tikad yang kedua adalah berbaik sangka kepada orang lain. Karena setiap individu memiliki hak untuk disangka baik oleh kita.

- Wa idzaa hakamtum bainan naasi an tahkumuu bil 'adl. (Dan, jika kamu sekalian menghukumi antar manusia. Maka hukumilah dengan adil).

Adil adalah wadhu'u syaiin fii mahallihi. Meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Rabu, 03 Maret 2010

Semakin Ku Kenal, Semakin Ku Menyesal

Cibubur, Rabu, 030310
Semakin Ku Kenal, Semakin Ku Menyesal
Oleh: Mohamad Istihori
Saba: 27
- (Qul aruunii) Katakanlah wahai Muhammad, perlihatkanlah kepadaku oleh kamu sekalian wahai orang-orang yang kafir.
“A'lamuunii” (Tafsir Jalalain/TJ) Beritahukanlah kepadaku oleh kamu sekalian wahai orang-orang yang dengan terang-terangan menolak kebenaran.
Apa yang dipinta Nabi kepada orang-orang kafir agar diperlihatkan?

- (Alladziina alhaqtum bihi syurokaa-a) Nabi meminta agar orang-orang kafir tersebut memperlihatkan berhala-berhala yang mereka sembah, yang mereka hubung-hubungkan dengan Allah sebagai sekutu Allah.
“Fil 'ibaadati” (TJ) Dalam hal ibadah.

- (Kalla) Sekali-kali tidak akan mungkin. Sekali-kali tidak akan bisa.
"Roda 'a lahum 'an 'i-tiqoodi syariiki lahu” (TJ). Muhammad tidak akan mungkin mampu menghalangi atau mencegah mereka dari keyakinan untuk menyekutukan Allah. Hati mereka sudah tertutup untuk menerima kebenaran.
Sehingga percuma saja kalau memberi mereka peringatan dengan ancaman azab Allah yang sangat pedih itu. Alih-alih merasa takut, pada ayat selanjutnya, mereka justru menantang Rosul agar segera mendatangkan azab yang telah beliau janjikan, jika memang Rosul itu adalah orang yang benar.

- (Bal huwallaahul 'aziizu) Tetapi, Dialah Allah Yang Maha Perkasa.
"Al ghoolibu 'ala amrihi” (TJ) Yang selalu menang atas urusan-Nya. Makna al aziiz bisa juga berarti bahwa tidak ada satu makhluk pun yang mampu mengalahkan Allah.

- (Al hakiimu) Yang Maha Bijaksana. Bisa juga bermakna yang paling menguasai ilmu hikmah.
“Fii tadbiirihi li kholqihi falaa yakuunu lahu syariikun fii mulkihi” (TJ) Di dalam mengatur dan mengurus makhluk-Nya. Maka tidak ada sekutu bagi Allah di dalam kerajaan-Nya atau di wilayah kekuasaan-Nya.
...
Saba: 28
- (Wa maa arsalnaaka illaa kaaffatan) Dan tidaklah Aku mengutusmu Muhammad kecuali kepada seluruh (manusia).
“Haalun minan naas qudima lil ihtimaam” (TJ) Lafadz kaaffaatan menjadi hal bagi lafadz an naas. Pada asalnya adalah wa maa arsalnaaka illaa lin naasi kaaffaatan, namun menjadi wa maa arsalnaaka illa kaaffaatan lin naasi dengan tujuan untuk memperlihatkan kedudukannya yang sangat penting.

- (Lin naasi basyiiron) kepada (seluruh) manusia sebagai pembawa kabar gembira.
“Mubasysyiron lil mu-miniina bil jannah” (TJ) Memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dengan janji bahwa mereka akan masuk surga.

- (Wa nadziiron) dan memberi peringatan.
“Mundzaron lil kaafiriina bil ‘azaab” (TJ) Memberikan peringatan kepada orang-orang kafir dengan siksaan.
- (Wa laakinna aktsaron naasi) Tetapi mayoritas manusia.
“Ay kuffaarol makkata” (TJ) Yaitu orang-orang kafir yang ada di Mekah saat itu.

- (Laa ya’lamuun) Mereka tidak mengetahui, atau sebenarnya mereka tahu hanya saja mereka tidak mau tahu dengan pengetahuannya tersebut. Memberitahu orang yang memang benar-benar tidak tahu akan terasa lebih mudah ketimbang kita memberitahu orang yang sudah tahu tapi dia tidak mau tahu akan apa-apa yang telah ia ketahui itu.
“Dzaalika” (TJ) Terhadap kabar gembira masuk surga dan azab.

...
Saba: 29
- (Wa yaquuluuna mataa haadzal wa’du) Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Eh Muhammad emangnya kapan janji...?”
“Bil ‘azaabi” (TJ) Datangnya azab.

- (In kuntum shoodiqiin) “...kalau memang kamu itu adalah orang yang benar?"
Jadi mereka bukannya takut terhadap peringatan azab yang Nabi sampaikan kalau mereka kufur, eh mereka malah menantang Nabi agar segera mendatangkan azab tersebut kalau memang Nabi itu memang benar dengan janjinya tersebut.
Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan pengetahuan mereka. Karena ketika masa mudanya Muhammad, sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rosul sudah dikenal sebagai pemuda yang dipercaya. Bahkan Rosul mendapat julukan al amiin (orang yang dapat dipercaya).
Dan, julukan al amiin itu bukannya Rosul yang mengklaim bahwa dirinya patut dipercaya. Tapi itu adalah pengakuan publik atau masyarakat ketika itu. Padahal Muhammad muda mah nggak peduli apakah dia dianggap orang yang pantas dipercaya atau dia adalah pemuda yang suka berbohong.
Bahkan ketika sudah menjadi Rosul pun yang percaya bukan hanya orang-orang yang mencintai beliau. Musuhnya pun sebenarnya percaya pada beliau. Suatu contoh misalnya, ketika ada dari golongan mereka yang hendak pergi jauh, mereka kerap kali menitipkan barang dagangan mereka kepada Rosul.
Karena kalau mereka menitipkan barang dagangannya tersebut kepada kaumnya sendiri, mereka khawatir barang dagangannya tersebut akan berkurang atau hilang. Namun setelah mereka kembali dan mereka mengambil lagi barang dagangannya yang mereka titipkan itu dari Rosul mereka berkata, “Ya Muhammad terima kasih sudah menjaga barang dagangan saya. Sekarang saya mau mengambil barang dagangan saya dan kita bermusuhan lagi.”
Mana ada pemimpin saat ini yang seperti itu. Jangankan oleh musuh-musuhnya. Oleh golongannya sendiri saja beberapa pemimpin kita masih kurang dipercaya. Kalau Rosul itu, semakin orang kenal beliau, maka orang akan semakin respect dan semakin cinta beliau.
Beda banget iya dengan pemimpin di Indonesia? Kalau di Indonesia mah, semakin kita kenal pemimpin kita maka kita akan semakin nyesel udah mengamanatkan suara kita sama mereka. Maka sebagian ngegerundel dalam hatinya dengan berkata, “Oh tahunya dia orangnya begitu toh. Nyesel banget kenapa dulu gua milih dia sebagai pemimpin. Kalau dari dulu gua tahu dia orangnya seperti itu mana mungkin gua akan memilihnya sebagai pemimpin.”
Untungnya rakyat Indonesia adalah manusia yang besar jiwanya..