Senin, 23 Mei 2011

Para Pewaris Rosul dan Nabi

Sabtu, 14 Mei 2011

Para Pewaris Rosul dan Nabi

Oleh: Mohamad Istihori

(Sumber: Emha Ainun Nadjib)

Allah itu selain mengutus nabi juga mengutus rosul bagi kehidupan manusia di dunia. Nabi dan rosul ini masing-masing memiliki kewajiban untuk menyampaikan kebenaran baik untuk dirinya pribadi atau pun bagi umatnya.

Setelah Rosulullah Muhammad Saw diutus maka tidak ada lagi Nabi dan Rosul. Maka Muhammad Saw mendapat julukan khootamun nabiyyiin (penutup para Nabi).

Kalau kita mengikuti pengertian baku selama ini Rosul itu adalah seseorang yang diberi wahyu atau kitab dan ia wajib menyampaikannya kepada umatnya. Sedangkan Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu atau kitab tapi ia tidak wajib menyampaikannya kepada umatnya.

Semua pengertian di atas tidaklah salah. Namun kita bisa mengembangkan pengertian Rosul dan Nabi dengan tetap mempelajari isyarat-isyarat Allah melalui firman-firman-Nya.

Pertama rosul. Allah berfirman, "Athiiul laaha wa athiiur rosuula wa uulil amri mingkum." Taatlah kamu sekalian kepada Allah, taat kepada Rosul, dan kepada para pemimpin di antara kalian.

Jadi ada garis antara Allah, Rosul, kemudian ulil amri. Ulil amri ini adalah pemerintah (umara) dari tingkat RT sampai Presiden.

Pada ayat di atas dengan sangat tegas dijelaskan taat kepada Allah dan Rosul-Nya itu bersifat mutlak karena pada ayatnya athiiul llah wa athiiur rosul. Memakai athiiuu.

Sedangkan taat kepada umara atau pemerintah tidaklah mutlak karena pada ayatnya tidak memakai athiiuu tapi langsung wa uulil amri mingkum.

Kemudian ulil amri itu terdapat kata amri atau amr yang artinya perintah. Maka tugas ulil amri itu adalah memberi perintah atas kebaikan. Kebaikan yang sudah diperintahkan itu namanya ma'ruuf. Ya'muruuna bil ma'ruuf.

Jadi, sekali lagi tugas pemerintah itu memberi perintah kebaikan plus mencegah kemungkaran atau amar ma'ruuf nahyil mungkar.

Jadi kalau kita sekarang ini berada dalam garis tugas pemerintahan berkatanya, "Saya perintahkan kepada Kapolri." Bukan, "Saya menghimbau. Saya menyarankan. Saya ajak."

Kedua, nabi. Kalau nabi pewarisnya adalah ulama. Sebagaimana sabda Rosulullah Saw, "Al ulamaau waroostatul ambiyaai." Ulama itu adalah pewaris para nabi.

Kata ulama berasal dari kata "'alima-ya'lamu-'ilman-fahuwa 'aalimun." Artinya orang yang berilmu, para pakar, atau para ahli.

Ulama itu dituntut untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena luasnya cangkupan yang harus diselesaikan oleh ulama ini maka harus dibagi-bagi.

Ada ulama pertanian, ulama peternakan, ulama sains dan teknologi, ulama handphone, ulama fiqih, ulama sastra, dan berbagai macam ulama lainnya.

Maka kalau kita teliti lebih jeli di al Quran akan kita temukan istilah-istilah ulil albab, ulil abshor, dan ulin nuha.

Ulil abshor ini adalah para cendikiawan atau ahli pikir lainnya.

Ulil albab misalnya MenDaGri (Menteri dalam Negeri).

Ulin nuha adalah penjaga keamanan stabilitas sebuah organisasi, lembaga, atau negara seperti Polisi atau TNI.

Tugas ulama itu bukan amar ma'ruf nahyil mungkar. Tugas ulama itu dakwah khoer nahyil mungkar. Mengajak kepada kebaikan khoer dan mencegah kepada kemungkaran.

Misalnya mengapa jalan raya di Puncak Bogor suatu saat macet dan suatu saat lancar? Mengapa bisa terjadi wabah ulat bulu di negara kita ini?

Mengapa musim saat ini kok berubah-ubah? Mengapa bisa terjadi pemanasan global? Apakah hukum fb-an itu? Haram? Halal? Mubah? Sunah? Makruh? Atau wajib?

Nah itu semua adalah sebagian contoh dari berbagai macam masalah atau problema yang saat ini dihadapi oleh masyarakat kita. Tugas ulamalah untuk mencari solusi dan alternatifnya untuk kemudian disampaikan kepada umara.

Kemudian umara mengeluarkan perintah berdasarkan saran-saran dan masukan ulama, para ahli, atau para menterinya.

Istilah-istilah seperti ulil amri, ulil albab, ulil abshor, dan ulin nuha apakah semua itu sudah sampai pada kita semua pengertiannya?

Kalau belum, emang sudah berapa abad Islam di Indonesia ini? Kok bisa belum sampai semua pengertian itu? Jadi menafsirkan al Quran itu adalah sebuah kegiatan yang mengairahkan. Karena ia tidak terbatas oleh batasan umur atau bangku sekolah. Baik sekolah/universitas yang formal atau yang non formal.

Semoga dengan adanya pemahaman ini kita semua menjadi merasa memiliki kewajiban untuk meneruskan tugas para rosul atau nabi apapun pekerjaan, profesi, atau kegiatan yang tengah kita geluti saat ini.

Kedua, semoga, dengan pemahaman ini pula, umaro dan ulama kita bisa bersinergi dan bekerja sama sehingga kita sebagai umat ataupun masyarakat menjadi sejahtera, merasa aman dalam bekerja dan menjalankan ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar