Jumat, 17 Desember 2010

Muhammad yang Jujur

Cibubur, Sabtu, 25 September 2010

Muhammad yang Jujur

Oleh: Mohamad Istihori

Muhammad...
Dari bibirmu meluncur
Kata-kata jujur
Dan, menghibur

Hati yang Selesai

Cibubur, Jum'at, 24 September 2010

Hati yang Selesai

Oleh: Mohamad Istihori

Sore ini Kiai Jihad teringat kenangan masa mudanya. Saat muda ia sudah menyelesaikan hatinya untuk bertekad dalam hati yang paling dalam untuk menjadi ustadz dan menemani para santri menemukan jati diri mereka.

Saat muda dulu sebenarnya ia banyak mendapat masukan agar meninggalkan dunia keustadzan. Atau minimal kalau tidak meninggalkan sama sekali, namun bisa mencari kerja yang lebih banyak menghasilkan keuntungan materi.

"Karena 'kerja' sebagai ustadz itu susah kayanya. Pendapatan pas-pasan, kerja nggak kenal waktu, dan banyak mendapatkan fitnah dari orang mendingan lu cari kerja lain yang lebih jelas dan yang penghasilannya oke." ujar seorang teman masa muda Kiai Jihad.

Kiai Jihad muda bukan orang yang saklek. Meski sudah sangat bertekad dengan dirinya sendiri, ia juga tetap mencoba saran teman-temannya.

Namun nasib memang menggiring Kiai Jihad ke medan dakwah dan pendidikan. Ia pun semakin menemukan jalannya untuk bertemu dengan kebenaran yang sejati.

Setiap orang memang dipersilahkan memilih jenis pekerjaan apa saja. Seorang pelukis bisa menemukan Tuhan melalui lukisannya. Seorang penyanyi tidak mustahil bertemu Allah melalui aktivitas dan kesibukannya sebagai penyanyi.

Seorang politikus, konselor, budayawan, insan perfilman, guru, tukang parkir, tukang ojek, SPG, buruh migran, dan penulis bisa bertemu dengan Tuhan melalui kesibukannya asalkan ia tetap menjaga kejujuran yang berlaku di dalam dirinya sendiri.

Yang sangat ironis, bisa saja seorang ustadz, kiai, penceramah, tokoh masyarakat/adat, atau guru agama justru menjadi musuh utama Tuhan karena merasa suci dan merasa benar sendiri.

Pokoknya apapun jenis pekerjaan kita, kerjakanlah dengan sepenuh hati dan dengan hati yang selesai. Artinya tidak ada perasaan, "Ah enakan jadi ustadz, enak kerjaan santai, cuma ceramah doang dapat duit banyak."

Sedangkan ustadz sendiri bilang, "Enak iya jadi PNS gaji pasti, dapat uang pensiunan, waktu kerja jelas."

Itu baru dua contoh perasaan yang mungkin muncul dari hati manusia-manusia yang hatinya belum selesai dalam menjalani pekerjaannya.

Pembunuhan yang Tidak Sengaja

Senin, 13-12-2010

Pembunuhan yang Tidak Sengaja

(TJ: 84, an Nisa: 92)

Oleh: Mohamad Istihori

"Wa maa kaana limu-minin ay yaqtula mu-minan illaa khotho-aa = Dan, tidak selayaknya/tidak sepantasnya, terjadi kepada seorang mukmin membunuh mukmin yang lainnya kecuali karena tidak sengaja/karena kesalahan."

Kalau kita perhatikan redaksi dalam ayat 92 ini memakai kata mu-min. Dengan kata lain mustahil, nggak mungkin, nggak masuk akal, atau merupakan sebuah peristiwa yang irrasional dan imposible ada orang mukmin melakukan suatu perbuatan yang sangat dilarang oleh agama dan termasuk ke dalam dosa besar yaitu kasus pembunuhan.

Mengapa demikian? Karena secara derajat (kemuliaan manusia di sisi Allah) spiritualitas seorang pemeluk Islam itu ada tiga: pertama muslim. Mukmin. Dan, ketiga muttaqin.

Kalau derajat keagamaan kita dalam berislam masih pada tingkat muslim maka sangat dimungkinkan ada pertengkaran, pertikaian, perselisihan, bahkan sampai bunuh-bunuhan.

Maka dari itu juga jangan kaget kalau dalam Islam ada perpecahan. Dalam kemusliman seseorang masih ada potensi golongan, kelompok, mazhab, atau organisasi keagamaan tertentu yang diyakini.

Yang NU masih fanatik buta dengan ke-NU-annya dan menganggap yang selain itu keliru. Orang Muhammadiyah masih fanatik dengan ke-Muhammadiyah-annya sehingga mengira bahwa yang selain orang Muhammadiyah adalah salah.

Mungkinkah seorang muslim saling bunuh-bunuhan? Jawabannya mungkin. Dalam sebuah hadits Muhammad Rosulullah Saw bersabda, "Idzaa taqol muslimaani bisaifihimaa fal qootilu wal maqtuul fin naar = Apabila dua orang muslim bertemu dengan kedua pedang mereka berdua maka yang membunuh dan yang terbunuh di dalam neraka."

Sedangkan pada derajat mukmin tingkat toleransi dan pemikiran keagamaan meningkat satu level di atas muslim. Orang mukmin sangat menghargai keberagaman keberagamaan orang lain.

Dia mungkin orang NU tapi ketika berada di tengah orang selain NU ia sama sekali tak menonjol-nonjolkan ke-NU-annya bahkan banyak orang tidak tahu kalau dia orang NU.

Atau dia mungkin jama'ah Muhammadiyah tapi begitu ia ikut Shubuh berjama'ah lalu imamnya qunut, dia memang tidak ikut qunut tapi hal itu tidak serta-merta membuat dia kapok berjama'ah Shubuh di tempat itu.

Sedangkan derajat tertinggi adalah muttaqin (orang yang bertakwa). Makanya sangat wajar kalau Allah perintahkan untuk menjalankan ibadah puasa adalah orang beriman (mukmin) agar dia bisa meningkat derajatnya menjadi orang bertakwa (muttaqin).

Makanya wajar kalau haji yang diterima itu adalah haji mabrur. Karena kemabruran (al birr) hanyalah untuk orang yang bertakwa. Al birru manit taqoo = Kemabruran itu adalah bagi siapa yang takwa.

SALAH BUNUH (PEMBUNUHAN YANG TIDAK SENGAJA)
Namun memang harus diakui bahwa orang mukmin bisa saja berbuat suatu kesalahan yang tidak sengaja dan ia sama sekali tidak memiliki maksud untuk melakukan hal tersebut seperti halnya dicontohkan dalam ayat ini, orang mukmin bisa saja melakukan kesalahan yang fatal semisal tidak sengaja melakukan pembunuhan.

Di antara contoh pembunuhan yang tidak sengaja:

1. Lagi berburu, niatnya mau nembak/manah/nombak hewan buruan eh nggak tahunya kena orang.

2. Seorang polisi yang niatnya mau nembak penjahat eh nggak tahunya pelurunya nyasar kena orang lain.

3. Sedang memetik buah kelapa, duren, atau buah besar lainnya sebelum dia melempar buah tersebut ke bawah dia lihat nggak ada orang, pas dia lempar ke bawah buah itu eh pas ada orang lewat, mengenai orang tersebut sampai dia meninggal dunia.

Atau kalau dulukan orang itu di antara cara memetik buah adalah dengan cara melempar batu eh nggak tahu pas batu itu dilempar malah mengenai orang lewat sampai menyebabkan ia meninggalkan dunia (innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji'uun).

4. Seseorang memukul orang lain dengan ukuran dan aturan pukulan tersebut secara umum, lazim, biasanya, dan ghooliban tidak akan menyebabkan seseorang meninggal dunia.

Tapi orang yang kita pukul tersebut malah meninggal dunia. Misalnya petinju yang memukul TKO musuhnya sampai meninggal dunia.

Nah itu juga bedanya petinju dengan peninju. Kalau petinju itu orang yang meninju (memukul) secara profesional dengan aturan, peraturan, dan peralatan yang bisa menjaga keamanan jalannya pertandingan.

SANKSI ATAS PEMBUNUHAN YANG TIDAK SENGAJA
"Fatahriiru roqobatim mu-minatin wa diyatum musallamatun ilaa ahlihi illaa ay yushoddaquu = Maka sanksi atas pembunuhan yang tidak sengaja adalah, 1. Memerdekakan budak/hamba sahaya perempuan yang beriman. 2. Membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga korban (ahli warisnya)".

- al Mufrodaatul Yauum:

1. Shodaro - Yashdhu(i)ru = Terjadi.

2. 'Ataqo-ya'tiqu-'itqon = Membebaskan, melepaskan, atau memerdekakan.

3. Nasamah = al Insaan.

4. Wadaa-yaudii-wadyan-yadiyatan (al qootilul qotiil) = Membayar diyat kepada ahli waris korban.

5. Adaa-ya-dii-adyan-muaddaatan = Melunasi, membayar, memberikan.

Dari "Padi Masalah" Menjadi "Nasi Berkah"

Sabtu, 11-12-2010

Dari "Padi Masalah" Menjadi "Nasi Berkah"

Oleh: Mohamad Istihori

Dengan adanya masalah yang dimilikinya saat ini. Mendorong Mat Semplur untuk kembali mengevaluasi dan merenungkan permasalahan pokok yang menyebabkan masalah saat ini bisa timbul.

Sebelumnya Mat Semplur sudah mengira bahwa hal ini bisa saja terjadi. Namun sebelumnya ia tidak begitu yakin akan separah ini. Sampai hal ini terjadi barulah ia yakin. Kekhawatiran Mat Semplur kemarin, hari ini telah terjadi.

Tak ada penyesalan terjadi sebelum suatu peristiwa itu terjadi. Tapi penyesalan itu ada setelah kejadian. Namun penyesalan yang sangat yang ia rasakan sekarang ia coba untuk mengambil hikmah yang ada di balik peristiwa ini.

Setelah mencoba jujur dan terbuka dengan diri sendiri Mat Semplur menyadari bahwa peristiwa pahit ini bisa terjadi semata-mata karena kelalaiannya dalam memaksimalkan anugerah waktu yang telah Allah karuniakan atas hidupnya.

Ternyata ia terlena dalam "La'bun wa lahwun" = dalam permainan dan sendau gurau. Sungguh permainan itu telah melalaikan Mat Semplur dalam mempersiapkan segala hal yang berkenan dengan beberapa hal yang berkenaan dengan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Baik di rumah atau di kantor.

Maka mulai saat ini Mat Semplur mulai mengi'tikadkan dalam dirinya bahwa ia tidak akan terlena, terbuai, dan tergoda lagi dengan segala hal yang melalaikan akal dan hatinya yang membuat dia menjadi seorang pemalas.

Ini bisa masuk ke dalam konsep "taubatan nasuha". Bukan tobat sambel. Bukan tobat-tobatan. Tapi tobat beneran. Mat Semplur yakin bahwa kalau Allah memiliki rahasia akan masalah ini. Tinggal bagaimana ia mengasah kecerdasan akal dan ketajaman hati saja untuk menggali hikmah yang ada di baliknya.

Mat Semplur tahu mengapa Allah menimpakan masalah ini kepadanya. Tidaklah Allah memberikan suatu masalah kepada Mat Semplur kecuali Allah tahu bahwa Mat Semplur mampu memikulnya. ''Laa yukallifullaha nafsan illaa wus'ahaa'' = ''Tidaklah Allah membebani masalah kecuali yang seseorang itu mampu memikulnya.''

Masalah itu bukanlah semata-mata masalah. Masalah hanya menjadi masalah kalau kita menjadi manusia yang putus asa sehingga tidak mau menggali hikmahnya.

Masalah pada awalnya adalah bagaikan padi.Kalau padi bisa kita olah dengan baik ia menjadi beras, beras yang diolah dengan tepat menjadi nasi.

Kalau pengetahuan kita hanya pada menyikapi padi atau sampai beras maka kita menjadi orang yang makan padi/beras seperti ayam yang memang tidak punya pengetahuan untuk mengubah beras menjadi nasi.

Demikian juga masalah yang kita punya harus kita olah sedemikian rupa sehingga ia bisa menjadi berkah sebagaimana kita sebagai manusia juga sudah memiliki kecerdasan untuk mengubah beras menjadi nasi.

Selamat mengolah ''padi masalah'' menjadi ''nasi berkah''!

Beban Dosa

Sabtu, 11-12-2010

Beban Dosa

Oleh: Mohamad Istihori

Bagaimana manusia bisa hidup bahagia
dengan beban dosa di pundaknya?
Tidakkah pernah ia baca
dalam kitab suci agamanya?

Bahwa ada pengadilan Tuhan
yang tak ada sogokan-sogokan
yang tak mengenal suap-suapan!

Bapak Pluralisme

Ahad, 051210

Bapak Pluralisme

Oleh: Mohamad Istihori

"Siapakah bapak pluralisme itu?" tanya Kiai Jihad kepada para santrinya.

"Gus Dur!" kata seorang santri.

"Cak Nur" jawab seorang santri lain.

Lainnya menjawab, "Cak Nun!"

"Ulil"

"Azyumardi"

"Komaruddin-lah yang pantas mempersatukan dan mampu mensinergikan berbagai macam perbedaan seperti di Indonesia." ujar seorang santri daerah dengan begitu yakin dan percaya.

Serta beragam jawaban lainnya. Setelah para santri kehabisan jawaban, ia melanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya, "Kira-kira semua tokoh pluralisme yang kalian sebutkan tadi di atas bisa menghormati perbedaan secara luas atau tidak?

Apakah dalam kehidupan mereka memberikan kebebasan berpikir yang seluas-luasnya dan seluwes-luwesnya atau memaksa kita untuk mengikuti pemikiran mereka?"

"Lalu siapa dong Pak Kiai, bapak pluralisme yang sesungguhnya?" tanya Mat Semplur yang merupakan salah satu santri Kiai Jihad.

"Bapak Pluralisme yang sesungguhnya itu adalah Allah SWT." ujar KJ.

"Loh mengapa bisa demikian Pak Kiai?" tanya Semplur lagi.

"Sudah jelas-jelas Allah menyatakan dalam firman-Nya: Innaa kholaqnaakum syu'uubaw waqobaaila lita'aarofuu = Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tidak lain hanyalah dengan alasan agar kamu sekalian bisa saling mengenal, saling mencintai, peduli, bekerja sama, gotong royong, toleransi, saling menghormati, dan rukun.

Bukan malah saling memfitnah, menjelek-jelekkan satu sama lain, saling curiga, dan berebut kekuasaan di antara kalian."

Jadi demikianlah Allah menjadikan kita sebagai bangsa Indonesia ini dengan berbagai suku bangsa, agama, pemikiran, dan segala perbedaan yang ada.

Kalau Allah berkehendak niscaya Ia akan menciptakan seluruh yang bernyawa dan berada di dunia ini dalam bentuk/format seragam.

Namun tidak demikian dengan Allah. Perbedaan yang ada bukanlah sebuah alasan untuk berpecah belah, saling fitnah, tawuran, dan yang parah lagi ada segolongan manusia yang merasa bahwa mereka lebih mulia dan sempurna dibandingkan orang lain.

Dalam sebuah padang rumput, hiduplah di sana hewan-hewan pemakan rumput. Ada kambing, sapi, kerbau, bahkan unta. Mereka memang berbeda-beda tapi tidak akan ada cerita kambing kepengen banget menjadi sapi atau sapi kesemsem mau jadi kerbau.

Meski sapi sehari-hari bergaul, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan kerbau namun sapi tetap menjadi sapi dan kerbau tetap menjadi kerbau.

Kalau ada sapi berjuang pengen kayak kerbau dan kerbau pengen jadi sapi karena iri hati maka kita sebenarnya belum siap menerima perbedaan.

Kalau manusia, baru aja kenal sama teknologi eksternal dari barat, baru aja makan makanan khas Eropa kemudian memanggil perempuan yang melahirkannya dengan panggilan Mammy, menyapa bapaknya pakai istilah Daddy.

Baru tiga bulan jadi buruh migran di Timur Tengah memanggil kedua orang tuanya Abi wa Umi. Itu tandanya bangsa kita adalah bangsa yang suka masuk angin.

Ada orang pake baju kuning dianggap pro Golkar. Lalu karena kita anggap dia berbeda dengan kita maka kita proklamirkan bahwa mulai saat itu juga ia adalah musuh bebuyutan kita.

Kalau dulu ada yang beda pemahaman agamanya dengan kita, ia kita bid'ah-bid'ah-kan. Sekarang kalau ada yang demikian kita kafir-kafirkan dan kita anggap ia sesat.

Launching 3G Madani

Selasa, 07-12-2010

Lauching 3G Madani

Oleh: Mohamad Istihori

Tidak semua lembaga, yayasan, dan organisasi yang ada memiliki niat memberikan pencerahan kepada banyak orang berani mengirarkan dan memproklamirkan diri sebagai lembaga dakwah, yayasan dakwah, atau organisasi dakwah.

Karena kalau urusannya sudah dakwah maka ke sananya adalah ungkapan terima kasih yang seadanya plus embel-embel seikhlasnya. Maka kita tidak perlu heran ketika kita mendapatkan informasi tentang sebuah lembaga yang kita kita sebuah lembaga dakwah ternyata hanya sebuah lembaga pelatihan biasa yang merasa perlu memasang tarif untuk menjalankan perputaran roda lembaganya.

3G Madani pun hadir sebagai sebuah jawaban akan pentingnya sebuah lembaga dakwah di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selain tentu saja terus-menerus belajar untuk memberikan pencerahan kepada segenap masyarakat.

3G itu sendiri dalam lembaga dakwah ini merupakan sebuah singkatan dari God Guidence, God Way, dan God Spot. Bimbingan Tuhan, untuk menempuh jalan Tuhan, dan kemudian pada satu titik bertemu dengan Tuhan.

Dalam rangkaian acara Parenting Skill, 3G Madani pun di-launching pada Sabtu, (4/12). Ust. Fuad Salim, LC yang menjadi pembicara mengajak untuk mengenal hakikat manusia yang terdiri dari dua unsur pokok: unsur ruh (suci) dan unsur jasad (kotor). Ruh suci karena berasal dari Allah. Sedangkan jasad kotor karena berasal dari bumi/tanah.

Meski gedung 3G Madani saat ini masih dalam proses finishing, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat para ustadz yang kelak akan menjalankan dan mengisi misi dakwahnya melalui lembaga dakwah 3G Madani. (MIs)

Aku Bukan Superman

Selasa, 071210

Aku Bukan Superman

Oleh: Mohamad Istihori

“Aku bukanlah Superman
Aku juga bisa nangis
Bila kekasihku pergi
Pergi meninggalkan aku”

Ada tiga komponen penting dalam sebuah keluarga. Ibu, anak, dan bapak. Ketiga unsur ini tidak bisa dipisahkan atau saling memisahkan diri. Mereka adalah sebuah kesatuan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain.

Masalah keluarga timbul ketika salah satu pihak merasa menjadi “Superman”. Merasa menjadi pihak yang paling berjasa di antara anggota keluarga yang lain. Merasa menjadi pihak yang paling memegang kuasa sehingga bisa berbuat semena-mena dan semaunya.
Anak yang telah dewasa merasa sudah tidak lagi membutuhkan kedua orang tuanya karena ia merasa sudah tidak lagi membutuhkan kedua orang tuanya. Ia merasa sudah bisa hidup mandiri, sendiri, dan tanpa bantuan kedua orang tua.

Bapak merasa menjadi satu-satunya orang yang bekerja keras dalam keluarga sehingga istri dan anak harus mengikuti segala kemauannya. Ibu merasa menjadi pihak yang paling banyak berkorban baik berupa waktu, tenaga, perasaan, dan materi. Apalagi ditambah kalau dia seorang wanita karir, maka waham sebagai “seorang Superman” pun semakin meningkat.

Untuk memberikan kesadaran bahwa segenap anggota keluarga (ibu, anak, dan bapak) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri inilah maka Yayasan Madani Mental Health Care (MMHC) mengadakan sebuah seminar keluarga “Parenting Skill” dengan tema “Aku Bukan Superman” pada Sabtu (4/12).

Acara yang digelar di Pendopo Madani ini dihadiri oleh Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, segenap staf Madani Mental Health Care, para tamu undangan, dan para peserta yang terdiri dari orang tua santri dan santri Madani.

Sebagai pembicara kunci, dr. Aisyah Dahlan menyampaikan materi tentang mengendalikan dan mengontrol emosi. Teater 100 pecandu sendiri, selain sebagai penghibur yang menyemarakkan acara juga mengiringi dr. Aisyah Dahlan dalam menyampaikan materinya dengan alunan musik yang syahdu nan emosional. (MIs)

Minggu, 12 Desember 2010

Pengajian TJ Jum`at Malam (an Nisa: 86)

Jum`at, 29-10-2010

Pengajian TJ Jum`at Malam (an Nisa: 86)

Oleh: Mohamad Istihori

 Dalam ayat sebelumnya kita diperintahkan Allah untuk mendoakan orang lain. Kalau kita mendoakan yang baik maka malaikat akan mendoakan yang baik juga untuk kita. Begitu juga sebaliknya, kalau kita mendoakan kejelekan maka malaikat juga akan mendoakan kejelekan untuk kita kepada Allah.

 Dalam ayat ini kita diajarkan, kalau kita dihargai, diberi sesuatu, dan dihormati orang lain, maka akhlak yang baik adalah kita membalasnya dengan yang lebih baik atau minimal yang sederajat/sebanding. “Wa idzaa huyyitum bitahiyyatin fahayyuu biahsani minhaa aw rudduuhaa = Dan, apabila kamu sekalian diberi penghormatan, penghargaan, do`a, dan suatu pemberian maka balaslah dengan yang lebih baik atau yang semisalnya.”

 Asal kata “tahiyat” dalam budaya Arab sebelum Islam digunakan untuk ketika mereka bertemu satu sama lain mereka mengucapkan kata “hayyaka” = Semoga kamu panjang umur.

 Ketika Islam datang maka bangsa Arab diajarkan untuk saling mengucapkan salam yang lebih baik dengan mengucapkan: “Assalamu `alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh.” Kemudian dijawab: “Wa `alaikumus salaam wa rohmatullaahi wa barokaatuh.” Sebagaimana firman Allah: “Fahayyu biahsani minhaa.”

 “Panjang umur” tidak menjamin keselamatan hidup. Beda dengan “Assalamu `alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh”, mau pendek atau panjang umur yang penting adalah kita hidup selamat dan sejahtera.

 Orang yang memulai salam mendapatkan 90 kebaikan. Sedangkan yang menjawabnya mendapat 10 kebaikan. (Hadits “Fadhilah”).

 Dari segi hukum memulai salam adalah sunah sedangkan yang menjawab:
1. Kalau rombongan hukumnya fardhu kifayah.
2. Kalau man to man hukumnya fardhu `ain.

 Tahiyat secara lafdzi bisa diperluas menjadi tahiyat dalam berbagai macam bidang kehidupan.

 Mencium tangan hukumnya adalah makruh kecuali kepada orang yang kita harapkan keberkahannya seperti guru atau orang tua.

 Berpelukan dimakruhkan kecuali atas kerinduan yang sangat karena lama tidak bertemu atau karena suatu kegembiraan yang sangat.

Pengajian TJ Sabtu Pagi Hal. 58

Sabtu, 23-10-2010

Pengajian TJ Sabtu Pagi Hal. 58

Oleh: Mohamad Istihori

 Yang dimaksud berpecah belah di sini terutama adalah dalam masalah akidah. (“Wa laa takuunuu kalladdziina tafarroquu” = Dan, janganlah kamu sekalian menjadi sebagaimana orang-orang yang berpecah belah).

 Yahudi terpecah belah menjadi 71 golongan. Golongan yang satu selamat. Sedangkan yang 70 golongan lainnya lagi masuk neraka. Dalam pemahaman Islam dalam waktu yang akan datang Nabi Muhammad Saw mempredisikan umat Islam terpecah belah menjadi 73 golongan. Satu golongan selamat, sedangkan 72 golongan lainnya masuk neraka.

 Terjadinya perpecahan ini adalah setelah datangnya al Bayyinaat. “Min ba`di maa jaa-ahumul bayyinaat” = Setelah datangnya al Bayyinaat kepada mereka.

Tentang Hidup (Sebuah Terapi Mental)

Senin, 22-11-2010

Tentang Hidup
(Sebuah Terapi Mental)

Oleh: Mohamad Istihori

 Siapa yang mengetahui jauhnya jarak perjalanan maka ia akan tahu kira-kira apa bekal yang harus ia persiapkan.

 Wa maa kholaqtul jinna wal insa illa liya`buduun = “Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali agar mengabdikan diri (ibadah) kepada-Ku.”

 Hidup itu ibadah plus indah.

 Hidup itu permainan. Maka karena ia merupakan permainan maka kita harus:
1. Sungguh-sungguh
2. Latihan (persiapan)
3. Professional
4. Menjadi subyek bukan obyek
5. Mengetahui aturan main
6. Mengetahui posisi
7. Mempunyai mental juara
8. Menikmati hidup
9. Menjalani setiap level

(Materi ini disampaikan oleh Ust. Ginanjar Maulana di Musholah al Madani)

Fight HIV/AIDS with Faith

Senin, 15-11-2010

Press Realess HANI 2010 Madani Mental Health Care

Fight HIV/AIDS with Faith

Oleh: Mohamad Istihori

Keimanan (faith) merupakan unsur utama dalam kehidupan beragama setiap manusia. Keimanan (kepercayaan) inilah yang membuat kita mampu mentaati perintah Allah SWT. Dalam perintah Allah sudah pasti tersimpan banyak hikmah. Karena Allah tidak semata-mata memberikan sebuah perintah kecuali ada pelajaran yang bisa diambil di dalamnya.

Ketika Allah mengharamkan perzinahan, pergaulan bebas, dan narkoba kita akan banyak mendapatkan manfaat kalau kita kuat menahan diri untuk tidak melanggar larangan Allah tersebut. Namun manusia yang kurang imannya akan tergoda ketika diiming-imingi oleh salah satu di antara tiga hal haram di atas. Di saat kemaksiatan dan dosa sudah menjadi “lalap” sehari-hari kita maka salah satu azab Allah di dunia adalah semakin marak dan meningkatnya penyebaran virus HIV/AIDS.

Berperang (fight) melawan penyebaran dan penularan virus HIV/AIDS merupakan sebuah perjuangan tiada henti. Segenap komponen dan unsur yang ada dalam masyarakat diharapkan untuk terus memperkaya informasi tentang virus mematikan yang belum juga ditemukan obatnya ini agar bisa memahami bagaimana pencegahan dan penanganan virus serta Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Madani Mental Health Care (MMHC) sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang rehabilitasi korban skizofrenia dan narkoba, tentunya kita semua sudah sangat prihatin saat melihat jumlah ODHA yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Berbagai macam penyuluhan, seminar, talk show, dan berbagai macam bentuk forum diskusi dan konsultasi yang membahas tentang HIV/AIDS dan ODHA terus diselenggarakan dan digelar. Kita memang tidak boleh putus asa dan harus terus memacu tenaga, pengetahuan, keterampilan, semangat, motivasi, dan kepedulian mengenai hal ini. Karena kalau bukan kita yang mau peduli, lalu siapa lagi?

Menurut hemat kami pencerahan keimanan merupakan salah satu metode jitu untuk “berperang” melawan virus HIV/AIDS. Meskipun patut kita semua sadari bahwa pencerahan iman ini tidak bisa berdiri sendiri. Tetap dibutuhkan berbagai macam faktor pendukung lainnya untuk menunjangnya.

Tanpa iman yang kuat manusia seperti kita cenderung berbuat nekat. Waktu kosong tanpa aktivitas apapun biasanya akan kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat. Nah, perbuatan maksiat inilah yang bisa menjadi penyebab seseorang terjangkiti atau tertular penyebaran virus HIV/AIDS. Apakah itu karena seseorang suka “jajan” di luar atau karena pemakaian jarus suntik secara bergantian dengan ODHA. Di sinilah pentingnya faktor iman sebagai amunis utama untuk melawan virus HIV/AIDS.

Selamat berjuang!!!