Senin, 23 Mei 2011

Suami Ideal

Senin, 25 April 2011

Suami Ideal

Oleh: Mohamad Istihori

Setelah sekian lama menjalin rumah tangga, siang hari ini Mat Semplur (MS) kembali bersua dengan guru besarnya, Kiai Jihad (KJ).

"Bagaimana kabar rumah tanggamu kini?" tanya KJ.

"Al Hamdulillah Kiai sampai hari ini kami terus-menerus untuk belajar saling memahami, mengerti, dan memberi." jawab MS.

MS merasa saat ini adalah merupakan saat yang tepat untuk curhat atau konsultasi kepada KJ.

"Pak Kiai menurut anda bagaimana sih caranya menjadi suami ideal?" tanya MS.

"Untuk menjadi suami ideal itu bisa dibilang susah-susah gampang. Perbandingan susah dengan gampangnya dua banding satu.

Bukan gampang-gampang susah, yang perbandingannya susahnya satu sedang gampangnya dua.

Jadi emang susah jadi suami ideal itu. Butuh keluasan ilmu, kelapangan hati, dan kejembaran perasaan.

Suami ideal itu bukanlah seorang lelaki yang OmDo (Omong Doang) atau NATO (No Action Talk Only).

Suami ideal adalah pelaku utama dari setiap kebaikan dan kebenaran yang ia ajarkan kepada istri dan anak-anaknya.

Suami ideal adalah pihak yang merasa paling berdosa kalau ia melanggar larangan-larangan yang ia tetapkan kepada istri dan keluarganya.

Maka cintailah istrimu seutuhnya. Cintailah segala kekurangannya sebagaimana kau mencintai semua kelebihannya. Terimalah ia apa adanya.

Jangan pernah berhenti, jangan pernah menyerah, dan jangan pernah merasa lelah untuk terus-menerus belajar memahami jiwanya, keinginannya, cita-citanya, dan segala harapan hidupnya.

Pandai-pandailah berterima kasih padanya sekecil apapun kebaikan yang ia lakukan untukmu.

Belajarlah untuk senantiasa memaafkan kesalahannya sebesar apapun kesalahan yang ia lakukan terhadapmu.

Kalau kamu ingin istrimu menjadi seorang pembelajar kehidupan maka kamu haruslah yang pertama mempelajari kehidupan."

Demikianlah beberapa tips KJ kepada MS untuk bisa menjadi suami yang ideal.

Semua Mau Jadi Orang Sholeh

Senin, 15 Mei 2011

Semua Mau Jadi Orang Sholeh

Oleh: Mohamad Istihori

(Sumber: Ust. Taufik )

Kita sebagai anak pasti pengennya punya orang tua yang sholeh. Begitu pun orang tua yang mana sih yang tidak ingin punya anak yang sholeh/sholehah? Karena kelak kalau mereka berdua telah tiada anak yang sholeh jualah yang mendo'akan.

Kalau anak-anak mereka tholeh (anonim dari sholeh) niscaya anak-anak mereka tidak akan bisa mendo'akan mereka.

Sebagai menantu kita juga pasti pengen banget punya mertua sholeh. Demikian juga setiap mertua tentu luluh hatinya ketika anak gadisnya dilamar oleh laki-laki yang sholeh.

Suami berharap istrinya menjadi istri yang sholehah. Karena sebaik-baiknya perhiasan di dunia ini adalah istri yang sholehah.

Apalagi istri, pasti ia juga berharap mendapatkan suami yang sholeh, yang mampu menjadi imam/pemimpin rumah tangga di dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan.

Rakyat mengharapkan memiliki pemimpin yang sholeh agar pemimpin mereka benar-benar menjadi tool of Allah atau perpanjangan tangannya Allah di dalam memberikan kesejahteraan bagi segenap rakyatnya.

Begitu pun dengan pemerintah/pemimpin pasti berharap mempunyai rakyat yang sholeh, yang mudah diajak kepada hal-hal yang baik, positif, dan produktif demi kemaslahatan bersama.

Tapi sebelum kita mengharapkan kesalehan pada yang di luar diri kita marilah kita semua berdo'a, belajar, dan bekerja keras untuk menjadi pribadi-pribadi yang sholeh.

Karena jangankan kita, para nabi dan para rosul pun berdo'a agar Allah memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang sholeh. Misalnya saja Nabi Sulaiman. Ia adalah pewaris kerajaan Nabi Daud yang memiliki kitab Zabur.

Prajurit Nabi Sulaiman ini terbagi kepada tiga bagian: pertama, manusia. Kedua, jin. Dan, ketiga hewan terutama burung. Jadi selain bisa menjalin komunikasi dengan sesama manusia Sulaiman bisa berbicara dengan jin dan hewan.

Diceritakan dalam penghujung surat an Naml (Semut) ayat 19 Sulaiman berdo'a kepada Allah agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang sholeh dengan rahmah-Nya (kasih sayang-Nya).

"...Wa adkhilnii bi rohmatika fii 'ibaadikash shoolihiin." (...Dan masukkanlah aku dengan rahmah-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.)

Penjelasan Surat An Nisa: 110-111

Jum'at, 6 Mei 2011

Penjelasan Surat An Nisa: 110-111

Oleh: Mohamad Istihori

Wa may ya'mal suu-an aw yadzlim nafsahu tsumma yastagfirillaaha yajidillaaha ghofuuror rohiimaa. An Nisa: 110

=> Ya'mal (mengerjakan,melakukan)
-Ya'mal berkedudukan sebagai fi'il syarat. Maka i'rob-nya di-jazamkan.

=> Suu-an
- Suu-an adalah dzanban yasuu-u bihi ghoerohu (dosa yang membuat orang lain kena akibatnya).

=> Yazlim nafsahu (menzalimi diri sendiri)
- Misalnya: meninggalkan sholat.

=> Yastaghfir (beristighfar, mohon ampun, bertaubatan nasuha).
- Yastaghfir di sini bukan cuma sekedar mengucapkan lafadz astaghfirullah. Syarat taubat:
Dosa yang berkaitan Allah:
1. Nadam (menyesal): Misalnya, "Duh nyesel saya nggak sholat."
2. Iqla (melepaskan semua dosa).
3. 'Azam (niat kuat untuk tidak mengulangi lagi).
Dosa yang berkaitan dengan sesama manusia:
1, 2, 3, dan 4. Minta maaf kepada orang yang bersangkutan (roddul madzoolim).

=> Memang baik kita meminta maaf ketika kita berbuat salah pada orang lain tapi lebih baik lagi adalah orang yang menerima maaf atau memaafkan kesalahan orang lain.

=> Jangan pelit ah untuk ngedo'ain orang lain karena saat kita mendo'akan kebaikan bagi orang lain saat itu juga malaikat mendo'akan kita.

=> Jangan marah meskipun saat itu kita punya hak dan dibenarkan untuk marah.

=> Makna hakiim adalalah:
1. Allah Yang Maha memberikan hikmah atas setiap ciptaan-Nya.
2. Allah itu Maha Adil.

Para Pewaris Rosul dan Nabi

Sabtu, 14 Mei 2011

Para Pewaris Rosul dan Nabi

Oleh: Mohamad Istihori

(Sumber: Emha Ainun Nadjib)

Allah itu selain mengutus nabi juga mengutus rosul bagi kehidupan manusia di dunia. Nabi dan rosul ini masing-masing memiliki kewajiban untuk menyampaikan kebenaran baik untuk dirinya pribadi atau pun bagi umatnya.

Setelah Rosulullah Muhammad Saw diutus maka tidak ada lagi Nabi dan Rosul. Maka Muhammad Saw mendapat julukan khootamun nabiyyiin (penutup para Nabi).

Kalau kita mengikuti pengertian baku selama ini Rosul itu adalah seseorang yang diberi wahyu atau kitab dan ia wajib menyampaikannya kepada umatnya. Sedangkan Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu atau kitab tapi ia tidak wajib menyampaikannya kepada umatnya.

Semua pengertian di atas tidaklah salah. Namun kita bisa mengembangkan pengertian Rosul dan Nabi dengan tetap mempelajari isyarat-isyarat Allah melalui firman-firman-Nya.

Pertama rosul. Allah berfirman, "Athiiul laaha wa athiiur rosuula wa uulil amri mingkum." Taatlah kamu sekalian kepada Allah, taat kepada Rosul, dan kepada para pemimpin di antara kalian.

Jadi ada garis antara Allah, Rosul, kemudian ulil amri. Ulil amri ini adalah pemerintah (umara) dari tingkat RT sampai Presiden.

Pada ayat di atas dengan sangat tegas dijelaskan taat kepada Allah dan Rosul-Nya itu bersifat mutlak karena pada ayatnya athiiul llah wa athiiur rosul. Memakai athiiuu.

Sedangkan taat kepada umara atau pemerintah tidaklah mutlak karena pada ayatnya tidak memakai athiiuu tapi langsung wa uulil amri mingkum.

Kemudian ulil amri itu terdapat kata amri atau amr yang artinya perintah. Maka tugas ulil amri itu adalah memberi perintah atas kebaikan. Kebaikan yang sudah diperintahkan itu namanya ma'ruuf. Ya'muruuna bil ma'ruuf.

Jadi, sekali lagi tugas pemerintah itu memberi perintah kebaikan plus mencegah kemungkaran atau amar ma'ruuf nahyil mungkar.

Jadi kalau kita sekarang ini berada dalam garis tugas pemerintahan berkatanya, "Saya perintahkan kepada Kapolri." Bukan, "Saya menghimbau. Saya menyarankan. Saya ajak."

Kedua, nabi. Kalau nabi pewarisnya adalah ulama. Sebagaimana sabda Rosulullah Saw, "Al ulamaau waroostatul ambiyaai." Ulama itu adalah pewaris para nabi.

Kata ulama berasal dari kata "'alima-ya'lamu-'ilman-fahuwa 'aalimun." Artinya orang yang berilmu, para pakar, atau para ahli.

Ulama itu dituntut untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena luasnya cangkupan yang harus diselesaikan oleh ulama ini maka harus dibagi-bagi.

Ada ulama pertanian, ulama peternakan, ulama sains dan teknologi, ulama handphone, ulama fiqih, ulama sastra, dan berbagai macam ulama lainnya.

Maka kalau kita teliti lebih jeli di al Quran akan kita temukan istilah-istilah ulil albab, ulil abshor, dan ulin nuha.

Ulil abshor ini adalah para cendikiawan atau ahli pikir lainnya.

Ulil albab misalnya MenDaGri (Menteri dalam Negeri).

Ulin nuha adalah penjaga keamanan stabilitas sebuah organisasi, lembaga, atau negara seperti Polisi atau TNI.

Tugas ulama itu bukan amar ma'ruf nahyil mungkar. Tugas ulama itu dakwah khoer nahyil mungkar. Mengajak kepada kebaikan khoer dan mencegah kepada kemungkaran.

Misalnya mengapa jalan raya di Puncak Bogor suatu saat macet dan suatu saat lancar? Mengapa bisa terjadi wabah ulat bulu di negara kita ini?

Mengapa musim saat ini kok berubah-ubah? Mengapa bisa terjadi pemanasan global? Apakah hukum fb-an itu? Haram? Halal? Mubah? Sunah? Makruh? Atau wajib?

Nah itu semua adalah sebagian contoh dari berbagai macam masalah atau problema yang saat ini dihadapi oleh masyarakat kita. Tugas ulamalah untuk mencari solusi dan alternatifnya untuk kemudian disampaikan kepada umara.

Kemudian umara mengeluarkan perintah berdasarkan saran-saran dan masukan ulama, para ahli, atau para menterinya.

Istilah-istilah seperti ulil amri, ulil albab, ulil abshor, dan ulin nuha apakah semua itu sudah sampai pada kita semua pengertiannya?

Kalau belum, emang sudah berapa abad Islam di Indonesia ini? Kok bisa belum sampai semua pengertian itu? Jadi menafsirkan al Quran itu adalah sebuah kegiatan yang mengairahkan. Karena ia tidak terbatas oleh batasan umur atau bangku sekolah. Baik sekolah/universitas yang formal atau yang non formal.

Semoga dengan adanya pemahaman ini kita semua menjadi merasa memiliki kewajiban untuk meneruskan tugas para rosul atau nabi apapun pekerjaan, profesi, atau kegiatan yang tengah kita geluti saat ini.

Kedua, semoga, dengan pemahaman ini pula, umaro dan ulama kita bisa bersinergi dan bekerja sama sehingga kita sebagai umat ataupun masyarakat menjadi sejahtera, merasa aman dalam bekerja dan menjalankan ibadah.

Muhadhoroh

Sabtu, 14 Mei 2011

Muhadhoroh

Oleh: Mohamad Istihori

Jangan sampai muhadhoroh ini menjadi beban. Tapi jadikanlah muhadhoroh ini sebagai tantangan yang harus kita jalani sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita.

Jadi orang yang sukses itu adalah orang yang menjadikan muhadhoroh sebagai tantangan bukan beban apalagi rintangan.

Jadi jangan merasa, "Aduh muhadhoroh lagi muhadhoroh lagi." Enjoy aja iya. Nikmati aja muhadhoroh ini karena di dalamnya kita tidak dibatasi dan sama sekali tidak terikat oleh materi atau tema tertentu.

Teman-teman dibebaskan untuk saling berbagi cerita sebagaimana kita ngobrol sambil ngopi di depan Madani atau di ruang nonton TV.

Sebagaimana Syahrul sendiri bilang, "Sesungguhnya cobaan itu hanya sementara. Dan, kalau kita mau bersabar maka setalah satu cobaan niscaya kita akan mendapat beribu-ribu kenikmatan."

Selamat bermuhadhoroh di malam Minggu wahai sahabat-sahabat Madani.

Kembali Belajar Berkata-kata

Sabtu, 15 Mei 2011

Kembali Belajar Berkata-kata

Oleh: Mohamad Istihori

Tidak semua orang mampu mengontrol dengan baik kata-kata yang ia keluarkan dari mulutnya. Tidak semua dari kita antara sistem syaraf di otaknya memiliki persesuaian dengan kata-kata yang ia ucapkan. Demikian ujar EAN dalam salah satu tausyiahnya.

Oleh karena itu, pertama, biar bagaimanapun kita harus memberikan ruang dan waktu untuk siapa saja berbicara pada forum Muhadhoroh ini.

Sebagai sesama sahabat dan karena kita juga di sini sebagai sebuah keluarga Madani maka kita harus berjiwa besar dan berlapang dada untuk mendengarkan segala apa yang disampaikan oleh teman-teman kita nanti.

Kedua, karena itu tadi, tidak semua orang bersesuaian antara apa yang ia pikirkan dengan apa yang ia ucapkan maka kita butuh latihan. Karena seperti pemain bola yang hebat itu bukan pemain yang terlatih melainkan pemain yang tidak pernah lelah berlatih.

Kita bermuhadhoroh ria tiap malam minggu di Madani ini di antara maksudnya bagi saya adalah agar kita benar-benar mampu mengontrol setiap kata sebelum ia "dilahirkan" oleh mulut kita.

Hal ini besar kemungkinan tercapai karena dalam muhadhoroh kita belajar berkata-kata secara tertata dan tersusun rapih terutama dan tentu saja untuk menguji seberapa interaktifkah kita dalam mengkonsumsikan pemikiran, ide, gagasan, atau cerita yang sedang kita sampaikan?

Hati-hati Mati Hati

Jum'at, 20 Mei 2011

Hati-hati Mati Hati

Oleh: Mohamad Istihori

Semoga pengajian ini, muhadhoroh, berjama'ah, zikir, dan segala aktivitas ibadah kita setiap hari bisa menjadi sebab hidupnya kembali hati kita.

Hati itu adalah ro-sul jawaarih atau pemimpin seluruh anggota badan. Ketika hati kita mati maka otomatis badan kita akan terasa berat untuk diajak beribadah dan beraktivitas yang positif.

Hati yang matilah yang membuat kita malas berjama'ah atau ogah zikir bareng setelah sholat bersama. Meskipun zikir cuma beberapa menit tapi karena hati kita belum hidup maka rasa zikir itu luamaa banget.

Coba teman-teman bayangkan, emang berapa jauh sih berjalan dari kamar menuju ke musholah al Madani? Coba bandingkan kalau kita mau beli rokok. Meski sudah larut malam, meski gerimis kita bela-belain itu demi bisa membeli rokok.

Menghindari Kedustaan

Jum'at, 15 April 2011

Menghindari Kedustaan

Oleh: Mohamad Istihori

Orang yang bilang cinta al Quran tapi ia jarang membacanya itu berarti cuma di mulut saja. Itu juga berarti cintanya dusta dan bohong belaka.

Oleh karena itu semoga dengan kita mempelajari al Quran dan membacanya pada siang dan malam hari bisa menghindarkan kita dari kedustaan-kedustaan kita selama ini.

Senin, 09 Mei 2011

Li Kekasih

Ahad, 24 April 2011

Li Kekasih

Oleh: Mohamad Istihori

Pada suatu malam Mat Semplur pernah diajak kekasihnya ta'ziyah ke rumah sahabat kekasihnya yang baru saja ditinggal wafat "kekasih halalnya".

Sesampai di rumah sahabat kekasihnya itu waktu menunjukkan sekitar pukul 13.00 WIB. Panas sangat menyengat membuat kepala kami pleng-plengan.

Mat Semplur mengira menjelang sore mereka akan kembali pulang. Ternyata kekasihnya punya rencana lain yang Mat Semplur tidak tahu (hidden agenda). Kekasihnya ingin mereka bermalam di rumah sahabat dekatnya itu. Dengan sangat terpaksa akhirnya Mat Semplur pun mengiyakan rencana kekasihnya. Mat Semplur tidur di kamar tamu sedangkan kekasihnya tidur bersama teman kekasihnya di kamarnya.

Sekitar pukul 03.00 WIB Mat Semplur terbangun. Setelah berpikir sebentar ia menuju kamar mandi, buang air kecil, bersuci, kemudian berwudhu. Setelah itu ia pun melaksanakan sholat sunah tahajud.

Hari demi hari berlalu. Saat di rumah, saat terbangun pukul 03.00 WIB Mat Semplur berpikir waktu sholat Shubuh masih lama dan akhirnya ia pun memutuskan untuk tidur lagi. Dini hari itu tidak ada dalam dirinya dorongan, motivasi, apalagi semangat untuk melaksanakan sholat Tahajud sebagaimana ketika ia bermalam di rumah sahabat kekasihnya.

Setelah melaksanakan sholat Shubuh pelan-pelan ia tersadar ternyata tahajudnya ketika itu bukanlah lilallahi ta'aala tapi li kekasihnya. Ia pun menangis sejadi-jadinya dan bertobat serta berjanji akan belajar bersungguh-sungguh melakukan ibadah semata-mata karena Allah SWT bukan karena orang lain apalagi hanya karena kekasihnya yang belum tentu benar-benar menjadi teman hidupnya di kehidupan yang akan datang.

Syair Detoksifikasi

Rabu, 23-03-2011

Syair Detoksifikasi

Oleh: Mohamad Istihori

Aku melihat manusia itu dalam keadaan tak sadarkan diri
Ia berbuat dan berlaku sesuka hati
Atau dalam bahasa lain ia itu dalam kondisi disorientasi
Karena detoksifikasi

Ia berjalan ke sana kemari
Pada siang, malam, sampai pagi
Tak sadarkan diri
Karena detoksifikasi

Yang jaga capek setengah mati
Yang dijaga mana peduli?
Yang dijaga ketawa-ketiwi
Yang mau jaga siapa lagi?

Percikan-percikan Pelajaran dari Surat al Baqoroh ayat 51

Sabtu, 23 April 2011

Percikan-percikan Pelajaran dari Surat al Baqoroh ayat 51

Oleh: Mohamad Istihori

1. Kita menjadi malas melakukan kebaikan ketika tidak ada lagi orang yang menyeru untuk melakukan kebaikan.

Hal ini menandakan bahwa kita masih sangat bergantung kepada faktor-faktor yang di luar diri kita daripada yang di dalam diri kita di dalam melakukan kebaikan.

2. Mengapa kok sapi yang dijadikan Tuhan oleh Musa as Samiri?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita mesti kembali di mana ada seorang yang dibunuh kemudian ia bisa hidup kambali setelah dipukulkan dengan buntut sapi betina.

Dari sinilah kemudian umat Nabi Musa, ketika Musa uzlah ke Gunung Tursina, menyembah sapi betina (al baqoroh).

Zaman sekarang pun orang kadang bertuhan kepada selain Allah. Sebagaimana umat Nabi Musa, kita sekarang kerap menuhankan sesuatu yang menakjubkan hati kita.

Tuhan itu artinya adalah yang kita nomor satukan dalam hidup kita. Kalau yang nomor satu dalam hidup kita adalah pekerjaan, maka Tuhan kita adalah pekerjaan.

Pada zaman kita ada seorang anak kecil bernama Ponari beserta batu "ajaibnya" yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit dengan hanya mencelupkan batunya ke dalam segelas air yang dibawa para "pasiennya".

Banyak orang yang takjub akan batu Ponari sehingga meyakini dan percaya bahwa batu Ponari adalah sesuatu yang menyembuhkan penyakit.

Pada prinsipnya apapun yang kita percaya untuk menyembuhkan penyakit kita yang selain Allah itu sama saja musyrik sebagaimana umat Musa. Yang menyembuhkan penyakit itu Allah yang selain Allah itu cuma mengobati.

Pegawai Tuhan

Kamis, 21 April 2011

Pegawai Tuhan

Oleh: Mohamad Istihori

Saya harus jujur untuk mengakui kesungguhan bapak dalam menjalankan profesinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sejak awal beliau bekerja sampai hari ini menjelang masa pensiunnya saya tetap melihat kegigihannya.

Entah karena kerjanya berhubungan dengan TNI AD atau karena memang didasari kesungguhannya di dalam menjalankan tugas-tugasnya di kantor.

Setiap pagi beliau selalu berangkat setiap pagi kira-kira pukul 05.00 WIB. Kalau dulu bawa mobil jemputan kini beliau berangkat kerja dengan mengendarai motor. Dan, beliau beliau selalu pulang kerja sesuai dengan jam pulang yang sudah disepakati.

Bagi saya memang demikianlah semestinya seorang PNS. Ia tidak boleh seenaknya dan sembarangan meninggalkan kewajibannya karena saat pelantikan ia bersaksi di bawah kitab suci untuk menunaikan segala kewajiban yang diamanatkan kepadanya. Setiap bulan pun para PNS mendapatkan gaji yang tetap.

Maka kebangetan banget kalo PNS pada malas-malasan kerja dan banyak bolosnya ketimbang hadir. Banyak minta tanpa berkarya.

Demikian jugalah semestinya seorang muslim yang mukmin itu adalah seorang pegawai Tuhan. Tuhan itu sudah menentukan dan menghendaki apa saja yang sudah, sedang, dan akan terjadi atas hidup dan kehidupan kita.

Tuhan sudah melimpahkan berbagai macam nikmat-Nya kepada kehidupan kita dalam jumlah yang sedikit pun kita tidak akan memiliki kemampuan untuk menghitungnya.

Sebagai seorang muslim pun kita sudah bersaksi bahwa kita hanya beribadah kepada Allah dan meyakini bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah.

Sebagai seorang pegawai Tuhan kita harus memiliki kesadaran dan etos kerja sebagaimana kesadaran dan etos kerja yang dimiliki PNS.

Pegawai Tuhan harus sungguh-sungguh menepati waktu ibadah yang telah ditentukan oleh Allah sebagai kewajiban yang harus dijalani dengan penuh kesadaran, kesabaran, dan keikhlasan.

Pantangan-pantangan Kehidupan

Senin, 11-04-2011

Pantangan-pantangan Kehidupan

Oleh: Mohamad Istihori

Ketika seseorang hendak memiliki tubuh atletis maka ia dikenai beberapa pantangan agar apa yang ia harapkan bisa tercapai. Maka ia mulai mantang. Ia tidak boleh sembarang makan.

Segala apa yang hendak masuk ke dalam perut melalui mulutnya ia diperhitungkan dengan matang demi menjaga keatletisan tubuh yang hendak ia capai.

Ia harus rutin fitness. Nggak boleh cepat bosan sampai target tercapai. Lebih baik lagi jika ia minum susu yang sesuai untuk pembentukan tubuh yang atletis.

Dan, segala macam tetek-bengek pantangan dan disiplin harus ia jalani demi mencapai apa yang didamba-dambakan yaitu memiliki body atletis.

Jadi dalam olahraga fitness ada pantangan-pantangan, ada "puasa" yang harus dijalani dengan penuh kesadaran dan disiplin.

Kalau kita mau perluas pembahasan ini semua hal dalam kehidupan ini memiliki berbagai macam pantangan agar kita bisa meraih apa yang kita targetkan.

Hidup ini penuh dengan pantangan-pantangan dan batasan-batasan. Setiap orang yang menyadari akan hal ini pasti akan menemukan kemerdekaan dan kebebasan yang sejati.

Orang yang ngejar-ngejar kemerdekaan atau kebebasan (freedom) justru akan kecele karena mereka melupakan batasan dan pantangan kehidupan yang sesungguhnya.

Ibarat orang yang membawa kendaraan ia harus mengikuti berbagai macam batasan dan pantangan agar ia menemukan kebebasan dan kemerdekaan berkendara.

Orang yang berlaku bebas sebebas-bebasnya di jalan raya justru membahayakan dirinya atau bahkan orang lain juga akan ikut celaka akibat ulahnya.

Membaca Kehendak Allah

Sabtu, 23 April 2011

Membaca Kehendak Allah

Oleh: Mohamad Istihori

Bagaimanakah caranya mengenali kehendak Allah terhadap kehidupan kita? Kan nggak mungkin Allah bilang langsung ke kita bla...bla...bla...

Yang agak mungkin kita lakukan untuk membaca kehendak Allah adalah dengan kita mengenali potensi-potensi yang ada di dalam diri kita. Entah itu namanya bakat, skill, atau kemampuan.

Sebuah hikmah berkata, "Man 'arofa nafsahu 'arofa robbahu." Orang yang mengenal dirinya, bakatnya, potensinya, kemampuan, atau skill-nya maka dia akan mengenal Tuhannya.

Kalau kita sudah mengenal Tuhan dengan baik maka otomatis kita mengenal apa yang Allah kehendaki pada hidup kita.

Allah itukan memiliki kehendak yang berbeda-beda terhadap setiap individu manusia. Ada yang dikendaki Allah menjadi seorang guru, menjadi pejabat, pedagang, konselor, penceramah, dan segala apa yang terjadi dalam kehidupan kita.

Pada kehendak Allah itu ada yang bersifat permanen artinya kita tidak bisa merubahnya. Tapi ada juga kehendak Allah yang sifatnya dinamis. Artinya ia bisa kita ubah sesuai dengan seberapa keras usaha kita di dalam mengubah kehendak Allah tersebut kepada kehendak Allah yang lain yang lebih baik lagi.

Pada kehendak Allah yang kedua inilah kita diberikan ruang diskusi yang seluas-luasnya oleh Allah.

Maka berapakah umur kita sekarang? Dengan umur kita yang sekian tahun itu sudahkah kita mampu tahu, memahami, dan memaknai setiap kehendak Allah yang ada dalam hidup kita ini?

Koalisi Thu`mah

Jum'at, 22 April 2011

Koalisi Thu'mah

Oleh: Mohamad Istihori

Pada zaman Rosul pernah hidup seorang yang bernama Thu'mah bin Ubainiq. Suatu hari ia mencuri baju besi.

Biar nggak ketahuan sama orang lain baju besi tersebut ia sembunyikan di rumah seorang Yahudi. Dan, Yahudi itu sama sekali tidak mengetahui bahwa Thu'mah dan kaumnya telah menyembunyikan baju besi curian di rumahnya. Thu'mah dan konco-konconya pun menyusun rencana pada malam hari untuk kembali ke rumah si Yahudi nanti ketika keadaan sudah tenang dan kondusif untuk menjalankan rencananya tersebut.

Belum sempat Thu'mah mengambil baju besi curian tersebut ternyata orang-orang sudah tahu. Karena rencananya terbongkar sebelum pelaksanaan (eksekusi) maka sebelum semua orang mencurigainya ia pun segera menuduh bahwa si Yahudilah yang telah mencuri baju besi itu.

Si Yahudi komplen dong. Kan bukan dia yang melakukan pencurian tersebut. Maka tidak ada ketika itu orang apalagi lembaga atau organisasi yang bisa dipercaya untuk memutuskan sebuah perkara hukum dan mencari keadilan kecuali Rosulullah Muhammad Saw.

Setelah menyelidiki dengan teliti, hati-hati, dan detail ternyata Rosulullah mengetahui bahwa yang mencuri baju besi adalah Thu'mah bukan si Yahudi. Maka meski si Yahudi non muslim dan Thu'mah mengaku orang Islam, karena yang salah adalah Thu'mah maka Nabi memberi hukuman kepada Thu'mah yang telah mencuri baju besi tersebut.

Ternyata memang yang namanya sebuah peristiwa sejarah itu selalu berulang. Cuma yang beda pelakunya saja dan oleh Allah agar jalan ceritanya tidak monoton, lebih berwarna, tidak menjemukan, dan tidak membosankan kita maka ditambah beberapa variasi.

Di Indonesia bisa kita temukan Thu'mah-Thu'mah yang mencuri uang rakyat kemudian uang curian tersebut biar aman dan agar pelakunya ini nggak ketawan maka uang curian tersebut di simpan di rekeningnya Gayus Tambunan atau rekening miliki Inong Melinda Dee.

Variasi ceritanya, kalau zaman Rosul si Yahudi yang rumahnya disembunyiin baju besi curian nggak tahu kalau rumahnya dijadikan tempat persembunyian barang curian oleh Thu'mah sedangkan zaman sekarang orang yang dititipin uang curian tahu kalau di rekeningnya tersimpan uang curian.

Loh mengapa Gayus atau Melinda mau saja di rekeningnya tersimpan uang curian?

Iya karena mereka sudah dijamin akan mendapatkan materi yang berlimpah asalkan kalau ketahuan tidak memberi tahu si penyimpan uang curian tersebut. Dan, kalau pun di penjara sebenarnya itu cuma formalitas saja. Toh mereka tetap bisa keluar penjara kapan pun mereka suka. Bisa tetap menjalankan usaha dan bisnisnya. Bisa tetap nonton pertandingan tenis ke Bali atau jalan-jalan ke luar negeri.

Ini semua bisa terjadi karena kita belum benar-benar memiliki individu, organisasi, atau lembaga penegak hukum yang amanah, bisa dipercaya, berani menegakkan kebenaran apapun resikonya, tidak silau oleh materi yang belimpah, tidak tergoda oleh "selangkangan", dan jujur pada diri sendiri.

Kerewelan Seorang Bocah

Selasa, 26 April 2011

Kerewelan Seorang Bocah

Oleh: Mohamad Istihori

Sore ini dalam perjalanan menuju rumah, Allah menghadirkan seorang bocah dengan ibunya kepada segenap penumpang angkot 56 jurusan UKI-Cibubur-Cileungsi.

Bagi orang awam macam kita mungkin kita akan menyebutnya anak yang rewel, bawel, banyak cing-cong, atau entah berbagai istilah lain yang mewakili kekesalan kita sebagai orang tua saat menghadapi anak yang banyak tanyanya.

Si anak bertanya tentang banyak hal. "Kok mobilnya lama banget sih Mah mangkalnya?" Tidak sampai di situ ia terus bertanya tentang hal yang bermacam-macam pada ibunya, misalnya, "Mah pak polisinya mana lagi kok nggak kelihatan-kelihatan sih?"

"Mah ini mobil siapa?"

"Loh Mamah kok bayar sih?"

Dan, banyak pertanyaan yang ia ajukan. Selain itu ia juga ingin melihat apa yang terjadi di luar mobil tanpa mengerti keadaan yang sangat sempit, berdesak-desakan, dan penuh sesak penumpang dalam angkot.

Orang tua yang nggak sabaran pasti akan marah jika anaknya bertingkah dan banyak menanyakan hal-hal yang "nggak penting" sama sekali itu. Mungkin sebagai orang tua kita berkata, "Banyak banget nanya sih?" Atau, "Bisa diam nggak sih? Nanya mulu dari tadi!"

Kita sebagai orang tua menganggap kerewelan anak merupakan suatu hal yang merepotkan, menyusahkan, bahkan menyengsarakan. Padahal pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan anak kita merupakan sebuah pertanda keingintahuannya.

Ketika kita enggan meladeni kerewelan anak kita maka itu sama saja membunuh rasa ingin tahunya. Kita katanya mau punya anak pandai, cerdas, dan memiliki pengetahuan yang luas. Tapi dalam menjalani prosesnya kita kurang memiliki kesabaran.

Anak yang rewel pada batasan tertentu merupakan tanda bahwa ia merupakan anak yang pandai karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika kita malas meladeni kerewelan anak kita maka jangan marah kalau kemudian ia mencari sosok lain selain orang tuanya yang mampu memuaskan "kehausan" dan "kelaparan" rasa ingin tahunya itu.

Iya kita bersyukur kalau ia menemukan sosok yang tepat yang bisa menggantikan posisi orang tuanya sebagai tempat bertanya. Yang kita khawatirkan adalah ketika ia mendapatkan orang yang salah sebagai tempat bertanya.

Maka marilah semaksimal mungkin kita jawab segala apa yang anak kita tanyakan. Kalau tidak tahu maka katakan yang sejujurnya sambil kita belajar kembali, menggali, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya.

Kaburo Maktan

Rabu, 27 April 2011

Kaburo Maktan

Oleh: Mohamad Istihori

Saya sangat tidak paham mengapa ada orang yang kayaknya paling pintar dan paling benar (asa pang palingna) kalau sudah ngomong agama.

Tapi pada kenyataannya sehari-hari, pada praktek, dan kenyataannya ia kurang memiliki gairah dan semangat untuk beribadah. Maka jangan heran kalau teman-teman menyaksikan pribadi yang seperti itu.

Kalau kata pepatah kepribadian seperti itu seperti, "Tong kosong nyaring bunyinya." atau, "Air beriak tanda tak dalam."

Ibadah Kok Dipaksa?

Ahad, 1 Mei 2011

Ibadah Kok Dipaksa?

Oleh: Mohamad Istihori

Kalau kita nikah karena merasa terpaksa atau dipaksa sama pihak yang di luar diri kita baik itu orang tua, teman, atau siapa pun maka itu sama saja kita menjadikan mereka Tuhan. Karena yang berhak memaksa dan memerintahkan kita untuk ibadah hanyalah Allah SWT.

Setelah mencapai usia baligh maka setiap orang sudah dewasa. Orang yang dewasa beribadah harus dengan kesadaran mereka masing-masing. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengajak orang lain atau keluarga kita untuk beribadah bukan memaksanya.

Kalau kita memaksa orang untuk nikah dengan orang yang tidak ia sukai itu berarti kita merampas hak Tuhan untuk menentukan jodohnya. Nikah dalam Islam itu ibadah maka tidak boleh ada sedikit pun paksaan dalam pernikahan.

Kalau anak kecil karena kita anggap dia belum baligh dan dewasa maka kita masih boleh deh "memaksanya" untuk sholat. Tapi saat sudah dewasa keputusan untuk sholat atau pun meninggalkan sholat sepenuhnya berada padanya.

Oleh karena itulah sekarang ini tantangannya adalah bagaimana kita memiliki kecerdasan pribadi sekaligus formula budaya yang bisa mengajak orang untuk beribadah tanpa merasa dipaksa.

Yang harus kita lakukan sekarang adalah menumbuhkan kesadaran bahwa ibadah adalah bukti pengabdian kita dan memang juga merupakan kebutuhan hidup kita. Ibadah itu bukan beban sebagaimana anggapan kita selama ini.