Selasa, 23 Juni 2009

Kolerasi Rukun Islam dengan Tahapan dalam Ta'aruf

Kamis, 210509

Kolerasi Rukun Islam dengan Tahapan dalam Ta'aruf

Oleh: Mohamad Istihori
Diambil dari Terapi Agama oleh Ust Fuad di Madani Mental Health Care (MMHC)

Dalam rukun Islam ada lima poin: pertama syahadah, kedua sholah, ketiga puasa, keempat zakah, dan kelima haji. Pada tulisan ini kita akan mencoba mengkolerasikan atau menghubungkan rukun Islam yang lima di atas dengan proses-proses atau tahapan dalam melakukan ta'aruf (istilah Fiqh yang biasa dipakai ketika seorang pria hendak mengenal lebih jauh dan terperinci wanita yang hendak dinikahinya).

Poin pertama dalam rukun Islam adalah syahadah (ikrar), artinya kalau dihubungkan dengan ta'aruf maka sebelum segala sesuatunya dimulai maka mulailah dengan perkenalan.

Syahadah berarti juga penyaksian. Kalau ada seseorang di sidang karena ia telah melihat, mendengar, dan merasakan suatu peristiwa secara langsung maka ia biasanya disebut saksi.

Maka perkenalan itu sebaiknya bertemu langsung. Bukan cuma lewat chatting, facebook, sms, telepon, atau surat-menyurat. Sebagaimana ada istilah, "Tak kenal maka tak sayang." Di sinilah pentingnya sebuah hubungan diawali dengan perkenalan.

Kenal dulu baru cinta. Ini baru ketemu langsung menyatakan cinta tanpa berusaha mengenal lebih dulu. Itulah memang nekatnya Bangsa Indonesia.

Poin kedua rukun Islam adalah sholah. Sholah adalah komunikasi antara hamba dengan Allah. Kalau kita kaitkan dengan ta'aruf setelah kita saling mengenal satu sama lain, barulah di situ bisa kita jalin komunikasi yang intens, baik secara langsung (face to face) atau dengan bantuan kecanggihan teknologi.

Setelah sholah kemudian puasa. Puasa adalah simbol pernyataan cinta seorang hamba kepada Allah. Maka setelah kita menjalin komunikasi baru kita bisa menyatakan perasaan kita yang sesungguhnya kepadanya.

Setelah puasa baru zakah. Zakah bisa kita tafsirkan dengan memberi. Maka terhadap orang yang sudah menerima cinta kita berilah apa yang kita punya untuk membahagiakan hatinya dengan sesuatu yang kita khususkan hanya untuknya.

Dari zakah baru deh terakhirnya haji (silaturahmi). Kenalan udah, komunikasi lancar, perasaan sudah kita utarakan, apa yang kita punya sebagian kita berikan kepadanya, maka sekarang tinggal silaturahmi.

Kunjungin tuh calon mertua. Jangan cuek aja. Minta restu dan ridhonya.

"Loh bagaimana kalau kita tidak diizinkan olehnya untuk berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya?"

Banyak alasan untuk seseorang melakukan hal ini, di antaranya:

- Mungkin dia merasa malu sama orang tuanya punya pacar model kita sehingga ia sendiri tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengenalkan kita pada kedua orang tuanya.

- Mungkin juga sebenarnya diam-diam, di luar sepengetahuan kita, ia sudah punya LIL (Lelaki Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain) selain kita. Dan, ia khawatir kalau kita berkunjung ke rumahnya nanti ketahuan bahwa dia telah mendua. "Sekali kita ingkar janji tak seorang pun percaya pada kita lagi."

- Atau mungkin dia sebenarnya sejak sebelum dengan kita telah dijodohin dengan lelaki lain. Namun dia menolak perjodohan karena saat itu dia sedang dekat dengan kita dan memang membutuhkan kita. Namun setelah dia merasa kita sudah tidak dibutuhkan lagi dan datang lelaki lain yang saat ini lebih ia butuhkan maka kita ditinggalkannya begitu saja. "Aduh kasihan deh kita, habis manis dibuang gitu loh!"

Dan, tentunya masih banyak alasan yang bisa kita prediksikan. Namun semua kita kembalikan saja pada yang bersangkutan apa alasan yang sebenarnya. Karena "sedalam-dalamnya laut bisa kita ukur tapi dalamnya hati siapa tahu?"

Selama orang itu tidak langsung mengungkapkannya dari hati yang berimbang dengan akal minus nafsu, kita tidak akan pernah tahu mengapa seseorang menerima atau meninggalkan kita begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar