Rabu, 30 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid II

Cibubur, Kamis, 17 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid II

Oleh: Mohamad Istihori

Dulu semasa nyantri kami diajarkan bahwa nama malaikat yang bertugas mencatat amal baik adalah rokib dan yang bertugas mencatat amal jelek yaitu atid.

Mengapa Pak Kiai kita dulu mengatakan "mencatat"? Karena dulu kita belum mengenal teknologi yang bisa merekam suatu peristiwa.

Namun seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kita tidak aneh lagi kalau sebuah peristiwa beberapa bulan kemarin misalnya bisa kita saksikan hari ini.

Dengan kemajuan teknologi tersebut, maka para kiai kita mulai mengubah istilah "mencatat amal" dengan istilah "merekam amal".

Pemilihan istilah "merekam amal" bukan semata-mata agar kita disebut lebih modern karena memakai istilah yang lebih kekinian.

Dengan meminjam istilah "merekam", maka kita akan lebih cepat memahami dengan lebih simple atau sederhana ketimbang "mencatat".

Coba kita bayangkan bersama, kalau tugas malaikat itu mencatat amal, mereka butuh berapa lembar kertas untuk mencatat gerak-gerik kita mulai dari baligh sampai meninggal dunia?

Berapa kecepatan menulis mereka untuk mencatat perilaku kita secara detail? Tanggal berapa? Jam berapa? Hari apa? Aduh ruwet banget deh pokoknya implikasinya kalau kita masih juga memakai "mencatat".

Mungkin akan lebih sederhana penjelasannya kalau kita mengatakan bahwa malaikat rokib-atid itu adalah malaikat yang tugasnya merekam amal.

Tapi jangan dulu anda membayangkan teknologi rekamnya Allah itu sebagaimana teknologi rekam yang dimiliki manusia.

Kalau teknologi rekam tersembunyi milik manusia di manapun disembunyikan masih berpotensi untuk ditemukan. Karena bahan dasar alat rekam tersebut mungkin terbuat dari plastik, besi, alumunium, fiber, atau mika.

Tapi kalau teknologi rekamnya Allah ini terbuat dari cahaya. Jadi meski sejak lahir sudah diletakkan di bahu sebelah kanan dan kiri manusia dan mulai diaktifkan sejak manusia baligh, manusia kerap tidak merasa bahwa ada kamera intai di kedua belah bahunya.

Perekam buatan manusia aja bisa menyimpan data sampai berapa KB. Dan, ada yang multifungsi lagi. Maksud saya ada alat rekam buatan manusia yang juga bisa buat ngentik, dengerin musik, nonton video, menyimpan data, sms, nelepon, nonton tv, dan lain sebagainya.

Itu bikinan manusia bro. Maka bisa kita bayangkan seberapa dahsyat dan hebatnya teknologi rekam buatan Allah. Yang nggak pernah low batt sehingga nggak perlu repot-repot di-charge, nggak rusak kena hujan, fleksibel, bisa dibawa ke mana aja.

Allah memberi nama teknologi rekam-Nya ini Rokib-Atid. Bahan dasar keduanya dari cahaya. Dan, manusia sampai hari belum bisa mengolah cahaya menjadi teknologi perekam.

Selasa, 29 Juni 2010

Kamus Istilah Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)

Cibubur, Rabu, 16 Juni 2010

Kamus Istilah Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)

(Dikutip dari "Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA" Edisi Kedua Karangan Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater)

Oleh: Mohamad Istihori

1. Sintesa= Turunan.

2. Perilaku Antisosial= Perilaku Maladaptif.

3. Adiksi (Addiction)= Ketagihan.

4. Dependensi (Dependency)= Ketergantungan.

5. Hendaya= Impairment.

6. Gejala Putus Zat= Withdrawal Symptoms.

7. Etiologi= Penyebab Penyakit.

8. Simptom= Gejala.

9. Anestesi= Pembiusan.

10. Gunung Es= Ice Berg.

11. Angka Kematian= Mortality Rate.

12. Sugesti= Craving.

Kambuh
=>Teman
=>Sugesti
=>Faktor frustasi/stres

13. Pemakai yang memakai lebih dari satu zat= Poly drugs abuser.

14. Kepribadian anti sosial= Psikopat.

15. Kondisi keluarga yang tidak baik= Disfungsi keluarga.

16. Keinginan yang tak tertahankan= An overpowering desire.

17. Pengedar= Pusher.

18. Sistem transmisi saraf= Neuro-transmitter.

19. Heroin= Putaw.

20. Gangguan mental dan perilaku= Mental and behavior disorder.

21. Punitif= Hukuman.

22. Terapeutik= Pengobatan.

23. Organobiologik= Susunan saraf pusat/otak.

24. Fungsi kognitif= Alam pikiran.

25. Fungsi afektif= Alam perasaan/emosi.

26. Fungsi psikomotor= Perilaku.

27. Reversible= Yang dapat balik kembali.

28. Fungsi analgetik= Penawar nyeri.

29. Faktor predisposisi= Faktor yang membuat seseorang cenderung menyalahgunakan NAZA.

- Gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribadian (anti sosial), kecemasan, dan depresi.

30. Faktor kontribusi= Kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan hubungan interpersonal antar keluarga.

31. Faktor pencetus adalah pengaruh teman kelompok sebaya dan NAZA-nya itu sendiri.

32. Mengobati dirinya sendiri= Self medication.

33. Reaksi pelarian= Escape reaction.

34. Jantung berdebar-debar= Palpitasi.

35. Euforia= Rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.

36. Halusinasi= Pengalaman panca indera tanpa adanya sumber stimulasi (rangsangan) yang menimbulkannya.

37. Halusinasi:
- Pendengaran
- Pengelihatan
- Penciuman
- Rasa, dan
- Raba.

38. Delusi: Suatu keyakinan yang tidak rasional meskipun telah diberikan bukti-bukti bahwa pikiran itu tidak rasional, yang bersangkutan tetap meyakininya.

39. Delusi paranoid: Yang bersangkutan yakin benar bahwa ada orang yang akan berbuat jahat kepadanya, padahal dalam kenyataannya tidak ada orang yang dimaksud.

40. Pelebaran: Dilatasi.

41. Gangguan jiwa: Psikosis.

42. Pemahaman diri= Insight.

43. Pembicaraan cadel= Slurred Speech.

44. Air mata berlebihan= Lakrimasi.

45. Cairan hidung berlebihan= Rhinorea.

46. Bulu rambut dan kuduk berdiri/bergidik= Piloeraksi.

47. Mulut menguap= Yawning.

48. Jantung berdebar-debar= Palpitasi.

49. Oedema= Pembengkakan.

50. Rasa gembira= Elation.

51. Rasa harga diri meningkat= Grandiosity.

52. Bicara yang seringkali tidak tentu ujung pangkalnya dan melompat-lompat= Flight of ideas.

53. Overdosis= Intoksikasi.

54. Gangguan mental organik:
- Gangguan dalam fungsi berpikir.
- Gangguan dalam fungsi berperasaan.
- Gangguan dalam fungsi berprilaku.

55. Mata jereng= Nistakmus.

56. Hipotensi ortostatik= Tekanan darah menurun karena perubahan posisi tubuh: berbaring, duduk, dan berdiri.

67. Agitasi psikomotor= Yang bersangkutan berperilaku hiperaktif, tidak dapat diam, dan selalu bergerak.

68. Obat tidur= sedativa/hipnotika.

69. Ketagihan tembakau= Craving.

70. Pencegahan= Prevensi.

71. Supply reduction= Upaya-upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin pengadaan dan peredaran NAZA.

72. Demand reduction= Upaya-upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin permintaan atau kebutuhan terhadap NAZA oleh para penyalahguna.

73. Welfare= Kesejahteraan.

74. Prevensi:
- Primer=> Pencegahan terhadap orang sehat.
- Skunder=> Rehabilitasi terhadap pasien NAZA.
- Tersier=> Rehabilitasi terhadap pasien pasca terapi.

75. Lingkungan bebas NAZA= Drugs free environment.

76. Ketidaktahuan= Ignorancy.

77. Kepribadian yang rawan= Vulnerable personality.

78. Penyakit endemik dalam masyarakat= Endemic disease in the modern society.

79. Penyakit keluarga= Family disease.

80. Bercerai= Divorce.

81. Berpisah= Separation.

82. Hubungan tidak harmonis= Poor marriage.

83. Tanpa kehangatan= Low warm.

84. Rasa aman= Security feeling.

85. Saling mencintai dan dicintai= Love to be loved.

86. "Warisan yang paling berharga yang dapat diberikan orang tua kepada anak-anaknya adalah waktu beberapa menit setiap harinya."

87. Kekambuhan= Relapse.

88. Pendidikan pencegahan NAZA= Preventive drug education.

89. Lingkungan sekolah bebas dari NAZA= Drug free school environment.

90. Disembuhkan= Curable.

91. Dikendalikan/dikontrol= Controlable.

92. Kewaspadaan masyarakat= Public awareness.

93. Pendekatan holistik= Holistic approach.

94. Racun= Toksin.

95. Cannabis= Ganja.

96. Psikiatri= Kedokteran Jiwa.

97. Daya Nilai Realitas= Reality Testing Ability.

98. "Obat jenis major tranquilizer diberikan kepada orang yang mengalami:
- Gangguan jiwa psikosis fungsional.
- Gangguan jiwa psikosis organik (seperti para junkies)."

99. "Penyalahguna/ketergantungan NAZA akan mengalami depresi karena yang bersangkutan akan mengalami depresi karena yang bersangkutan akan kehilangan rasa euforia manakala NAZA dibersihkan dari tubuhnya."

100. Rasa ingin= Craving.

Minggu, 27 Juni 2010

Cerita Entong dan Kiai Rojali

TIM, Jum'at, 11 Juni 2010
Cerita Entong dan Kiai Rojali
(Sumber dari salah satu tokoh Betawi. Disampaikan pada Kenduri Cinta)
Oleh: Mohamad Istihori

Disebutkan oleh Shohibul hikayat hiduplah di wilayah Betawi kala itu Entong dan keluarganya. Entong memiliki bapak preman. Kerjaan bapaknya ini kalau kagak mabok, main judi, melacur, atau merampok. Semua orang mengenal bapaknya Entong dengan citra yang sangat jelek. Namun menjelang wafatnya ia mendapat hidayah dari Allah SWT.

Ia berwasiat kepada istrinya agar kelak, kalau ia meninggal dunia, Entong dipesantrenin di Pesantrennya Kiai Rojali. Singkat cerita, bapaknya Entong wafat. Entong pun kini, sesuai dengan wasiat sang bapak, mesantren di pesantrennya Kiai Rojali.

Dalam hatinya Kiai Rojali berkata, "Alah bapak ama anak kagak bakalan jauh kelakuannya. Buah itu jatuh kagak bakalan jauh dari pohonnya. Kalau bapaknya penjahat anaknya juga pasti penjahat." Demikian yang terbesit dalam pikiran Kiai Rojali. Untuk tahap pemula Entong belum disuruh ngaji ama Kiai Rojali. Melainkan ia diberi tugas untuk menyiapkan beton (biji buah nangka yang sudah dimasak dengan cara direbus dan siap makan).

Setiap hari Kiai Rojali memberikan 10 buah biji nangka kepada Entong untuk dimasak menjadi beton. Setelah biji nangka itu matang dan menjadi beton, Entong pun menghidangkannya kepada Kiai Rojali. Entah bagaimana caranya beton yang ada 10 buah tersebut begitu hendak disantap oleh Kiai Rojali jumlahnya selalu menjadi sembilan. Dan, peristiwa tersebut selalu terulang setiap pagi.

Kiai Rojali pun berkesimpulan dalam hati, "Tuh kan bener perkiraan gua. Kalau bapaknya pencuri, anaknya pasti juga pencuri." Setelah berminggu-minggu mondok di pesantrennya Kiai Rojali, Entong tidak kunjung mendapatkan pengajaran sebagaimana para santri yang lain.

Akhirnya ia pun memberanikan diri untuk mengadukan diri kepada Kiai Rojali, "Pak Kiai masa saya nggak diajarin ngaji kayak teman-teman?" "Oke sekarang kamu ikutin kata-kata saya." perintah Kiai Rojali. "Beton ada 10 tinggal sembilan." ujar Kiai asal Betawi itu dengan lagam mirip seorang Qori.

Dengan penuh kekhusyuan dan keyakinan Entong pun mengikuti ucapan guru ngajinya itu, "Beton ada 10 tinggal sembilan."

LIBURAN TELAH TIBA
Saatnya kini liburan. Entong dan segenap teman-teman yang mondok di pesantren Kiai Rojali diberi kesempatan pulang ke rumah mereka masing-masing. Setelah beberapa hari di rumah, Emaknya Entong berkata, "Tong di tempatnye Kiai Rojali lu udah ngaji ape aje?"

Dengan antusias Entong menjawab, "Ane udah dikasih jampe Nyak."

"Ape tuh jampenye?"

Sontak di hadapan Enyak, Entong pun mengulangi jampe yang pernah diajarkan Kiai Rojali kepadanya, "Beton ada 10 tinggal sembilan." Mendengar ucapan tersebut Enyak kaget bukan kepalang. Ia pun bertanya, "Apaan tuh maksudnya Tong?"

"Ane juga kagak tahunya. Selama ane ngaji ame Kiai Rojali baru itu doang yang diajarin." kata Entong.

KEMBALI MONDOK
Entong kaget luar biasa. Begitu sampe di pondok suasana begitu sepi. Tidak ada seorang pun berada di sana. Di tengah kebingungannya itu ia melihat kakek-kakek yang sedang ngaso di depan rumahnya. Memang rumah kakek itu tidak jauh dari ponpes Kiai Rojali.

Entong pun menghampiri kakek itu dan bertanya, "Kek para penghuni ponpes Kiai Rojali pada ke mana iya?" "Loh emangnye lu kagak tahu Tong kalau pagi ini Kiai Rojali berangkat haji?" ujar sang kakek.

"Nggak tahu kek."

Setelah mengetahui guru yang dicintainya berangkat haji, Entong pun langsung lari menuju pelabuhan. Ia ingin sekali mencium tangan gurunya sebelum gurunya itu berangkat haji. Ia tahu bahwa ia akan berpisah dalam waktu yang sangat lama. Sekitar 2-3 bulan. Namun mau dikata apa. Entong datang terlambat. Perahu yang mengantar Kiai Rojali ke tanah suci sudah berangkat.

Namun Entong tidak putus asa. Meskipun hatinya menangis ia tetap berusaha semampu yang ia bisa. Ia pun duduk di tepi pelabuhan. Ia ingin menunggu di situ sampai Kiai Rojali kembali ke tanah air.

Sambil duduk dia membaca jampe yang diajarkan Kiai Rojali, "Beton ada 10 tinggal sembilan." Kata-kata itu terus ia lantunkan. Dengan izin Allah tiba-tiba Entong sudah berada di tanah suci Mekah al Mukaromah.

Tapi ia tidak sadar dengan perpidahan yang tidak rasional dalam hitungan akal orang modern zaman sekarang. Kapal yang mengangkut jama'ah haji dari Indonesia itu pun telah tiba. Entong yang mengenali kapal air yang ditumpangi gurunya itu langsung bersiap-siap menyambut gurunya.

Begitu Kiai Rojali turun dari kapal, Entong langsung mencium tangan dan memeluk gurunya.

"Selamat datang kembali guru." ujar Entong.

Melihat si Entong ada di hadapannya, Kiai Rojali sangat terkejut.

"Loh kok lu bisa ada di sini Tong?"

"Saya juga nggak tahu Pak Kiai. Yang saya tahu begitu perahu yang membawa kiai pergi menuju tanah suci, saya duduk di tepi pelabuhan. Pokoknya saya bertekad mau nunggu Pak Kiai sambil membaca jampe yang Pak Kiai ajarkan pada saya."

Sontak Kiai Rojali menyadari bahwa Entong adalah memang seorang yang sangat ta'dzim terhadapnya. Ia pun merasa sangat malu dan nggak enak sama Entong. Karena ia sudah berprasangka jelek/buruk (negative thingking/su'udzon).

Sebagaimana Entong berangkat dari Indonesia ke Mekah dengan menggunakan jampe yang diajarkan Kiai Rojali, begitu pulang dari Mekah ke Indonesia pun ia memakai jampe tersebut. Setelah sampai di tanah air, Kiai Rojali pun menyadari kesalahannya. Kini ia menyadari kesungguhan Entong untuk belajar ilmu darinya. Akhirnya Entong diajarin ngaji sebagaimana para murid yang lain.

Jumat, 18 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid

Cibubur, Senin, 14 Juni 2010

"Kamera Rekam" Rokib-Atid

Oleh: Mohamad Istihori

Ya Allah tersebarnya rekaman sebuah video di dunia saja sudah sangat menghebohkan kehidupan sehari-hari kami. Bagaimana kalau tiba-tiba Engkau menyebarkan rekaman dosa kami, mulai dari kami baligh sampai hari ini.

Karena sesungguhnya Engkau memiliki teknologi rekaman yang lebih canggih daripada teknologi rekaman kami yang manapun.

Rekaman-Mu itu merknya Rokib dan Atid. Dalam teknologi kami Rokib dan Atid itu semacam CCTV. Rokib Kau letakan di bahu kanan kami untuk merekam prilaku positif dan Atid Kau taruh di bahu kiri kami untuk merekam prilaku negatif kami.

Bahan dasar "kamera rekam" Rokib-Atid bukan dari plastik, besi, fiber, atau yang lainnya. Bahan dasarnya adalah cahaya.

Sehingga kalau manusia tidak rajin mengasah kepekaan cahaya hatinya maka dia tidak akan merasa di bahu kiri dan kanannya ada "kamera pengintai" super canggih made in Allah SWT.

Dengan penuh rahmat dan kasih sayang Engkau tutupi dosa dan kesalahan kami. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan karena Engkau masih memberikan kesempatan kepada kami untuk bertobat dan tidak lagi mengulangi kesalahan-kesalahan kami.

Ya Allah (sebagaimana ucapan kekasih-Mu, Abu Nawas) kami ini memang sangat tidak layak masuk ke dalam surga-Mu. Tapi kami juga tidak sanggup masuk ke dalam pedihnya siksa neraka-Mu.

Maka ya Allah. Ampunilah kami. Ampunilah kami. Ampunilah kami.

Bulan Madu Tiap Waktu

CBS, Kamis, 27 Mei 2010

Bulan Madu Tiap Waktu

Oleh: Mohamad Istihori

Sungguh benar-benar telah aku temukan diriku dalam dirimu.
Sebagaimana kau telah menemukan dirimu dalam diriku.
Cinta kita tidak terpisah oleh ruang dan waktu.
Itulah sejatinya hakikat kemesraan cinta kau dan aku.

Oleh karena itu.
Setiap malam kita adalah bulan madu.

"Loh kok bisa?"

"Mengapa tidak?"

"Lalu bagaimana caranya?"

"Kau tidak usah tanyakan padaku bagaimana caranya. Karena setiap kali hendak mendarat ke 'bulan' aku selalu minum madu."

Bulannya bukan yang seperti yang ada dalam benak atau bayanganmu.
Bulanku bulan yang ada di "langit ke tujuh".

"Oh kirain 'bulan' yang kepanjangannya adalah 'buka pelan-pelan'?"

"Bukan bulan (buka pelan-pelan). Tapi bulan yang ku maksud adalah yang kepanjangannya adalah bualan dan rayuan."