Minggu, 21 Juni 2009

Ngomongin Orang

Jum'at, 190609

Ngomongin Orang

Oleh: Mohamad Istihori

Amal ibadah yang kita lakukan membutuhkan perawatan. Tanpa adanya perawatan sangat dikhawatirkan amal ibadah kita akan sia-sia. Begitu sampai akhirat kita terkaget..terkaget..terkaget, "Loh mana amal saya selama di dunia? Mana sholat, puasa, zakat, dan ngaji saya selama di dunia?"

Makanya kalau kita merasa rajin ke masjid, ikut majelis zikir, tiap hari ngaji dari satu majelis ke majelis yang lain, bahkan sampai ada yang meninggalkan kewajiban sebagai kepala rumah tangga atau pegawai suatu instansi pemerintahan jangan merasa bangga dulu sebelum rajin melakukan perawatan amal.

Oleh karena itulah sepatutnya setiap kita untuk merawat amal dan mempelajari apa saja kira-kira perbuatan yang merusak amal. Salah satu virus amal yang sangat berbahaya bernama ghibah.

Atadruu mal ghiibah? Tahukan kamu apakah ghibah itu? Ghibah adalah membicarakan kejelekkan orang lain tanpa adanya sumber atau referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Rosul mengatakan ketika ada orang yang ber-ghibah maka akan terciumlah aroma busuk di sekitar sang pengibah itu.

"Loh tapi sekarang nggak tuh! Sekarang ada orang ngomongin kejelekkan atau lebih tepatnya ketika orang ngejelek-jelekkin dan mewartakan 'aib orang lain, ia tetap jadi idola. Bahkan banyak generasi muda pada umumnya rela ngantri untuk ikut audisi pemilihan pembawa acara yang inti materi acaranya adalah ghibah."

Padahal Allah telah jelas-jelas melarang: "Wa laa yaghtab ba'dukum ba'dhon." "Dan, janganlah sebagian kalian ngomongin kejelekan sebagian kalian yang lain."

Namun aroma busuk apa gerangan yang tercium dari orang yang berghibah? Mengapa kita sekarang tidak bisa menciumnya padahal begitu banyak dari kita-bahkan mungkin termasuk saya-yang senang ghibah?

SEBUAH ANALOGI
Sekarang bayangkan kita berada di Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bandar Gebang. Kita yang sehari-hari tidak tinggal di situ kemudian di TPST Bandar Gebang di sediakan makanan dan minuman enak. Kira-kira apakah anda dapat menikmati makanan dan minuman tersebut senikmat ketika anda makan dan minum di rumah sendiri? Tentu saja tidak bukan?

Kita yang terbiasa makan dan minum di tempat dengan udara yang segar pasti akan muntah jika makan dan minum di sebelah atau di tengah tumpukan sampah TPST Bandar Gebang.

Tapi coba-kalau suatu hari anda berkunjung ke sana-perhatikan masyarakat yang tinggal di sana. Apakah mereka merasa mual makan di tengah tumpukan sampah? Tidak bukan?. Bahkan sampai "buat anak" mereka bisa sangat enjoy melakukannya di tempat seperti itu.

Saya sama sekali tidak berniat untuk merendahkan siapa saja saudara kita yang tinggal di sekitar TPST Bandar Gebang. Saya hanya ingin menganalogikan bagaimana bau busuk ghibah-yang menjadi topik tulisan saya kali ini-tidak lagi terhendus oleh indra "penciuman batin" masyarakat masa kini.

Itulah mengapa kita tidak lagi bisa mencium aroma busuk ghibah. Hal ini dikarenakan atmosfer sehari-hari kita adalah "atmosfer ghibah" , udara yang keluar-masuk "saluran pernafasan batin" kita adalah "udara ghibah".

Sehingga sangat wajar kita tidak lagi terganggu oleh aroma busuk ghibah karena ghibah sudah menjadi keseharian kita, sehingga "hidung batin" kita sudah kehilangan sensitivitas untuk merasakan betapa menyengatnya bau busuk ghibah itu, sebagaimana penduduk TPST Bandar Gebang yang sudah tidak terusik lagi dengan bau sampah.

Jadi bukannya karena ghibah saat ini sudah tidak lagi berbau busuk. Ghibah-nya sih tetap berbau busuk hanya kita saja yang sudah sangat menikmati kebusukan ghibah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar