Selasa, 30 Juni 2009

Al Hamdulillah Ya Allah Saya Sekarang Miskin

Bandar Lampung, Selasa, 300609

Al Hamdulillah Ya Allah Saya Sekarang Miskin

Oleh: Mohamad Istihori

Betapa senang hatiku. Bagaimana tidak, "madrasah malam" (MM) yang ku tunggu-tunggu akhirnya dibuka kembali. Meskipun MM-ku kali ini digelar di Pulau Sumatra, tepatnya Bandar Lampung.

Di hadapanku kini telah berdiri dengan penuh wibawa Kiai Jihad, sang pengasuh MM. Malam ini dia membawakan "sekeranjang rasa syukur" kepadaku sebagai oleh-oleh pengembaraannya mempelajari ilmu kehidupan.

Ia pun mulai membuka pembicaraan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan yang menghendaki hidup saya miskin dan melarat sampai hari ini."

Mendengar ucapan Kiai Jihad seperti itu aku terperanjat, "Loh mengapa bisa demikian Kiai? Mengapa anda bersyukur jadi orang miskin? Padahal di negara ini orang menghalalkan segala macam cara agar jadi orang kaya. Ada yang korupsi, ada yang jual diri, ada yang ngepet jadi babi, dan lain lagi."

Mendengar pendapat saya, Kiai Jihad hanya senyum seraya menanggapi, "Saya mensyukuri keadaan apapun jenisnya. Sekarang saya miskin iya saya syukuri. Kalau saya bekerja itu karena memang untuk memenuhi kewajiban bukan karena saya ingin kaya. Karena 'keinginan adalah sumber penderitaan' (Iwan Fals).

Kalau pun suatu hari saya kaya, itu bukan karena kerja saya tapi semata-mata karena perkenan Allah pada saat itu agar saya kaya. Dan, Allah sangat berhak untuk mengambil segala apa yang saya punya kapan saja dan di mana saja.

Maka saya sama sekali tidak mengutuk keadaan saya sekarang yang miskin ini sebagaimana saya juga sama sekali tidak menginginkan kelak saya jadi orang kaya. Jadi miskin al hamdulillah, kaya pun al hamdulillah. Malah bagi saya orang kaya adalah orang yang siap miskin. Sedangkan orang miskin adalah orang yang selalu merasa kurang dengan apa yang ia miliki sekarang."

"Itu kan alasan Kiai saja karena sekarang miskin. Nanti kalau kayak alasan juga beda." ujar saya.

"Manusia dikaruniai Allah kecanggihan internal untuk senantiasa dekat kepada Allah dalam setiap keadaan. Dengan kecanggihan akal itulah manusia bisa menaklukkan keadaan. Jadi keadaanlah yang takluk padanya. Bukan dia malah takluk pada keadaan." kata Kiai Nyetrik itu.

Ia pun menyudahi MM-nya karena ia tahu besok aku harus mengemban amanat Madani lagi.

Senin, 29 Juni 2009

Pelabuhan Hati

Bandar Lampung, 300609

Pelabuhan Hati

Oleh: Mohamad Istihori

Kamu selalu berada di hadapanku
Tanpa batas ruang dan waktu
Spy cam/hidden cameraMu
Pun telah terpasang permanen di kanan-kiri pundakku

Merekam gerak-gerik langkahku
Aku sangat malu
Membayangkan nanti hasil rekaman itu

Kau selalu pengertian
Sedangkan aku tak tahu diri
Kau kekasih yang sangat setia
Sedangkan aku sangat punya potensi mengibuliMu

Padahal aku tahu Kau tak bisa dikibulin

Betapa bangganya aku punya Kekasih sepertiMu
Tanpa cintaMu aku tak tahu
Ke mana kalbu ini berlabuh
Wahai Tuhanku SWT

Jumat, 26 Juni 2009

Jihad Seorang Pemilik Kafe

Bandar Lampung, Jum'at, 260609

Jihad Seorang Pemilik Kafe

Oleh: Mohamad Istihori

Emha, dalam suatu Forum Kencuri Cinta (KC) Jakarta, pernah mengibaratkan jihad dengan sebuah roket yang memiliki dua pesawat pendorong agar roket tersebut sampai tujuan.

Pesawat pendorong pertama bernama ijtihad (perjuangan pemikiran) dan kedua bernama mujahadah (perjuangan hati). Kalau kita hubungkan dengan kegiatan keseharian sahabat kita yang saat ini sibuk mengurus kafenya maka ijtihadnya (perjuangan hidupnya) agar sampai pada segala apa yang ia harapkan maka ia pertama harus melakukan ijtihad (perjuangan pemikiran).

Mulai dari memilih tempat untuk mendirikan kafe, merancang bagaimana bentuk yang nyaman, memilih cat yang sesuai dan serasi, menyebarkan informasi penerimaan karyawan untuk kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, promosi, service yang memuaskan, dan berbagai macam perjuangan pemikiran (ijtihadnya) yang menurut akalnya mampu menarik minat banyak orang.

Setelah semua perjuangan pemikiran dilakukan dengan semaksimal mungkin maka sebagai manusia yang lemah dan penuh dengan kekurangan maka kita harus juga menggunakan kapal pendorong lain yang bernama mujahadah (perjuangan hati) seperti berdo'a, zikir, dan semua amal ibadah mahdhoh lainnya.

Kalau kedua kapal pendorong itu terus diaktifkan selama dia berjihad maka tercapainya apa yang dia harapkan memiliki peluang untuk bisa dicapai.

Maka jihad sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja dengan profesi yang berbeda-beda. Ini kalau memang kita memiliki semangat untuk melakukan penafsiran yang seluas-luasnya dalam kehidupan nyata, bukan hanya dalam tataran wacana.

Lain halnya kalau penafsiran jihad kita hanya terbatas pada level arti jihad secara bahasa saja. Semua itu sangat bergantung dari cara kita dalam menafsirkan sebuah istilah. Selamat menafsir dan selamat berjihad! Allahu Akbar...

Kamis, 25 Juni 2009

Satu Kata Seribu Makna

Bandar Lampung, Kamis, 250609

Satu Kata Seribu Makna

Oleh: Mohamad Istihori

Cinta...
Sebuah kata
Punya seribu makna

Tak akan pernah habis tafsirannya

Berjuta orang memaknainya
Tapi belum tamat juga
Semua selalu saja
Mencapai koma

Semua orang bisa merasakannya
Dari muda
Hingga yang tua

Cinta Rohman untuk siapa saja
Cinta Rohman untuk semua
Tak ada batasannya

Cinta Rohim untuk satu orang saja
Cinta Rohim cinta istimewa
Tak ada kata mendua

Rabu, 24 Juni 2009

Lautan Firman Tuhan

Kamis, 250609

Lautan Firman Tuhan

Oleh: Mohamad Istihori

Hujan di tengah lautan
Sendirian
Kedinginan

Ku lihat di hadapan
Bentangan firman-firman Tuhan
Kekayaan alam berlimpahan

Dari rumput laut hingga ribuan ikan
Menciptakan kehidupan
Menawarkan keharmonisan

Tapi sayang keserakahan manusia
Merusak itu semua
Allah murka dan berkata!

"Dzhoharol fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aydinnaas"

Telah tampak kerusakan
Di daratan
Dan di lautan
Akibat ulah tangan
Manusia yang kerasukan setan

Rumah Tangga Sang Saka Merah-Putih

Kamis, 250609

Rumah Tangga Sang Saka Merah-Putih

Oleh: Mohamad Istihori

Jika sedang memiliki waktu sedikit luang cobalah perhatikan bendera merah-putih yang sedang berkibar lalu apa yang kemudian terlintas dalam pikiran anda?

Ada banyak teman menafsirkannya. Ada banyak sahabat yang mencoba menghayati, memaknai, dan meresapi kira-kira apa iya yang bisa kita hikmahi dari bendera kebangsaan kita itu?

Ketika menunggu Pak Iskandar, supir Gaya Baru Sejahtera (GBS) Travel yang membuka tengki mobilnya untuk diisi bensin, tepat di depan saya di POM bensin itu ada tiang bendera dengan bendera merah-putih di puncaknya.

Karena sebelum berangkat ke Bandar Lampung saya sempat membaca artikel Lina Mario Teguh yang dengan sangat super membahas lika-liku rumah tangga, tiba-tiba saja saya mendapat perumpamaan bahwa kehidupan rumah tangga itu seperti bendera merah-putih.

Warna merah yang berada di atas menggambarkan suami yang berani, tegas, dan bertanggung jawab. Lalu, warna putih di bawahnya menggambarkan istri dengan cinta yang suci dan penuh kelembutan.

Oh betapa indahnya rumah tangga sang saka merah-putih itu. Lihatlah mereka menyambut dengan penuh kemesraan tiupan "angin masalah" dan terpaan "hujan problematika rumah tangga" mereka.

Berbagai hal menguji namun mereka tidak terpisahkan. Mereka terus berkibar di ujung tiang tertinggi kehangatan cinta mereka. Kalau saja setiap keluarga Indonesia adalah keluarga sang saka merah-putih maka bangsa Indonesia akan terus berkibar di pentas kehidupan global dan universal.

Sayangnya banyak kini keluarga bukan lagi menjadi tempat anak-anak curhat. Karena belum selesai si anak ngomong udah dipotong. Belum sudah mengutarakan suatu pemikiran sudah disangkal. Belum selesai anak berpendapat sudah didebat dan disalahkan.

Keluarga tidak lagi menjadi forum suami-istri berbagi cerita dan menumpahkan perasaan karena mereka berdua sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berangkat kerja pagi-pagi lalu pulang malam sudah sangat cape. Lalu kapan mereka bisa bersenda gurau seperti mereka masih pacaran dulu?

Islam Slengean

Kamis, 250609

Islam Slengean

Oleh: Mohamad Istihori

Lebih baik orang yang penampilan urakan
Gaya slengean
Tapi mampu menjaga kehormatan

Daripada orang yang sibuk pake sorban
Atau kemana-mana jilbaban
Tapi untuk kesombongan

Hai kawan!
Zaman sudah edan
Jangan tertipu oleh pakaian

MT

Kamis, 250609

MT

Oleh: Mohamad Istihori

Untuk bisa terus tumbuh
Indonesia butuh
Belajar dari seorang Mario Teguh
Agar hilang semua angkuh

Untuk bisa luar biasa
Para wanita
Bisa belajar dari Ibu Linna
Agar selalu setia pada suaminya

Untuk bisa mendekat pada-Nya
Kita bisa belajar kepada
Siapa saja
Di mana saja
Dan, Kapan saja

"Undzur maa qoola
Wa laa tandzur man qoola"
Dengar apa yang dikata
Jangan melihat siapa

Selasa, 23 Juni 2009

Kolerasi Rukun Islam dengan Tahapan dalam Ta'aruf

Kamis, 210509

Kolerasi Rukun Islam dengan Tahapan dalam Ta'aruf

Oleh: Mohamad Istihori
Diambil dari Terapi Agama oleh Ust Fuad di Madani Mental Health Care (MMHC)

Dalam rukun Islam ada lima poin: pertama syahadah, kedua sholah, ketiga puasa, keempat zakah, dan kelima haji. Pada tulisan ini kita akan mencoba mengkolerasikan atau menghubungkan rukun Islam yang lima di atas dengan proses-proses atau tahapan dalam melakukan ta'aruf (istilah Fiqh yang biasa dipakai ketika seorang pria hendak mengenal lebih jauh dan terperinci wanita yang hendak dinikahinya).

Poin pertama dalam rukun Islam adalah syahadah (ikrar), artinya kalau dihubungkan dengan ta'aruf maka sebelum segala sesuatunya dimulai maka mulailah dengan perkenalan.

Syahadah berarti juga penyaksian. Kalau ada seseorang di sidang karena ia telah melihat, mendengar, dan merasakan suatu peristiwa secara langsung maka ia biasanya disebut saksi.

Maka perkenalan itu sebaiknya bertemu langsung. Bukan cuma lewat chatting, facebook, sms, telepon, atau surat-menyurat. Sebagaimana ada istilah, "Tak kenal maka tak sayang." Di sinilah pentingnya sebuah hubungan diawali dengan perkenalan.

Kenal dulu baru cinta. Ini baru ketemu langsung menyatakan cinta tanpa berusaha mengenal lebih dulu. Itulah memang nekatnya Bangsa Indonesia.

Poin kedua rukun Islam adalah sholah. Sholah adalah komunikasi antara hamba dengan Allah. Kalau kita kaitkan dengan ta'aruf setelah kita saling mengenal satu sama lain, barulah di situ bisa kita jalin komunikasi yang intens, baik secara langsung (face to face) atau dengan bantuan kecanggihan teknologi.

Setelah sholah kemudian puasa. Puasa adalah simbol pernyataan cinta seorang hamba kepada Allah. Maka setelah kita menjalin komunikasi baru kita bisa menyatakan perasaan kita yang sesungguhnya kepadanya.

Setelah puasa baru zakah. Zakah bisa kita tafsirkan dengan memberi. Maka terhadap orang yang sudah menerima cinta kita berilah apa yang kita punya untuk membahagiakan hatinya dengan sesuatu yang kita khususkan hanya untuknya.

Dari zakah baru deh terakhirnya haji (silaturahmi). Kenalan udah, komunikasi lancar, perasaan sudah kita utarakan, apa yang kita punya sebagian kita berikan kepadanya, maka sekarang tinggal silaturahmi.

Kunjungin tuh calon mertua. Jangan cuek aja. Minta restu dan ridhonya.

"Loh bagaimana kalau kita tidak diizinkan olehnya untuk berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya?"

Banyak alasan untuk seseorang melakukan hal ini, di antaranya:

- Mungkin dia merasa malu sama orang tuanya punya pacar model kita sehingga ia sendiri tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengenalkan kita pada kedua orang tuanya.

- Mungkin juga sebenarnya diam-diam, di luar sepengetahuan kita, ia sudah punya LIL (Lelaki Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain) selain kita. Dan, ia khawatir kalau kita berkunjung ke rumahnya nanti ketahuan bahwa dia telah mendua. "Sekali kita ingkar janji tak seorang pun percaya pada kita lagi."

- Atau mungkin dia sebenarnya sejak sebelum dengan kita telah dijodohin dengan lelaki lain. Namun dia menolak perjodohan karena saat itu dia sedang dekat dengan kita dan memang membutuhkan kita. Namun setelah dia merasa kita sudah tidak dibutuhkan lagi dan datang lelaki lain yang saat ini lebih ia butuhkan maka kita ditinggalkannya begitu saja. "Aduh kasihan deh kita, habis manis dibuang gitu loh!"

Dan, tentunya masih banyak alasan yang bisa kita prediksikan. Namun semua kita kembalikan saja pada yang bersangkutan apa alasan yang sebenarnya. Karena "sedalam-dalamnya laut bisa kita ukur tapi dalamnya hati siapa tahu?"

Selama orang itu tidak langsung mengungkapkannya dari hati yang berimbang dengan akal minus nafsu, kita tidak akan pernah tahu mengapa seseorang menerima atau meninggalkan kita begitu saja.

Perempuan-perempuan Harapan Masa Depan

Senin, 220609

Perempuan-perempuan Harapan Masa Depan

Oleh: Mohamad Istihori

Tokoh Anna al Thofunnisa dalam film berjudul "Ketika Cinta Bertasbih" (KCB) bisa menjadi pelajaran penting untuk kita semua terutama bagi perempuan Indonesia masa depan.

Anna adalah seorang perempuan yang mampu memberikan penafsiran hukum Islam berdasarkan keadaan zamannya tanpa harus melanggar prinsip agama yang prinsipil.

Putri seorang pimpinan suatu pondok pesantren itu mampu menjabarkan pemikirannya mengenai poligami tanpa menyalahi asas poligami yang sesungguhnya. "Saya ingin menjadi Fatimah yang sepanjang hidupnya tidak pernah dipoligami oleh Sayidina Ali. Saya juga ingin menjadi Siti Khodijah yang sepanjang hidupnya tidak pernah dipoligami oleh Rosulullah Muhammad saw."

Ketika ditanya apakah ia membenci atau bahkan mengharamkan poligami? Dengan perumpamaan yang sangat indah nan brilian ia beralasan, "Kalau saya tidak suka jengkol itu bukan berarti saya mengharamkan jengkol bukan?"

Lahirnya sikap dan pemikiran seperti itu selain memang karena semangat belajar Anna yang sangat tinggi, juga muncul dari dukungan orang tuanya yang memberikan cinta dengan tulus dan ikhlas. Kedua orang tua Nisa memberikan dan menumpahkan perhatian dan kasih sayang penuh kepadanya.

Dalam hal memilih suami, misalnya. Nisa memang diberikan pilihan atau alternatif oleh orang tuanya, tapi orang tuanya tidak memaksa. Maksudnya seandainya kalau memang sudah ada lelaki lain di luar calon yang ditawarkan kedua orang tuanya maka mereka mempersilahkan Anna untuk memilih lelaki tersebut.

Sikap arif dan bijak juga bisa kita temukan dari orang tua dalam film berjudul "Perempuan Berkalung Sorban." Hanya saja ia kurang didukung oleh lingkungan sehingga dengan terpaksa ia harus menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai. Namun dengan prinsip yang kuat dan kekuatan cinta pada akhirnya ia menemukan cinta sejatinya.

Mengapa perempuan itu harus berkalung sorban? Karena sorban mewakili pakaian yang lazimnya dikenakan lelaki dan sorban lebih universal. Berbeda kalau judul filmya, misalnya, "Perempuan Berpeci". Kalau peci hanya ada di Indonesia orang Arab tidak mengenal peci.

Perempuan yang berkalungkan sorban menggambarkan bahwa pada satu sisi dalam kehidupan rumah tangga, perempuan juga memiliki hak yang sama dengan suaminya.

Misalnya ketika hendak melakukan hubungan badan. Bukan hanya suami yang berhak untuk minta izin kepada istrinya untuk tidak berhubungan karena suatu hal. Perempuan juga bisa meminta izin kepada suaminya untuk tidak berhubungan ketika misalnya istri belum merasa siap melakukan hubungan tersebut karena pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan suami sebelumnya.

Namun contoh Anna dan "Perempuan Berkalung Sorban" mungkin baru bisa kita temukan dalam film, novel, atau cerita saja. Bersyukurlah lelaki yang dalam kehidupan nyata bisa mendapatkan wanita seperti itu. Karena hanya dari wanita-wanita seperti itulah bisa kita harapkan lahirnya generasi harapan masa depan.

Senin, 22 Juni 2009

Lelaki Panutan

Selasa, 230609

Lelaki Panutan

Oleh: Mohamad Istihori

Sangat sedikit kita akan temukan
Lelaki yang bisa dijadikan panutan
Lelaki yang masuk kriteria teladan
Kalau urusannya sudah selangkangan

Kalau hal yang begituan
Apalagi yang Si Hidung Belang katakan
Kalau bukan ucapan:
"Mana tahaaan??!!"

Iman sih kuat
Tapi bagaimana dengan syahwat?
Tak terkecuali ustadz
Kalo lewat bisa gawat

Minggu, 21 Juni 2009

Ngomongin Orang

Jum'at, 190609

Ngomongin Orang

Oleh: Mohamad Istihori

Amal ibadah yang kita lakukan membutuhkan perawatan. Tanpa adanya perawatan sangat dikhawatirkan amal ibadah kita akan sia-sia. Begitu sampai akhirat kita terkaget..terkaget..terkaget, "Loh mana amal saya selama di dunia? Mana sholat, puasa, zakat, dan ngaji saya selama di dunia?"

Makanya kalau kita merasa rajin ke masjid, ikut majelis zikir, tiap hari ngaji dari satu majelis ke majelis yang lain, bahkan sampai ada yang meninggalkan kewajiban sebagai kepala rumah tangga atau pegawai suatu instansi pemerintahan jangan merasa bangga dulu sebelum rajin melakukan perawatan amal.

Oleh karena itulah sepatutnya setiap kita untuk merawat amal dan mempelajari apa saja kira-kira perbuatan yang merusak amal. Salah satu virus amal yang sangat berbahaya bernama ghibah.

Atadruu mal ghiibah? Tahukan kamu apakah ghibah itu? Ghibah adalah membicarakan kejelekkan orang lain tanpa adanya sumber atau referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Rosul mengatakan ketika ada orang yang ber-ghibah maka akan terciumlah aroma busuk di sekitar sang pengibah itu.

"Loh tapi sekarang nggak tuh! Sekarang ada orang ngomongin kejelekkan atau lebih tepatnya ketika orang ngejelek-jelekkin dan mewartakan 'aib orang lain, ia tetap jadi idola. Bahkan banyak generasi muda pada umumnya rela ngantri untuk ikut audisi pemilihan pembawa acara yang inti materi acaranya adalah ghibah."

Padahal Allah telah jelas-jelas melarang: "Wa laa yaghtab ba'dukum ba'dhon." "Dan, janganlah sebagian kalian ngomongin kejelekan sebagian kalian yang lain."

Namun aroma busuk apa gerangan yang tercium dari orang yang berghibah? Mengapa kita sekarang tidak bisa menciumnya padahal begitu banyak dari kita-bahkan mungkin termasuk saya-yang senang ghibah?

SEBUAH ANALOGI
Sekarang bayangkan kita berada di Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bandar Gebang. Kita yang sehari-hari tidak tinggal di situ kemudian di TPST Bandar Gebang di sediakan makanan dan minuman enak. Kira-kira apakah anda dapat menikmati makanan dan minuman tersebut senikmat ketika anda makan dan minum di rumah sendiri? Tentu saja tidak bukan?

Kita yang terbiasa makan dan minum di tempat dengan udara yang segar pasti akan muntah jika makan dan minum di sebelah atau di tengah tumpukan sampah TPST Bandar Gebang.

Tapi coba-kalau suatu hari anda berkunjung ke sana-perhatikan masyarakat yang tinggal di sana. Apakah mereka merasa mual makan di tengah tumpukan sampah? Tidak bukan?. Bahkan sampai "buat anak" mereka bisa sangat enjoy melakukannya di tempat seperti itu.

Saya sama sekali tidak berniat untuk merendahkan siapa saja saudara kita yang tinggal di sekitar TPST Bandar Gebang. Saya hanya ingin menganalogikan bagaimana bau busuk ghibah-yang menjadi topik tulisan saya kali ini-tidak lagi terhendus oleh indra "penciuman batin" masyarakat masa kini.

Itulah mengapa kita tidak lagi bisa mencium aroma busuk ghibah. Hal ini dikarenakan atmosfer sehari-hari kita adalah "atmosfer ghibah" , udara yang keluar-masuk "saluran pernafasan batin" kita adalah "udara ghibah".

Sehingga sangat wajar kita tidak lagi terganggu oleh aroma busuk ghibah karena ghibah sudah menjadi keseharian kita, sehingga "hidung batin" kita sudah kehilangan sensitivitas untuk merasakan betapa menyengatnya bau busuk ghibah itu, sebagaimana penduduk TPST Bandar Gebang yang sudah tidak terusik lagi dengan bau sampah.

Jadi bukannya karena ghibah saat ini sudah tidak lagi berbau busuk. Ghibah-nya sih tetap berbau busuk hanya kita saja yang sudah sangat menikmati kebusukan ghibah.

Niat Awal

Kamis, 180609

Niat Awal

Oleh: Mohamad Istihori

Rosulullah saw pernah bersabda: "Innamal a'maalu binniyyaat." "Sesungguhnya amal itu sangat bergantung pada niatnya."

Pada masa hijrah dari Mekah ke Madinah, para sahabat setidaknya terbagi menjadi tiga golongan: pertama, golongan yang niat awal hijrahnya adalah untuk mencari jodoh.

Kedua, golongan yang bermaksud untuk berdagang. Banyak yang berpikir di antara mereka, "Ah mungkin kalau dagang di Madinah saya bisa lebih laris nih dagangan saya daripada harus terus jualan di Mekah."

Ketiga, golongan yang berhijrah yang nawaitu-nya lillahi ta'ala, hanya karena Allah SWT.

Memang tidak bisa kita nafi'kan bahwa sebagai manusia normal kita membutuhkan pendamping hidup atau keuntungan dalam berdagang. Namun demikian jangan sampai hal-hal yang selain Allah itu menjadi niat primer. Jadikanlah hal-hal yang selain Allah itu sebagai niat skunder.

Orang yang niat primer hijrahnya karena wanita, dia akan mendapatkan wanita, tapi belum tentu "mendapat Allah". Begitu juga mereka yang niat utama hijrahnya untuk mengejar keuntungan materi melalui berdagang hanya akan memperoleh laba namun belum tentu ia mampu "memperoleh Allah."

Lain halnya dengan sahabat yang hijrahnya semata-mata karena Allah maka dengan modal ridho Allah itulah dia akan mendapatkan pendamping hidup plus jaminan limpahan rezeki yang jumlahnya tidak bisa dinominalkan. Karena milik siapakah dunia dan alam raya ini kalau bukan milik Allah Yang Maha Kuasa?

Apakah niat awal kita yang paling primer untuk memulai suatu aktivitas? Sudah berapa lama kita melakukan aktivitas tersebut? Dalam jangka waktu tersebut apakah kita mampu mempertahankan niat awal kita? Apa sekarang niat kita malah telah berubah atau mencla-mencle, inkonsisten, tidak istiqomah.

Di sinilah kita membutuhkan perbaruan niat. Memperbarui niat bukan berarti mengganti niat awal kita dengan niat yang lain. Memperbarui niat arinya meng-up grade, menyemangati diri kita sendiri untuk kembali berjalan dengan kepala tegak.

Kemuliaan Memaafkan

Sabtu, 200609

Kemuliaan Memaafkan

Oleh: Mohamad Istihori

Ketika seseorang datang kepadamu, meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan padamu maka terimalah maafnya dengan kedua tangan terbuka karena sesungguhnya saat itu Allah sedang berada di hadapanmu, sedang menawarkan kemuliaan padamu.

"Allahumma innakan 'afuwun kariimun tuhibbul 'afwa fa'fuanna ya kariim." Ya Allah Zat Yang Maha Memberi Maaf dan Maha Mulia Yang Mencintai Maaf maka maafkanlah Ya Allah atas segala kekhilafan kami wahai Yang Maha Mulia.

Apakah di antara teman-teman pernah mengalami suatu peristiwa di mana datang seseorang yang memang pernah melakukan kesalahan kepada kita, kemudian setelah sadar dia datang untuk meminta maaf?

Kalau memang peristiwa tersebut terjadi pada teman-teman, apa yang kemudian teman-teman lakukan? Melampiaskan semua kemarahan padanya? Pergi begitu saja meninggalkannya karena sudah muak melihat wajahnya lagi? Menemuinya dan bertanya dengan penuh kecintaan mengapa ia sampai tega melakukan kesalahan tersebut? Atau bagaimana?

Setiap orang pastinya, pernah memiliki pengalaman pribadi mereka masing-masing. Namun setiap kita tentunya memiliki potensi untuk memaafkan kesalahan orang lain. Sebesar apa pun kesalahan itu.

Ketika kita memaafkan kesalahan orang lain, itu bukan semata-mata karena orang tersebut. Yang menjadi alasan utama kita memaafkan dia adalah karena Allah dan tawaran kemuliaan yang Allah sediakan khusus bagi orang yang terbuka hatinya untuk memaafkan kesalahan orang lain.

Jadi mulai sekarang tidak ada lagi alasan bagi kita sebagai sesama manusia untuk saling membenci apalagi memendam dendam berkepanjangan. Salam perdamaian dan sejahteralah jiwa-jiwa pemaaf.

Jumat, 19 Juni 2009

Bittersweet Love

Bittersweet Love:

"Pagi Jakarta" kali ini membahas:

1. Tentang kebohongan dalam cinta.

2. Tidak bercerita hal yang penting mengenai hubungan termasuk bohong.

3. We can't change people kecuali dia sendirilah yang mau berubah.

4. Secara emosional seseorang selalu membutuhkan pendamping hidup.

5. Verbal abuse & fisical abuse sering terjadi dalam sebuah hubungan karena kurangnya komuniksi langsung yang akrab, harmonis, & romantis.

6. Ngobrol-ngobrol itu sangat penting dalam sebuah hubungan. Eye contact sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sebuah hubungan.

7.Dll..

Narasumber: Rosalina Verauli M.Psi (Psikolog).

Minggu, 14 Juni 2009

Kekasih Sejati

Ahad, 140609

Kekasih Sejati

Oleh: Mohamad Istihori

Kekasih sejati itu bagai seorang bidadari yang menyelamatkan kita dari jurang kehancuran. Mengulur tali cinta kasih agar kita panjat menuju daratan kemesraannya.

Kekasih sejati adalah teman terbaik "yang mengenggam dan membawa aku yang lagi sedih dan sepi" (Slank).

Kekasih sejati merupakan insinyur bangunan kasih sayang yang rela menata kembali puing-puing hati yang telah rapuh, hancur, dan luluh lantah oleh dusta dan pengkhianatan.

Selasa, 09 Juni 2009

Benci Dendam

Selasa, 090609

Benci Dendam

Oleh: Mohamad Istihori

Ya Allah jangan biarkan kebencian bersemayam dalam hati bangsa kami walaupun secuil kepada satu pun makhluk-Mu di alam raya ini.

Ya Allah hapuskanlah dendam dalam hati bangsa kami meski terasa begitu menyakitkan hati mereka atas segala kezaliman yang mereka terima dari para wakil mereka.

Revolusi Hati, Revolusi Sampai Mati

Senin, 080609

Revolusi Hati, Revolusi Sampai Mati

Oleh: Mohamad Istihori

Dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Jakarta, saya mendengarkan percakapan seorang narasumber dengan penyiar radio yang membahas tentang revolusi hati. Sang narasumber menjelaskan bahwa yang namanya krisis itu hanya pada level pikiran saja.

Kalau kita sudah berhasil mencapai level hati tak akan pernah ada yang namanya krisis. Orang yang sudah mencapai level hati hidupnya akan selalu tenang dan bersyukur. Orang yang sudah mencapai level hati hidupnya akan lurus, istiqomah, ndak mencla-mencle, konsisten, khusyu', bersahaja, dan konsentrasi.

Hanya dengan hal-hal itulah kita akan memiliki peluang untuk menemukan solusi atas setiap permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan ini.

Selain dari pada itu, untuk melakukan revolusi hati harus ada keyakinan dalam setiap benak yang terdalam pada hati kita untuk meyakini bahwa dalam hidup kita ini sudah ada yang mengatur.

Kita hanya tinggal mengikuti kata hati saja. Dalam pandangan masyarakat kita masa kini orang yang hatinya ikhlas (menerima keadaan apa adanya) itu nggak bakalan berhasil dan sukses. Yang akan berhasil dan sukses itu bagi mereka adalah orang yang ngotot mengejar obsesi dan karir pribadi mereka.

Doa Nikah

Doa Nikah

"Ya Allah wahai Maha Pengasuh umat manusia sesungguhnya nikah adalah gagasan-Mu
Sesungguhnya nikah adalah karya-Mu
Sesungguhnya nikah adalah perintah-Mu

Maka Engkau pulalah yang sesungguhnya menyiapkan singgasana pelaminan bagi siapapun hamba-hamba-Mu yang melakukannya

Engkau pulalah yang melimpahkan rizki
Baik rizki yang berada dalam perhitungan mereka maupun yang tak bisa mereka duga

Engkaulah yang menyediakan rumah
Membangun mahligai persemayaman melalui ketekunan kerja dan kreativitas akal pikiran mereka

Serta Engkaulah yang mempekerjakan para Malaikat-Mu untuk turut membantu memelihara kemesraan mereka
Mempertahankan kenikmatan mereka
Untuk senantiasa saling setia di antara mereka berdua

Ya Allah wahai Maha Penuntun semua hamba
Sesungguhnya nikah adalah ungkapan cinta-Mu sendiri kepada umat manusia karya terbaik-Mu

Sesungguhnya nikah adalah pancaran gairah kasih sayang-Mu untuk mempersatukan semua ciptaan-Mu dengan diri-Mu sendiri

Maka bagi hamba-hamba-Mu yang menikahkan diri mereka demi mentaati-Mu
Limpahkanlah bekal cinta yang sejati dan abadi
Tenaga kasih sayang yang tanpa ujung
Keluasan jiwa yang seluas cakrawala

Untuk saling menampung di antara mereka
Saling menjadi ruang
Saling memuaikan penghormatan dan pemahaman
Sehingga cinta mereka senantiasa segar dan dewasa

Ya Allah wahai Maha Pengayom umat manusia
Sesungguhnya hanya Engkaulah yang memiliki hak dan perkenan untuk menikahkan setiap makhluk-Mu

Maka pada hakikatnya Engkaulah yang telah mengakad-nikahkan kedua mempelai yang berbahagia dan berbunga-bunga wajahnya

Engkaulah yang mempertemukan hati mereka
Mempertautkan cinta mereka
Memperjalankan mereka di lorong kasih sayang yang panjang dan jauhnya
Tak berakhir kecuali di halaman rumah cinta-Mu sendiri

Engkau mengerahkan para malaikat-Mu untuk menaburkan wewangian Rahman-Rahim di dalam jiwa mereka
Engkau memerintahkan pada ruh yang terjaga kesuciannya untuk menabuh rebana-rebana kebahagiaan mereka
Meniupkan seruling ar Rauf
Menggesek dawai al Wadud
Serta menggemintangkan suara tabur Hanan-Mannan

Ya Allah wahai Maha Pemeluk Kasih dan Pendekap Sayang
Kami semua yang hadir berkerubung di ruangan sakinah, mawaddah, dan rahmah-Mu malam ini
Kami yang datang berkumpul dan menghirup aroma cinta dan aura tekad kesetiaan di lubuk hati mempelai berdua

Dengan segala kerendahan hati memohon kepada-Mu berdasarkan hakikat Ahad dan Wahid-Mu
Berdasarkan makrifat Nur Muhammad-Mu
Agar jangan izinkan siapapun dan apapun mendekat pada kedua mempelai
Kecuali yang Engkau pekerjakan untuk memperteguh cinta mereka
Jangan perkenankan benda dan peristiwa apapun menimpa mempelai berdua
Kecuali yang memang Engkau perintahkan untuk mengekalkan pertalian mereka

Ya Allah wahai Maha Pengasuh
Asuhlah mereka di dalam keindahan cinta-Mu

Ya Allah wahai Maha Pengayom
Ayomilah mereka di dalam melimpahnya perlindungan dan rizki-Mu

Ya Allah wahai Maha Penuntun
Tuntunlah perjalanan cinta mereka menelusuri kebun ilmu kebenaran-Mu"

(EAN)

Jumat, 05 Juni 2009

Hari-Hari Terakhir Presiden Soeharto

Hari-Hari Terakhir Presiden Soeharto

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Ditranskrip dari pengajian Cak Nun di Padhang mBulan, Desa Menturo Sumobito Jombang, 11 Mei 1998, yang berlangsung sangat spiritual dan dipuncaki dengan pembacaan hizib Nashr oleh Ibu Chalimah, khususnya untuk memohon agar Allah memojokkan Pak Harto agar memilih husnul khatîmah atau su-ulkhatîmah.

Bangsa Indonesia sudah tidak punya waktu lagi sekarang. Bapak presiden RI hanya mendapatkan kesempatan satu kali lagi untuk mendapatkan indzar dari Allah dan peringatan dari rakyatnya. Hanya satu kali lagi peringatan itu ada, kalau peringatan ini masih tetap membikin beliau summun bukmun ‘umyun fahum lâ-yar ji‘ûn, maka kita semua harus siap di hari-hari yang akan datang lebih parah dari hari-hari sebelumnya.Akan tetapi para jamaah tolong hatinya ditentramkan, diendapkan, disublimkan dulu jangan ada gejolak nafsu.

Pikirannya jangan semrawut ke mana-mana. Kita ini sama-sama kaum mustadz‘afîn. Di antara kaum mustadz‘afîn itu selalu terjadi salah paham dan menyalahkan satu sama lain.Oleh karena itu, di malam ini kita jangan menyalahkan satu sama lain di antara kita yang disebabkan kedzaliman-kedzaliman yang sangat lama dari pemerintahan RI. Hatinya jangan ngrasani siapa-siapa. Seluruh tumpukan dan akumulasi permasalahan bangsa Indonesia selama bertahun-tahun, tumpukan dari kemiskinan, kemelaratan dan kesukaran hidup sehari-hari, kegelisahan, kebingungan dan keputusasaan sehari-hari memuncak pada malam hari ini. Sehingga pada malam hari ini, pada tanggal 11 Mei 1998, kita harus memulai hari-hari baru sebagai bangsa Indonesia dan sebagai umat Islam dengan memusatkan hati kita kepada Allah SWT.

Kiai-kiai yang masih murni, maksum, yang masih dilindungi oleh Allah—terutama di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah bagian utara, Jawa Barat bagian selatan mendapatkan isyarat, isyarah, yang semuanya gelap, menyedihkan, yang semuanya mengandung darah. Marilah kita pada malam hari ini benar-benar beristighasah pada Allah supaya kita di dalam lindungan Allah. Supaya kita bisa melacak satu-persatu apa yang kita hadapi. wal-tandhur nafsun mâ-qaddamat lighad. Kita hitung setiap kemungkinan ke depan, yang menyangkut Pak Harto, ABRI, Pemerintah, gerakan mahasiswa—dengan tetap berlindung pada Allah dan menggunakan bil-hikmah mauidhatil hasanah dan tetap menggunakan khairul umuri ausathuhâ. Kita akan mencari jalan yang paling sedikit ongkosnya, yang paling sedikit korbannya dan kita akan rundingkan secara pelan-pelan tanpa menyalahkan siapa-siapa.



Kita tetap bersyukur atas semua yang bergerak selama ini dalam amar ma’ruf nahi mungkar. Dan tolong di antara orang-orang yang menderita jangan sikut-sikutan satu sama lain—khususnya hari-hari sekarang ini. Sekarang Pak Harto sedang keluar negeri, sekarang pemimpin yang tidak kita ingin-inginkan itu sedang di Timur Tengah. Padahal rumah sudah terbakar, dan kompor sudah meledak, dan sumur-sumur sudah berisi gathul-gathul.

Kita bagai ayam kehilangan induknya. Dan kepemimpinan kita hanya bisa diserahkan kepada Rasulullah saw. Dan pada saat ini tidak boleh ada keraguan, tidak boleh lagi ada ketidakjelasan karena Bangsa Indonesia selama ini tidak jelas wajahnya. Tidak modern, tidak demokrasi, tidak Jawa, tidak Islam—semuanya setengah-setengah. Sekarang kita harus memilih satu ketegasan, bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari keadaan-keadaan dunia yang menyiksa kita kecuali satu: berpegang betul-betul, sungguh-sungguh, di tali Allah swt—melalui cara yang kita kenal dan kebenaran-kebenaran—yaitu Islam.Satu-satunya jalan kita bersungguh-sungguh meng-Islamkan diri kita dan lingkungan kita semua. Ini semuanya ada hitungannya, ada tahap-tahapnya. Kita harus sabar, kita harus jernih, sekali lagi tolong jamaah Padhang-mBulan membedakan diri melalui cara berpikir kita yang adil. Kepada siapapun kita tidak gampang ngelokno. Padhang-mBulan ini tidak dianggap oleh peta dalam nasional, kita sudah ngomong apa saja sebelum mahasiswa melakukan demo, kita sudah sangat lama melakukan teriakan-teriakan mengecam Soeharto.

Dan bulan-bulan terakhir saya mengeluarkan berbagai macam amar ma’ruf nahi munkar, tapi hanya lima persen yang dimuat di media massa—selebihnya tidak mau memuat. Mungkin tidak berani atau mungkin tidak percaya kepada kita. Kita sekarang ini gharib. Kita dimarjinalkan tidak hanya oleh pemerintah dan oleh ABRI—tapi kita dimarjinalkan oleh teman kita sendiri, sesama pejuang di kalangan menengah. Kalian mau bersama-sama dengan saya, bangga atau tidak jadi wong cilik dengan saya? Kalian bangga atau tidak? Kalian cilik hati atau tidak, kalian tidak dianggep oleh TV, koran? Dengan siapapun kita semua tak dianggep, tapi bersama Gusti Allah kita dianggep.

Saya menganjurkan perbanyak membaca Ayat Kursi. “Sampeyan temani, hamba-hamba kekasih, kekasih Sampeyan yang menderita di Indonesia, yang bingung, yang saling sikut-sikutan satu sama lain. Tidak ada waktu lagi ya Allah, para Kiai sudah beristikharah untuk mendapatkan pada malam hari ini, tanggal 11 Mei 1998. Ustad Lutfi mendapatkan, dan Anda baca surat ar-Ra’ad ayat 11, surat al-Balad, al-Mâûn, al-Ambiyâ’ ayat 11, an-Nisâ' ayat 11. Dan saya berada pada pertemuan-pertemuan bapak-bapak kiai-kiai, yang murni, yang tidak pernah ada di koran-koran, yang tidak pernah ada di majlis-majlis ulama yang pekerjaannya mbebek pada pemerintah.

Saya bertemu mereka di Bandung dan juga pada rancangan-rancangan pertemuan dengan Kiai Musthofa Bisri yang dulu mengaji di sini, beliau juga ditemui kiai-kiai dari dusun-dusun yang semuanya mendapatkan isyarah-isyarah yang tidak bagus mengenai hari di depan kita ini. Mari kita beristighasah pada malam hari ini. Pengajian Padhang-mBulan agak kita spiritualkan, lebih kita komplementasikan dengan shalat-shalat dan dzikir-dzikir.

Pada malam hari ini kita mendapatkan maqam-maqam yang khusus di haribaan Allah. Di muka bumi ini kita akan mendapatkan jalan yang khusus, mendapatkan rezeki yang khusus, dan akan diselamatkan. Kalau kalian tidak dianggap oleh negeri Indonesia, maka negeri kalian adalah Padhang mBulan. Kalau engkau tidak bisa menerapkan Islam di Indonesia, maka paling tidak aqimû daulatal islâma fî qulûbikum. Mulai sekarang dirikan negara Islam di dalam kalbumu masing-masing sampai pada suatu hari Allah mengijinkan kita bersama-sama untuk mendirikan daulah Islamiyah. Daulah Islamiyah adalah rahmatan lil ‘âlamîn. Jangan percaya pada omongan Amerika, Yahudi.Shalawatan itu memeluk kita untuk jernihkan fikiran, tenangkan hati, ikhlaskan badan oleh panas yang membikin kita berkeringat.

Saya mohon kepada ibu saya untuk tampil ke depan nanti untuk bersama-sama kita—Anda amini—membaca hizib Nasr nanti di akhir acara. Kita jangan gampang takjub oleh kata-kata Bapak-bapak dari pemimpin kita. Pak Harto bilang: “Sumpah saya akan mempertanggungjawabkan dan tidak hanya kepada rakyat dan MPR, tapi kepemimpinan saya ini mempertanggungjawabkan kepada Allah SWT.” Takjub awake dewe perkoro iku mene tah gak, kan awake dewe wis lali. Kemarin dia juga bilang: "Jangankah harta, demi bangsa dan negara, nyawa pun akan saya pertaruhkan". Sekali lagi jangan mudah kagum. Kita akan turut mengirimkan kehendak rakyat langsung kepada Pak Harto melalui gelombang Padhang Bulan, melalui shalawat dan hizib kita.

Para jamaah sekalian harus berusaha tahu masalah-masalah secara jernih, jangan gampang percaya sana-sini, jangan mudah terlena oleh informasi yang tak jelas jluntrungannya. Apakah masih ingat pidatonya Presiden sebelum berangkat, "Yang paling tahu kemlaratan rakyat adalah saya, wong saya dulu pernah mlarat."Bahwa mlarat-nya rakyat sekarang berbeda sekali dengan mlarat-nya Pak Harto. Bahwa Pak Harto belum tahu persis keadaan rakyat, dan juga bapak Pangap juga belum tersentuh oleh kemiskinan kita. Beliau orang yang baik, artinya, belum pernah tersentuh oleh kesusahan.

Lihatlah yang ada sekarang adalah rakyat kaliren. Kalau ada kerusuhan, ingatan utama haruslah kepada rakyat yang kelaparan. Bukannya saya membenarkan kerusuhan, kerusakan, tapi saya paham yen ancene tidak bisa makan bagaimana caranya. Katanya dulu kita mau tinggal landas tapi sekarang ‘tinggal ndasmu thok’. Setelah itu diam saja. Setelah ‘ya’ tidak ada jawabannya. Golkar agawe wong cilik ngguyu. Saya tidak menyalahkan Golkar, hanya menasehati, ojok gampang-gampang yen ngomong.

Jangan bikin orang kagum. Saya bisa urun rembuk, gugur gunung bersama para jamaah. Maka saya pesan kepada sampeyan ojok keliru olehe milih pimpinan. Jangan sembarang orang diangkat-angkat atau dishalawatbadari. Jadi sekarang tentukan pemimpin kamu, simpan di dalam hatimu. Ojok berpedoman jarene iki-jarene iki, menurut ini menurut itu. Ojok tembung jare, ojok Qîla wa-Qâla. Pikiren dewe. Selama ini kita gagal memilih pemimpin dan jangan diulangi kegagalan itu. Mari kita pilih pemimpin yang benar. Jangan gampang menentukan siapa pemimpinmu...

(Diambil Dari Buku: Saat-Saat Terakhir Bersama Soeharto: 2,5 Jam di Istana (Kesaksian Seorang Rakyat Kecil) Cet. VII April 2000)

Si Srigala Betina

Malang, Jum`at, 050609

Si Srigala Betina

Oleh: Mohamad Istihori

Wanita oh wanita
Kata orang mereka semua lembut hatinya
Tapi ternyata ada juga
Yang hatinya kejam bagai srigala

Memangsa siapa saja
Dengan "taring kecantikannya"
Dengan "cakar keelokannya"
Siap menerkam yang terbuai dan terlena

Lontong Porong

Malang, Jum`at, 050609

Lontong Porong

Oleh: Mohamad Istihori

Untung hari ini aku tiba di Porong
Bukan di depan ada pocong
Coba kalau ada pocong
Si penakut pasti akan teriak minta tolong

Sampai di Porong perutku kosong
Langsung ku cari tukang lontong
Sarapan aku di kantin Mas Itong
Perut kenyang terasa plong...

Pernikahan Adalah...

Surabaya, Jum`at, 050609

Pernikahan Adalah...

Oleh: Mohamad Istihori

Pernikahan bukanlah sebuah rintangan
Pernikahan adalah sebuah tantangan
Menatap hidup di masa depan

Pernikahan bukanlah sebuah permainan
Apalagi sebagai pelarian
Pernikahan adalah sebuah keputusan final untuk melepas kesendirian...

Hidup Itu di Hati

23 March 2009, 12:56:59

Hidup Itu Di Hati

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Manusia hidup dari hatinya. Manusia bertempat tinggal dihatinya. Hati adalah sebuah perjalanan panjang. Manusia menyusurinya, menuju kepuasannya, kesejahteraannya, kebahagiannya, & Tuhannya. Berbagai makhluk menghalanginya, terkadang, atau sering kali, dirinya sendirilah yang merintanginya.

Hati adalah pusat kehendak yang membuat manusia tertawa dan menangis, sedih dan gembira, suka ria atau berputus asa. Manusia mengembara dihatinya: pikiran membantunya, maka pikiran harus bekerja sekeras-kerasnya, pikiran bisa perlu ber-revolusi, pikiran tak boleh tidur, pikiran harus dipacu lebih cepat dari waktu cahaya.

Hati tidak selalu mengerti persis apa yang dikehendakinya. Ia hanya bisa berkiblat ke Tuhannya untuk memperoleh kejernihan dan ketepatan kemauannya.

Pikiran ikut menolongnya mendapatkan kejernihan dan ketetapan itu, tapi pikiran tidak bisa menerangkan apa-apa tentang Tuhannya. Pikiran mengabdi kepada hatinya, hati selalu bertanya kepada Tuhannya. Di hadapan Tuhan, pikiran adalah kegelapan dan kebodohan. Jika pikiran ingin mencapai Tuhannya, ia menyesuaikan diri dengan hukum dimensi hatinya. Jika tidak, pikiran akan menawarkan kerusakan, keterjebakan dan bumerang.

Jika pikiran hanya mampu mempersembahkan benda-benda kepada hatinya, maka hati akan tercampak ke ruang hampa, dan pikiran sendiri memperlebar jarak dari Tuhannya.

Badan akan lebur ke tanah. Pikiran akan lebur diruang dan waktu. Hati akan lebur di Tuhan. Jika derajat hati diturunkan ke tanah, jika tingkat pikiran bersibuk dengan bongkahan logam, maka dalam keniscayaan lebur ke Tuhan, mereka akan hanya siap menjadi onggokan kayu, yang terbakar tidak oleh cinta kasih Tuhan, melainkan oleh api.

Jika hati hanya berpedoman kepada badan, maka ia hanya akan ketakutan oleh batas usia, oleh mati, oleh kemelaratan, oleh ketidakpunyaan. Jika pikiran hanya mengurusi badan, jika pikiran tak kenal ujung maka ia akan rakus kepada alam, akan membusung dengan keangkuhan, kemudian kaget dan kecewa oleh segala yang dihasilkan.(Dari Pojok Sejarah)

Bukan Sembarang Presiden

26 May 2009, 08:48:25

Bukan Sembarang Presiden

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Presiden Reformasi Indonesia bukan sembarang Presiden. Sejak bangkitnya bangsa Indonesia melalui Reformasi 1998, kalau ada seorang Presiden terpilih, jangan dipikir itu sekedar hasil Pilpres satu hari hari, melainkan ujung dari sebuah proses panjang. Itu puncak eskalasi struktural dari tingkat masyarakat RT hingga ke puncak kursi kenegaraan.

Bangsa Indonesia sudah memiliki pengalaman peradaban selama berpuluh-puluh abad untuk memilih pemimpinnya. Pemilihan Presiden di abad 21 ini jauh lebih sederhana karena sekedar melibatkan penduduk atau warganegara. Sedangkan pengalaman sejarah bangsa Indonesia pernah membawa mereka memilih pemimpin tertingginya dengan melibatkan Nyi Roro Kidul, Walisongo, ruh-ruh leluhur, pasukan lebah, lembu atau kerbau, bahkan untuk sebagian secara sembunyi-sembunyi juga melibatkan masyarakat rekanan hidup manusia yang dikenal dengan nama Jin.

Sejak Reformasi di akhir abad 20, bangsa Indonesia sudah benar-benar menjadi dewasa. Maka skala demokrasi modern mereka cukup hanya mengakomodasi hak warganegara yang berjenis makhluk manusia, sehingga mekanismenya jauh lebih simpel. Sedangkan makhluk-makhluk lain yang bukan manusia, dari Malaikat sampai hewan, tidak memiliki hak gugat terhadap keputusan demokrasi modern ummat manusia, karena Tuhan sudah memberi mandat penuh – ibarat Duta Besar Berkuasa Penuh – kepada manusia untuk menjadi khalifatullah fil-ardl, mandataris Tuhan di seluruh bumi.

Bahkan Iblis, makhluk sangat ganas dan sakti mandraguna yang bertugas menjadi antagonis moralnya ummat manusia, semacam ‘sandhi-yudha’ yang memiliki ketahanan luar biasa dalam tugasnya sebagai partner dialektika kehidupan manusia – juga tidak melakukan protes apa-apa terhadap demokrasi modern, terutama yang diselenggarakan di Indonesia.

***

Iblis pasti bukan tidak tahu bahwa Indonesia adalah negeri yang penduduknya paling memiliki kedekatan dengan Allah swt. Jumlah Hajinya terbanyak seluruh dunia. Sangat rajin bikin pengajian massal, majlis ta’lim, istighotsah, yasinan dan tahlilan, kursus shalat khusyu, biro pengelolaan kalbu, tafsir-tafsir aplikatif dari surah dan ayat-ayat quosi emosi dan spirit, dan berbagai aktivitas keagamaan lainnya yang Iblis ampun-ampun untuk berani menerobosnya.

Maka mekanisme demokrasi modern dijalankan di Indonesia jauh lebih mulus dibanding Negara manapun di dunia. Ditambah faktor plus yang mendasari kekokohannya sebagai sebuah sistem bernegara yang hampir bisa dikatakan tak mungkin bisa digoyahkan oleh apapun saja. Faktor plus itu misalnya tingkat kependidikan masyarakat Indonesia yang sudah jauh memadai sebagai prasyarat tumbuhnya kedewasaan demokrasi.

Matangnya kebudayaan bangsa Indonesia, sebagai individu manusia maupun sebagai kumpulan komunitas, menjadikan pelaksanaan demokrasi sedemikian gagahnya, penuh kemerdekaan dan kreativitas, penuh kelincahan dan keterampilan, namun tetap berada dalam kontrol bersama yang komprehensif di antara semua kelompok, segmen, strata dan kantung-kantung lain bangsa Indonesia.

***

Demokrasi di tangan bangsa Indonesia bagaikan bola di kaki Maradona, tongkat ganda di tangan Bruce Lee, bola basket di tangan Kareem Abdul Jabbar atau Michael Jordan, mobil Formula-1 di kendali Schumacher, Ayrton Senna atau Fernando Alonso. Kalau mau agak puitis, demokrasi bagi bangsa Indonesia itu bak gelombang di pangkuan samudera, bak panas di ujung lidah api, bak kokok di tenggorokan ayam, atau auman di mulut harimau.

Bangsa Indonesia memiliki susunan dan tata sosial yang solid namun dinamis sejak dari lingkar terkecil. Di dalam setiap keluarga selalu terdapat pembelajaran dialog-dialog alamiah tentang kepemimpinan dan siapa pemimpin. Aspirasi dari keluarga-keluarga kemudian dengan sendirinya menjadi muatan interaksi masyarakat se Rukun Tetangga. Kemudian fondasi aspirasi itu meningkat dan meluas hingga ke skala desa atau kelurahan. Demikian seterusnya sampai ke babak ‘semifinal’ dan ‘final’ di panggung puncak kepemimpinan Nasional.

Jadi kalau ada seseorang akhirnya terpilih menjadi Presiden, sesungguhnya itu hanya ujung dari suatu proses yang sangat panjang. Bangsa Indonesia sudah ‘memiliki’ Presiden sejak di rumahnya masing-masing. Kalau seorang Presiden sudah duduk di kursi kepresidenan, hari itu juga setiap warganegara sebenarnya sudah mengantongi nama presiden berikutnya. Seorang Presiden dalam peradaban bangsa Indonesia adalah seseorang yang sudah diuji oleh seluruh dan setiap rakyatnya sejak jauh-jauh hari sebelumnya, minimal sepuluh tahun. Sistem budaya masyarakat Indonesia sudah memiliki infrastruktur kualitatif dan mekanisme identifikasi yang berlangsung mendasar, permanen dan dinamis.

***

Hal yang sama juga berlangsung pada wakil-wakil mereka di Dewan Perwakilan Rakyat. Siapa saja yang mengambil keputusan menjadi Caleg dan gambar wajah-wajah mereka bisa dijumpai di sepanjang jalan, adalah tokoh-tokoh yang bukan hanya sudah sangat dikenal oleh masyarakat infrastrukturalnya, lebih dari itu mereka sudah diuji moralnya, integritas sosialnya, kesungguhan pengabdiannya, keterampilan kerja dan profesionalismenya, termasuk luasnya wawasan dan tingginya keilmuannya.

Bahkan tatkala seorang Presiden memilih Menteri-Menterinya, dan para Menteri memilih bawahan-bawahannya, itu sama sekali bukan soal selera, bukan berdasarkan power-share atau pembagian kekuasaan, bukan berlatar belakang kepentingan golongan atau penyeimbangan perolehan antar kelompok. Pemilihan atasan ke bawahan itu juga diselenggarakan dengan terlebih dulu mempelajari data-data dan fakta-fakta dari lapangan paling bawah, yakni siapa yang benar-benar sudah lulus dari penyaringan sosial masyarakat.

Kadar keterujian pemimpin nasional dan wakil rakyat yang sedemikan ketat dan kualitatif oleh sistem sosial masyarakat Indonesia, membuat mustahil muncul pemimpin-pemimpin yang nyasar dan a-historis. Kepemimpinan nasional dan perwakilan rakyat di Indonesia tidak bisa sekedar ditentukan oleh eksistensi dan mekanisme partai-partai politik. Parpol hanyalah kendaraan di ujung jalan, hanya alat terakhir untuk secara formal meresmikan apa yang sudah diproses sangat matang dalam waktu yang juga sangat panjang. Semua aktivis parpol juga sangat memahami hal itu, sehingga mereka sangat bersikap rendah hati dan tidak merasa dirinya penentu utama kepemimpinan nasional.

***

Presiden Indonesia dan Wakil-wakil Rakyat adalah orang-orang yang memang harus mereka yang menjadi Presiden dan Wakil-wakil rakyat.

Vox populi vox dei. Demikianlah ‘sabda rakyat’ melalui mekanisme sistem yang mereka selenggarakan secara konsisten dan istiqamah dari tahun ke tahun, dari era ke era, bahkan dari zaman ke zaman. Presiden dan Wakil-wakil rakyat adalah tokoh-tokoh yang muncul ke singgasana berdasarkan ujian sejarah masyarakatnya sendiri. Dengan demikian bisa dipastikan merekalah memang yang paling layak kepribadiannya, paling bermutu kepemimpinannya, paling unggul ilmu dan wawasannya, paling kredibel kinerjanya, paling luas wawasannya, paling terampil kerjanya, bahkan paling diridhoi Tuhan dan direstui oleh semua makhluk-makhluk Allah non-manusia.

Sistem budaya dan mekanisme sosial bangsa Indonesia yang sudah matang sejak puluhan abad yang lalu, memastikan bahwa pemimpin-pemimpin nasional mereka yang lahir dari demokrasi Indonesia adalah putra-putri terbaik bangsanya. Harus mereka yang memimpin. Tak terbantahkan. Bisa jadi Tuhan sendiripun tak mungkin mengganti mereka, karena Ia mengikatkan diri pada kegembiraan dan kebanggaan menyaksikan tingkat kematangan budaya demokrasi bangsa dan Negara Indonesia.*****

(Sumber: Kompas, 22 Mei 2009)

Kamis, 04 Juni 2009

Pelacuran, Kemaksiatan, dan Kemunafikan

Jogjakarta, Rabu, 030609

Pelacuran, Kemaksiatan, dan Kemunafikan

Oleh: Mohamad Istihori

Jangan sekali-kali menghina pekerjaan seseorang. Apapun jenis pekerjaannya. Karena tidak semua orang bekerja berdasarkan besarnya gaji yang ia terima setiap bulan. Masih banyak orang yang bekerja berdasarkan panggilan hati. Dan itu, bagi saya, adalah sebuah kemuliaan. Daripada orang yang bekerja hanya berdasarkan uang, uang, dan uang.

“Loh tapi kan wajar kali kalau orang bekerja untuk cari uang?”

Iya wajarlah. Sangat wajar sekali. Malah kemuliaan seorang lelaki adalah ketika ia bekerja dan berusaha untuk menafkahi anak dan istrinya.

“Bagaimana dengan pelacur?”

Coba kita tanya pelacur, apakah menjadi pelacur merupakan sebuah obsesi? Apakah ia merupakan panggilan hati? Nggak mungkin kali! Mana ada wanita yang dengan suka cita menjual harga dirinya?

Pada awalnya ia pasti berurai air mata. Entah nanti setelahnya. Maraknya pelacuran menandakan tidak becusnya lelaki yang berada di daerah beroperasinya pelacuran tersebut. Kalau tidak ada seorang lelaki pun yang “jajan” padanya maka usaha mereka pasti akan gulung tikar.

Lelaki kan pemimpin bagi yang lain. Kalau yang lain itu tidak beres maka itu menandakan ketidakberesan pemimpinnya. Ini bagaimana mau menghapus pelacuran, lah wong di depan kita berteriak hendak menghapus pelacuran tapi diam-diam kita menyesal mengapa bukan kita yang melacur. Kemaksiatan tak akan bisa dihapuskan selama masih ada kemunafikan.

Meneliti Suara Hati

Jogjakarta, Rabu, 030609

Meneliti Suara Hati

Oleh: Mohamad Istihori

Kita tahu hidup bukanlah untuk mengikuti hawa nafsu. Yang harus kita ikuti adalah suara hati. Namun orang sekarang sudah mulai kebingungan untuk membedakan, mana bisikan nafsu dan mana bisikan hatinya.

Hal itu dikarenakan mereka sudah tidak lagi memiliki waktu untuk benar-benar mendengarkan suara hati. Atau mungkin mereka memiliki banyak waktu luang tapi sudah kehilangan semangat untuk meneliti suara hati. Mereka lebih memilih gaya hidup yang instan.

Kalau kerja maunya cepat kaya. Atau minimal yang gajinya gede. Tanpa memikirkan dengan cermat apakah memang dengan skill dan pengetahuan yang ia miliki sekarang dia pantas untuk menerima uang setiap bulan sebesar itu.

Kalau kuliah maunya cepat pintar, cepat lulus dengan nilai besar. Tanpa sungguh-sungguh melewati tahap demi tahap proses belajar yang harus ia tempuh selama menjadi mahasiswa.

Maka wajar kalau hati mereka tidak peka terhadap perasaan orang lain. Mereka akan merasa fine-fine saja berbahagia di atas penderitaan orang lain. Tertawa di atas tangisan tetangga sebelah. Kekenyangan padahal saudaranya sendiri masih banyak yang kelaparan.

“Loh kalau mikirin orang lain aja kapan kita senangnya?”
“Kan yang cari harta saya. Masa yang menikmati orang lain? Enak aja!”

Demikianlah dua dari ribuan komentar yang kerap saya dengar ketika mengajak siapa saja untuk lebih peka dan peduli dengan saudaranya sendiri. Mereka pun menghalalkan berbagai macam cara untuk meraih kekayaan.

Stenly Patah Hati, Stenly Mencari Cinta Sejati Lagi

Jogjakarta, Rabu, 030609

Stenly Patah Hati,
Stenly Mencari Cinta Sejati Lagi

Oleh: Mohamad Istihori

Silahkan kau bohongi diri
Silahkan kau tutupi
Monggo alihkan hatimu dari cinta
Tapi kau tidak akan pernah bisa memusnahkannya

Karena cinta sejati
Tak akan mati
Kecuali kau rela bohongi diri
Setiap hari

Cinta bukan sekedar kata
Bukan sebatas di sms atau di telepon saja
Dia adalah perjuangan untuk tetap setia
Dalam suka maupun duka

Jangan hanya mau suka
Jangan cuma mau senang saja
Itu habis manis sepah dibuang namanya

Ada uang abang disayang
Nggak punya uang abang ditendang
Sungguh malang

Cinta itu unsur kehidupan yang membuat manusia
Tampil dan bicara apa adanya
Saling pengertian, saling percaya
Tanpa rekayasa
Apalagi terdapat dusta

Cinta adalah barang langka bagi masyarakat masa kini
Cinta menempatan urutan paling doncit dalam semua obsesi

Tidak ada lagi yang tertarik untuk memperjuangkan cinta
Karena hal itu sama sekali tidak berguna
Tak mendatangkan harta
Tak memberikan tahta dan kuasa

Apa kamu harus menikah dulu dengan orang lain
Baru kau bisa yakin betapa aku mencintaimu?

Maka tolong jangan ngomongin cinta lagi
Karena itu topik yang sudah tidak up to date dan basi
Lebih baik kita bahas:
Karir
Jabatan
Jumlah kekayaan
Dan, segala hal selain cinta

Cinta sudah pergi
Tak mungkin kembali

Cinta sekarang sudah bisa dipesan
“Di toko atau supermarket cinta” milik calon mertua
Diperjualbelikan
Ditransaksikan
Tanpa proses saling kenal
Yang penting harga pas
Semua lancar

Stenly yang patah hati berkata:

Aku sudah tak percaya lagi air mata wanita
Kecuali air mata bunda
Aku juga masih tidak percaya
Kalau aku menangis hanya karena wanita

Kecuali aku melihat ibu berduka
Maka bercucuranlah air mata

Stenly memang patah hati
Tapi tidak sakit hati

Dia hanya membutuhkan waktu dan ruang yang lebih fresh
Untuk untuk menyembuhkan luka patahan hati itu
Jangan khawatir karena
Luka itu tak akan lama

Sebentar lagi juga akan pulih kembali
Kumpul-kumpul lagi sebagaimana biasa

Tolong beri kesempatan lagi kepada Stenly untuk berujar:

Kau memang benar
Aku ini lelaki kurang ajar
Pria yang tidak terpelajar

Aku lelaki yang ngebetein
Terlalu serius jadi ngeselin
Terlalu formal jadi ngebosenin
Nggak asyik dan nggak fun banget gitu loh!

Maka Stenly sudah tidak percaya lagi dengan para pelaku cinta. Yang masih ia percaya adalah cinta itu sendiri. Terhadap dirinya sendiri saja ia sudah tidak percaya apakah dirinya masih mampu untuk menjalani hidup dengan cinta. Atau sendiri saja selamanya? Kayak biksu dan pendeta aja!

Meskipun sebenarnya ia tahu, sebagaimana kata Bang Oma I, “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga.” “Jangankan bunga di taman hatiku. Kini rumput saja sudah tak ada.” kata Stenly.

“Segalanya kering kerontang sekarang. Entah kapan bunga cinta itu akan tumbuh kembali dalam taman hatiku? Aku hanya bisa menanam benih-benih itu sekarang. Di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.”

Biarkan Stenly berpuisi seperti ini:

Aku adalah lelaki yang sangat kejam
Di tangan kananku pisau tajam siap menghujam
Di tangan kiriku meraim
Aku lelaki yang sama sekali tak berperasaan dan penuh dendam

Maka jangan kau coba dekati aku lagi

Aku orang miskin
Sangat tak pantas bersanding denganmu
Apalagi sampai menikah, menjadi pendamping hidup, dan hidup bersama

Kau akan menderita
Tak akan bahagia
Susah, sengsara
Cape perasaan dan lelah hati
Kalau kau jadian denganku

Kalau kau menganggap aku orang yang sudah baik
Maka kau salah
Karena aku adalah orang yang masih belajar untuk menjadi orang baik

Aku juga bukan pria yang memahami agama
Sebagaimana yang kau kira

Maka jangan sekali-kali terbetik dalam hatimu
Untuk mengajakku bertemu dengan orang tuamu, ibumu
Karena mereka pasti akan menolakku

Tentang Sebuah Ingatan

Jogja, Selasa, 020609

Tentang Sebuah Ingatan

Oleh: Mohamad Istihori

Pernahkah kau bayangkan bagaimana jadinya kalau ingatanmu hilang?
Kau tahu betapa berharganya sebuah ingatan bagi kehidupan kita?
Bagi cinta kita?
Bagi pekerjaan kita?
Bagi kuliah atau sekolah kita?
Dan, bagi semua aktivitas kita?

Pernahkan sedikit saja kita bersyukur kepada Allah untuk nikmat ingatan yang Ia berikan begitu saja kepada kita?

“Terus kalau mau bersyukur bagaimanakah cara kita mengekspresikan rasa syukur kita atas nikmat-Nya berupa ingatan itu?”

Bagaimana kalau tiba-tiba ingatan kita Ia hapuskan?
Di-dell?
Masuk recycle bin?
Dan tidak bisa kembali lagi?

Kau tahu betapa sedihnya kita
Jika ingatan tentang orang yang sangat kita cintai tiba-tiba saja hilang dan terhapuskan?

Modifikasi Mental

Jogja, Rabu, 3 Juni 2009

Modifikasi Mental

Oleh: Mohamad Istihori

Kalau kita punya motor atau mobil yang hendak kita modifikasi maka kalau kita tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman mengenai modifikasi, jangan coba-coba untuk memodifikasinya seorang diri. Karena nanti hasilnya bukan menjadi lebih baik, lebih bagus, dan lebih oke malah menjadi rusak. Bahkan dikhawatirkan kendaraan tersebut tidak bisa dipakai lagi. Kalau nggak bisa mah jangan dipaksain. Lebih baik minta bantuan orang lain atau bawa aja sekalian ke bengkel modifikasi.
“Iya itu kalau punya uang. Kalau nggak punya?”

Ngutang!

“Ngutang?”

Iya kalau nggak mau ngutang minta bantuan teman lah. Kalau nggak punya teman yang bisa memofikasi kendaraan kita, yo wis toh terima saja kendaraanmu apa adanya. Kan yang penting fungsinya. Bukan modifikasinya.



Demikianlah bagi saya gambaran kalau kita hendak mengubah watak atau kepribadian sendiri atau orang lain. Mengubah watak atau kepribadian memerlukan pengetahuan psikologi, budaya, dan sosial yang mumpuni. Nggak boleh asal-asalan apalagi memakai paksaan dan kekerasan. Dua hal tersebut, yang konon lebih kita pilih, malah akan merusak pertumbuhan mental bukan malah mengembangkannya.

Memodifikasi mental juga dibutuhkan kesabaran, keuletan, dan ketekunan. Nggak bisa dong kita mengubah mental secara instan menurut kemaun kita sendiri. Karena setiap orang pun memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Keunikan mental inilah yang harus kita cermati, kita dukung pertumbuhannya menuju kebenaran. Bukan malah dihancurkan dan dimusnakan dengan paksaan dan kekerasan.

Hanya kelembutan hati, keikhlasan amal, dan pembelajaran sepanjang hiduplah yang membuat seseorang memiliki kemungkinan untuk memodifikasi mental. Yang nggak punya kesabaran mending belajar sabar dan ikhlas dulu deh. Nggak usah nyuruh-nyuruh orang lain begini-begitu. Kita perbaiki diri kita sendiri saja terlebih dahulu sambil kita terus tambah input ilmu pengetahuan yang memang kita butuhkan dalam menjalankan kehidupan maka kita pun akan mengerti diri kita sendiri.

Orang yang sudah mengenal diri sendiri memiliki kemungkinan sangat besar untuk mengenal Tuhan. Dan, kalau kita sudah mengenal Dia, akrab, dan dekat dengan Dia maka jangankan mental alam semesta pun bisa kita ubah. Tentu saja bukan karena kitanya tapi semua itu akan terwujud atas perkenan Allah SWT.

Pelaminan

Jogjakarta, 300509

Pelaminan

Oleh: Mohamad Istihori

Pelaminan bukanlah permainan jodoh-jodohan
Apalagi sebuah ajang pertaruhan untuk mencari kekayaan
Kalau demikian yang dilakukan
Itu merupakan bentuk lain dari perjudian

Maka berterima kasihlah pada Tuhan
Karena sekarang kau sudah berada di pelaminan
Yang sungguhan
Bukan yang bohong-bohongan
Yang beneran
Bukan yang pura-pura penuh kepalsuan

Itu adalah mimpi setiap anak perawan
Duduk bersanding bersama lelaki pujaan
Berdua arungi samudra kehidupan
Mulai hari ini sampai masuk lubang kuburan

Bila kelak kau temui kesusahan
Ketahuilah itu bukan ujian atau cobaan
Tapi itu adalah penilaian
Juga merupakan sebuah kesempatan dan tawaran Tuhan
Untuk meraih kemuliaan

Aku selalu mendoakan
Semoga kalian mendapatkan kebahagiaan

Ada dua kunci kelanggengan sebuah hubungan
Ialah kesetiaan
Adalah rasa saling pengertian

Buanglah jauh-jauh segala macam bentuk kecurigaan
Pelajarilah terus semua variasi kemesraan
Maka kau akan dapat semua asa dan harapan

JIL Bab

Rabu, 270509

JIL Bab

Oleh: Mohamad Istihori

Pada sebuah media dikabarkan bahwa sebagian kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih tertarik untuk memilih pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto atau JK-Win dengan alasan karena para istri pasangan tersebut mengenakan jilbab. Alasan ini menarik perhatian saya sehingga saya pun terdorong untuk menuliskannya.

Jilbab bagi seorang wanita memang adalah sebuah kewajiban dalam Islam. Jilbab adalah simbol kemerdekaan dan kebebasan seorang perempuan mengalahkan ego dan hawa nafsunya. Jilbab, bagi saya, juga adalah lambang kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.

Bukan gara-gara karena suami hendak mencalonkan diri jadi capres atau cawapres tiba-tiba ke mana-mana memakai jilbab. Jilba itu bukan busana arisan atau kondangan. Banyak anak perempuan yang terpaksa memakai jilbab karena aturan sekolah, takut sama orang tua, atau pimpinan pondok pesantrennya.

Maka sangatlah tidak pas rasanya kalau kita memilih capres-cawapres hanya berdasarkan karena para istri mereka mengenakan jilbab. Tanpa memikirkan dan mempertimbangkan hal lain yang lebih substansial.

Saya bukan ingin beropini bahwa mempertimbangkan jilbab bukan merupakan hal yang penting hanya saja kalau kita perhatikan gejala wanita sekarang mereka yang memakai jilbab belum tentu memiliki pemahaman tentang jilbab itu sendiri. Sehingga hanya fisiknya saja yang memakai jilbab. Namun hati dan akalnya belum menjamin juga “dijilbabi”.

Dan, di saat lain banyak wanita yang sampai hari ini belum mengenakan jilbab bukan berarti karena mereka menganggap memakai jilbab itu tidak wajib. Tapi karena banyak dimensi dan alasan sosial yang menjadikan mereka sampai hari ini belum memakai jilbab.

Hidup begitu luas. Melihatnya harus memakai kaca mata multidimensi agar kelak kita tidak kecele oleh hal-hal yang formal dan fisik. Jadi mulai hari ini mari kita belajar kembali untuk bersama-sama maupun sendiri-sendiri memaknai jilbab secara hakikat agar kalau sudah memakai jilbab kita benar-benar mengerti alasannya kenapa kita memakainya. Dan, bagi mereka yang belum memakai jilbab bisa menemukan jalan hidayah untuk menjadi muslimah dan sholehah. Amin (tanpa Rais..)

Senin, 01 Juni 2009

Tingkatan Cinta

Jogja, Ahad, 310509

Tingkatan Cinta

Tingkat pertama: `Aliqa= pandangan mata atau berita yang didengar yang melahirkan rasa senang.

Tingkat kedua: Mail= melebihi `aliqa sehingga terbetik keinginan untuk mendekat.

Tingkat ketiga: Mawaddah= bila keinginan itu mencapai tingkat kehendak untuk menguasainya.

Tingkat keempat: Khullah.

Tingkat kelima: Ashababah.

Tingkat keenam: al Hawa

Tingkat ketujuh: al `Isyq= bila seseorang bersedia berkorban atau membahayakan dirinya demi kekasihnya.

Tingkat kedelapan: at Tatayum= jika cinta telah memenuhi hati seseorang, sehingga tidak ada tempat bagi yang lain.

Tingkat kesembilan: Walih= jika seseorang tidak lagi dapat menguasai dirinya atau tidak lagi mampu berpikir dan membedakan sesuatu, akibat cinta.

(Dari Hernowo dari Quraish Shihab dari Yusuf Asy Syaruni ibn Al Jauzi berkata demikian dalam bukunya Dzamm Al Hawa)

Kosmetika Cinta

Jogja, 300509

Kosmetika Cinta

Oleh: Mohamad Isthori

Bukan hanya wanita
Cinta pun kini sudah mulai pandai memakai kosmetika
Pintar menutup aib dan kekurangannya
Sehingga semua terasa sempurna

Tapi itu hanya pada awalnya saja
Pada hasrat yang menggebu-gebu dan menggelora

Tapi kau lihatlah saja nanti ending-nya
Cinta yang hanya berdasarkan kosmetika:
“lipstik” harta
“bedak” tahta, dan
“shawdow eyes” kuasa
Semua hanya akan berakhir dengan duka dan air mata (na`udzubillahi min tilka)

Sesal kemudian tak ada guna
Meratap dan menangis juga sia-sia

Maka pelajarilah cinta dengan segenap jiwa
Dengan dada dan tangan terbuka

Dan, setialah pada cinta
Sampai akhir masa
Hingga tutup usia
Untill ajal menjemput nyawa

Cinta Biasa Karena Biasa Cinta

Jogja, 300509

Cinta Biasa Karena Biasa Cinta

Oleh: Mohamad Istihori

Jika memang kita tak lagi jumpa
Ku harap engkau tak lupa

Kalau esok aku pergi
Tolong jangan hapus aku dari memori

Kisah kita hanya cinta biasa
Tak ada yang istimewa
Tak terasa megah
Tak berasa wah!
Malah banyak susahnya

Sinyal putus-putuslah
Naik motor kepanasan atau kehujananlah
Kehabisan pulsalah
Alah pokoknya mah sengsara aja!

Karena, entah kenapa
Aku lebih menyukai sesuatu yang mengalir dan apa adanya
Tanpa rekayasa, “lipstik”, atau “kosmetika”
Apalagi dusta di antara kita…