Senin, 18 Januari 2010

Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian III

KJD, Ahad, 03 Januari 2010

Poin-poin "Kembali Membumi" Bagian III

Oleh: Mohamad Istihori

...masih sangat kurang berkualitas. Hal itu karena mereka menjadi guru bukan karena memang benar-benar mau menjadi guru.

Mereka menjadi guru bukan karena memang pilihan hidup mereka untuk mengabdi menjadi seorang guru. Tapi kita menjadi guru karena memang sudah tidak ada pilihan lain lagi kecuali menjadi guru.

(8)

Syahwat adalah segala sesuatu yang bersifat melampiaskan, segala hal yang berlebih-lebihan, dan segala yang tidak atau melewati batasan.

Manakah yang mestinya memimpin dalam diri kita? Kan di dalam diri kita itu ada tiga komponen:

Pertama, akal. Merupakan segala sesuatu yang sifatnya regulasi. Kita mau makan apa? Banyaknya seberapa? Kapan? Dan di mana? Itu yang menentukan adalah akal kita.

Kedua, hati (fuad). Sabda Rosul hati kita inilah yang mestinya menjadi pemimpin dalam hidup manusia.

Ketiga, syahwat. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Syahwat itu seperti api. Sebagaimana api, syahwat itu harus diatur.

Kehancuran bangsa Indonesia selama ini karena membiarkan hidupnya diatur oleh syahwat dan tidak memiliki kekuatan, kearifan, dan strategi untuk mengatur syahwat.

Coba kita perhatikan, orang-orang yang hidupnya diatur oleh syahwat pasti hidupnya hanya akan menunggu kehancuran. Fir'aun memiliki syahwat terhadap kekuasaan.

Saking besar syahwat kekuasaannya dia sampai-sampai mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. Maka Allah menghancurkan hidupnya. Ia mati tenggelam di lautan.

Qorun atau dalam lidah orang Indonesia disebut Karun diatur hidupnya oleh syahwat terhadap hartanya yang berlimpah.

Dengan syahwat kekayaan dia merasa bahwa kekayaan yang ia dapat tidak ada campur tangan Tuhan. Maka ketika diminta untuk membayar zakat ia enggan dan menolak.

Maka Allah menghancurkan hidupnya. Ia dikubur hidup-hidup oleh Allah bersama dengan seluruh kekayaannya. Maka ketika kita menemukan harta dalam tanah kita menyebutnya harta Karun atau harta Qorun.

Tapi coba kita pelajari orang-orang yang menjadikan hati sebagai pengatur hidupnya. Seperti para Rosul, Nabi, para wali, atau para kekasih Allah.

Meskipun mereka telah wafat mereka tetap hidup di dalam hati orang-orang yang mencintainya.

Contonya Nabi Muhammad. Orang yang selama hidupnya diatur oleh hati. Beliau tidak sedikit pun membiarkan syahwat mengatur hidupnya.

Maka ketika kita sholat kita membaca sholawat dalam setiap tahiyatul akhir, "Assalaamu 'alaika." "Ka" itukan dhomir untuk orang yang masih hidup.

Kalau beliau sudah wafat kan seharusnya "Assalaamu' alaihi" bukan "Assalamu 'alaika."

Maka idelnya hati memang harus menjadi pemimpin dalam hidup kita. Akal sebagai mentri atau penasehat bagi hati. Dan syahwat kita jadikan sebagai anak buah atau pembantu.

(9)

Muhadhoroh itu artinya kehadiran bukan hadir. Wajah kita bukan hadir tapi wajah hanyalah alat untuk menghadirkan.

Sebagaimana gitar juga tidak hadir. Gitar merupakan salah satu alat untuk menghadirkan suara ke tengah-tengah kita.

(10)

Ilmu adalah mesin. Sedangkan pengetahuan adalah isi.

(11)

Ali RA sangat sayang kepada mertuanya yang bernama Muhammad saw. Maka setiap kali Rosul mengisi pengajian Ali selalu berada di samping beliau.

Hal ini dilakukan oleh Ali agar Rosulullah tidak langsung menghirup asap rokok Umar dan Utsman.

Tapi rokoknya Umar dan Utsman tidak berbentuk seperti rokok pada zaman sekarang. Rokok ketika itu masih berbentuk akar-akaran yang dibakar sebagaimana rokok zaman sekarang.

Pada suatu pengajian Rosulullah "iseng" kepada Ali. Beliau menghabiskan seluruh makanan yang ada di depan beliau. Kurma, kacang, dan semua beliau habiskan. Maka di depan Rosul pun bersih. Tak ada sebiji kacang dan kurma satu pun.

Lalu kulit kacang dan biji kurmanya Rosul letakkan di hadapan Ali. Setelah itu Rosul berkata, "Para hadirin sekalian tahukan kalian siapakah orang yang rakus itu? Ia adalah yang di depannya ada biji kurma dan kulit kacang karena semua telah ia makan seluruhnya."

Para sahabat yang hadir ketika itu melihat bahwa di depan Ali sudah bertumpuk biji kurma dan kulit kacang. Maka secara tidak langsung Rosul menganggap bahwa Ali adalah manusia paling rakus.

Ali tidak mau kalah begitu saja. Sambil berguyon Ali berkata, "Para hadirin sekalian tahukan kalian siapakah manusia yang rakus itu? Ia adalah orang yang di depannya tidak ada apapun karena bukan hanya kurma dan kacang yang telah ia habiskan tapi biji kurma dan kulit kacang pun sampai habis ia makan."

Para sahabat kali ini melihat ke depan Rosul. Ternyata tak ada satu pun biji kurma dan kulit kacang yang tersisa. Maka ketika itu Rosul menjadi manusia yang "paling rakus".

Kemudian Rosul pun berkata, "Inilah yang menjadi alasan mengapa saya sebut Ali adalah orang yang pandai."

Ali tidak merasa gr dengan pengakuan Rosul tersebut. Maka Ali pun berkata, "Wahai para sahabat, kalau kalian ke kota ke manakah kalian hendaknya pergi kecuali ke kota itu setelah melewati gerbang atau pintu kota?

Maka ketahuilah aku ini hanya pintu ilmu (baabul 'ilmi) dan Rosul adalah kota ilmu (madiinatul 'ilmi)."

Maka Rosul pun bersabda, "Ana madiinatul 'ilm wa 'aliiyu baabuhaa." "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya."

Betapa akrab dan harmonisnya hubungan antara Ali dan Rosul. Bahkan mereka berdua tidak canggung-canggung dan tidak jaim untuk bercanda dan guyon di hadapan para sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar