Senin, 25 April 2011

Energi Sabar dan Kemajuan Teknologi

Sabtu, 09 Apil 2011

Energi Sabar dan Kemajuan Teknologi

Oleh: Mohamad Istihori

Di balik segala keunggulan yang dimiliki oleh kemajuan teknologi ternyata kemajuan teknologi yang kita alami saat ini telah mengikis habis energi kesabaran kita.

Dulu kalau dari Munjul ke Pasar Cibubur kita kuat dengan berjalan kaki. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang transportasi kita malah mudah mengeluh ketika misalnya macet. Ketika laptop/komputer kita lamban kita ngeluh lagi dengan ungkapan lemot.

Kehidupan kita semakin hari semakin bergantung kepada segala produk yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi karena yang saat ini dibangun oleh umat manusia adalah kecanggihan eksternal seperti HP, laptop, komputer, motor, TV, mobil, atau akses internet.

Sehingga ketika di zaman sekarang kita belum memiliki TV atau kendaraan mewah kita merasa malu, kurang PD, dan lebih parah lagi kesuksesan hidup manusia masa kini itu diukur dari ada atau tidaknya kemajuan teknologi (kecanggihan eksternal).

Padahal dalam diri setiap manusia itu ada kecanggihan internal. Kecanggihan internal itu misalnya saja adalah sabar.

MENGASAH KESABARAN DENGAN WIRID
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mengasah sabar adalah dengan wirid/zikir. Kita duduk untuk beberapa lama sambil melafalkan kalimat-kalimat thoyyibah.

Orang-orang yang belum tumbuh kesadaran dan kesabarannya niscaya tidak akan kuat duduk berlama-lama untuk wirid/zikir. Bagi mereka hal tersebut adalah pekerjaan yang sungguh-sungguh sangat amat membosankan atau ngebetein.

Nah hal itu juga karena kita kurang mengembangkan kecanggihan internal yang telah Allah berikan kepada diri kita masing-masing.

Ketika kita wirid/zikir itu berarti kita sedang menghentikan atau memperlambat lajunya waktu. Kalau dari Masjid al Akbar sampai Pasar Munjul saja misalnya kita berjalan kaki maka kita akan menemukan banyak hal daripada kalau kita menggunakan motor.

Saat kita wirid/zikir kita merasa kesal maka waktu terasa sangat lama. Beda coba kalau kita menuruti hawa nafsu kita. Jika kita berfoya-foya atau bersenang-senang maka waktu berlangsung sangat cepat sehingga kita kehilangan kesempatan untuk menemukan misalnya hikmah, pelajaran, atau ilmu-ilmu tentang kehidupan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar