Rabu, 30 Januari 2013

Revolusi Sunyi


Oleh Ladrang Rampak Panuluh pada 24 Januari 2013 pukul 10:54 ·

“Enam Jalan Revolusi”

(Orasi Budaya: Merajut Kembali Nusantara, 

Taman Ismail Marzuki Jakarta, 15 Januari 2013)

Oleh : Muhammad Ainun Nadjib

Aktifis nasionalis bertemu bersama-sama pada hari ini, terus nanti 2014 masih ada pemilu, berarti khayalan pertemuan ini. Kalau dalam waktu 1-2 tahun belum ada penjebolan konstitusi dan undang-undang yang anti rakyat dan anti nasionalisme dan kemudian kembali kepada posisi 17 Agustus 1945, dalam waktu 1-2 tahun, apapun caranya, maka pertemuan ini adalah pertemuan takhayul.

[Ha...ha...ha...]

Saya mohon maaf atas… Jadi gini saya mohon maaf sama mas-mas yang babak kedua. Karena saya tadi, kemarin saya di Pancor, di Lombok Timur. Ya biasalah ketemu orang kecil disana, 3-4 ribu siang malam, terus nanti malam saya harus di GOR Mataram. Jadi, mau gak mau, saya belum punya kewenangan untuk menunda flight Garuda sehingga saya harus cepet-cepet, setelah jam 12 ini lari ke bandara.

[Ha...ha...ha...]

Jadi, saya mohon maaf.

Juga karena waktu saya sangat sempit, oleh panitia saya dibatasi paling lama 10 sampai 15 menit. Maka saya datang kesini ini membawa teks yang bahasanya bahasa bukan bahasa aktifis, tapi bahasa orang biasa sehari-hari. Jadi, agak kurang. Kayak bahasanya Ivan waktu di Berlin lah.

Pertama, negara itu gunanya supaya tiga hal pada manusia dan rakyatnya itu aman. Jadi, pemerintah itu dibayar untuk mengamankan tiga hal: 1] nyawanya, 2] martabatnya, dan 3] harta bendanya. Di luar tiga itu nggak ada apa-apa. Nah sekarang kalau mau revolusi, ini mau ambil sebab yang mana ini? Banyak nyawa hilang, apa banyak martabat yang hancur lebur, apa karena harta benda terlalu banyak dicuri?

[Ketiga-tiganya!]

Ketiga-tiganya. Tapi ini masing-masing akan memberi output yang berbeda pada skala prioritas dan akurasi-akurasi strategisnya. Agak berbeda kalau pertimbangannya harta benda, ya seperti reformasi saja bilang sama Soeharto, “Ente jangan nyuri sendirian, saya juga pengen nyuri”. Maka, sekarang menjadi Soeharto semua seluruh Indonesia.

[Ha...ha...ha...]

Nah, jadi yang mana? Kalau soal martabat, ayo. Karena kita sudah nggak punya martabat. Kita sudah mengalami peristiwa-peristiwa pemerintahan yang sangat menghina martabat manusia, sangat menghina akal sehat, sangat menghina.

Gunanya sekolahan itu, supaya jelas dia kerjaannya nanti. Nah, kalau dia sekolahnya ekonomi, dia nanti akan ngurusin ekonomi. Kalau sekolahnya peternakan akan ngurusin kambing dan ternak-ternak. Kalau sekolahnya IT jangan ngurusin olahraga.

[Ha...ha...ha...]

Lha terus gunanya Universitas apa? Lha, dulu Gus Dur yang merintis ini, AS Hikam ahli fikih ngurusin teknologi. Nah itu kalau Gus Dur gak apa-apa, karena dia wali kesepuluh.

[Ha...ha...ha...]

Lha tapi SBY kan bukan wali. Dia kan hanya orang yang ingin melindungi supaya Hambalang tidak melebar-lebar perkaranya.

[Ha...ha...ha...]

Maka, ditaruhlah rai gedek itu.

[Ha...ha...ha...]

Tadi kan saya sudah bilang bahasa sehari-hari ya. Jadi, oke saya baca aja, karena setiap hari saya ngomong sama orang-orang biasa. Jadi, kalau sama aktifis saya mending kasih point-point.

Yang pertama: judulnya “Enam Jalan Revolusi”. Aslinya lima, cuman di sini terus terfikir ada satu lagi.

[Ha...ha...ha...]

Pertama saya ingin ngomong soal buku ini dulu, ngomong Merajut Kembali Nusantara. Saya usul, ini Nusantara pada skala waktu yang mana? Nusantara sejak angkatan 28? Nusantara sejak eee… Demak-Mataram? Atau sejak Mojopahit? Atau sejak Sriwijaya? Atau Ratu Sima? Atau yang mana? Ada Nusantara Koes Plus, “Nusantara” berapa? Volume berapa?

[Ha...ha...ha...]

Jadi, kalau mau ngomong Merajut Kembali Nusantara. Harus diperjelas dulu melalui penelitian yang obyektif, diskusi para expert, maupun diskusi publik, untuk memastikan bangsa Indonesia ini.

Satu: harus dipastikan kita ini bangsa garuda ataukah bangsa emprit?

[Ha...ha...ha...]

Dua: apakah kita ini bangsa besar ataukah bangsa kerdil?

Yang jelas. Sebab kebangkitan orang besar, berbeda dengan kebangkitan orang kerdil. Kebangkitan ayam berbeda dengan kebangkitan burung. Kalau kamu tidak tahu kamu ayam atau burung, bagaimana caramu bangkit? Sudah jelas kamu ayam mau terbang-terbang. Kan begitu kan? Kamu cacing mau menerkam-nerkam. Kan begitu?

Jadi gitu, orang Indonesia kehilangan dirinya dan tidak pernah mencari siapa dirinya. Jadi, kalau mau Merajut Nusantara kembali, harus ada penelitian yang cukup panjang dan harus diskusi di semua lapisan.

Tiga: kita ini bangsa merdeka ataukah bangsa jajahan?

Amerika itu penjajah ataukah tangan panjang penjajah? Ada tiga tipu daya dunia, tiga tahap sejak lahirnya Isa. Tahap pertama ndak terima kalau Nabi Musa kok disaingi sama anak ajaib, kalah populer Nabi Musa.

“Ini kan bayi ndak punya bapak, tapi bisa ngomong.”

Kan Nabi Musa kan paling cuma bisa membelah laut. Itupun kalau disuruh mbaleni sorenya ndak terbelah lautnya. Karena yang sakti Tuhan, bukan tongkatnya, dan bukan Musa. Jadi, dia kalah hebat sama Nabi Isa.Akhirnya cemburulah ini anak buahnya Musa. Terus akhirnya bikin rekayasa memfitnah segala macam berpuncak pada penyaliban Yesus Kristus. Tiga puluh tujuh tahun kemudian dibikin rapat setelah kenaikan Isa. Soalnya…

“Lho, setelah setelah saya salib kok malah lebih populer, kalah ini Musa.”

[Ha...ha...ha...]

Kan memang begitu hukum alam. Setelah video porno malah jadi hits, No-ah.

[Ha...ha...ha...]

Kalau ingin jadi kiai dicium tangannya, zina dulu banyak-banyak terus insaf, jadi kiai baru populer.

[Ha...ha...ha...]

Gunanya Islam di muka bumi ini adalah khusus untuk para koruptor, begitu tertangkap pakai peci dan jilbab, dan begitu diadili pakai tasbih, bunyinya “Asu… asu… asu...”.

[ha…ha…ha…]

Guyon rek guyon. Ini Dadang kafir liberal bikin malu ini. Oke, saya akan setia pada ini.

Empat: kita ini bangsa setua apa?

Kita ini lebih muda dari orang Yahudi apa kakeknya orang Yahudi? Kalau Yahudi suka menipu, apa tidak benar bahwa kita lebih pandai menipu? Sepandai-pandai Yahudi menipu masih lebih pandai kita. Karena mereka hanya cucu kita. Karena kita lebih tua dari Nabi Ibrahim. Kita adalah anaknya Nabi Nuh ketika istrinya dirasuki iblis, hamil, jadi kita.

[Ha...ha...ha...]

Maka peran-peran kita campuran malaikat dengan iblis. Ini kalau tidak percaya silahkan selidiki. Kamu ndak akan punya bahan. Hanya aku yang punya.

[Ha…ha…ha…]

Lha, jadi, nusantara yang mana bung?

Oke, saya maksudnya kan yang penting orang kompak. Boleh dong orang dikasih gede hatinya. Kamu itu turunan ini ini ini. Apa ini hubungannya dengan Atlantis, Sunda Land, ya toh, Sunda Wiwitan, Inca Maya. Ataukah bangsa Indonesia bangsa nusantara adalah hibrida gagal produk?

[Ha...ha...ha...]

Jadi, ini campuran makhluk bermacam-macam yang agak kurang sempurna produksinya akhirnya gini, milih presiden dilihat gantengnya, gitu ya. Semua menteri juga manis-manis ganteng-ganteng dan banyak parameter lain. Ah saya baca saja, saya berkepanjangan kalau begini.

Apakah bangsa Nusantara hari ini terserah siapapun asal-usulnya. Terserah dia bangsa besar atau tidak. Tidak perduli dia keturunan tekek apa turunan Nabi Adam. Apa turunan Homo Sapien, Homo Erektus, atau Homo Seksual?

[Ha...ha...ha...]

Apakah mereka sanggup berevolusi?

Kalau melihat kondisi obyektif NKRI hari ini:

1. Dilihat kinerja pemerintah dan mental pejabatnya;
2. Filosofi kebangsaan dan konstitusi kenegaraannya;
3. Semakin terkikisnya martabat dan harga diri bangsa dan manusia Indonesia;
4. Tidak berlakunya akal sehat politik dan rendahnya moral pengelolaan negara yang sampai ke tingkat serendah-rendahnya. Kalau kata Tuhan, “ulaa’ika kal an’aam bal hum adholl”, sebagai kiai sedikit-sedikit saya keluarkan.

[Ha...ha...ha...]

Ulaa’ika kal an’aam” artinya mereka sudah seperti hewan, bahkan lebih hina daripada itu.
5. Berdasarkan terlalu banyaknya harta benda rakyat dan negara yang dirampok oleh kekuatan asing serta dimalingi oleh pengurus-pengurusnya sendiri, maka urgensi revolusi 100%.

[Oke…oke… tepuk tangan hadirin…]

Ojo oka oke sik.

[Ha...ha...ha...]

Tapi kalau melihat kualitas kelas menengah hari ini, terserah parameternya pak Ivan nanti yang bisa merumuskan. Kalau melihat: 1] tingkat kerapuhan otaknya masyarakat; 2] kerapuhan rasionalitas masyarakat; 3] melihat subhat ideologi… subhat itu ambigu-ambigu. Subhat ideologi dan nasionalisme aktifis di berbagai level dan segmen; 4] mustahilnya lahir kepemimpinan Nasional seperti disebut tadi melalui pintu sistem dan undang-undang perpolitikan yang ada sekarang. Maka, kans terjadinya revolusi dibawah 10%.

Tapi kalau melihat potensi watak revolusioner radikal anarkisnya manusia dan bangsa Indonesia, maka sesungguhnya sangat tinggi kemungkinan untuk revolusi dalam waktu dekat ini.

[Tepuk tangan hadirin…]

Karena manusia Indonesia adalah manusia yang paling radikal, paling revolusioner di muka bumi. Berani naik kereta api 200 orang tanpa pegangan. Berani kawin tanpa pekerjaan.

[Ha...ha...ha...]

Berani beranak lagi meskipun kredit motor belum beres.

[Ha...ha...ha...]

Puncaknya adalah SBY bisa jadi presiden, itu keajaiban luar biasa menurut akal sehat.

[Ha...ha...ha...]

Tapi, tangguhnya kehidupan rakyat, ngawurnya para pemimpin, beribu-ribu perilaku nekat dalam berbagai bentuk, bidang, dan ranah nilai, menunjukkan bangsa Indonesia selalu siap untuk membiarkan kebobrokan. Kan revolusioner namanya? Mestinya kalau orang kesakitan itu marah, ini tidak. Karena dia mampu revolusi atas dirinya.

“Ora popo loro. Arep ngopo?! Silahkan menindas! Saya nggak akan apa-apa?”, kan itu revolusioner.

[Ha...ha...ha...]

“Ayo Belanda datang lagi! Daripada yang menindas SBY, mending kamu sekalian. Belanda, ayo sini! Campur Arab. Campur Amerika.”

[Ha...ha...ha...]

Rakyat selalu siap untuk kehilangan negara. Jangan dipikir kalau negara Indonesia bubar, tahun 2015 katanya akan jadi 17 negara bagian, terus rakyatnya sedih, ndak. Rakyat Indonesia itu gak perduli ada negara atau tidak. Wong kerjanya negara itu cuma ngrepotin hidup mereka.

[Ha...ha...ha...]

Begitu bubar negara, syukuran istighosah senusantara.

[Ha...ha...ha...]

Rakyat kok.

Tuhan kaget, “Lho, kok gitu? Saya salah bikin ini bangsa Indonesia.”

Dulu Gus Dur thok yang Tuhan bingung, “Saya dulu bikinnya tidak gitu lho.”
Sekarang sak Indonesia.

Tuhan bingung, “Lho, Aku dulu bikinnya ndak gini. Ini mesti ada subversi iblis ini.” Akhirnya Tuhan nyari iblis ndak ketemu sampai hari ini. Padahal di Cikeas, ya?

[ha…ha…ha… tepuk tangan hadirin… hu…hu…hu…]

Bahkan rakyat siap dan tenang-tenang saja untuk menjadi bangsa dan negara setan, serta tidak kagum seandainya Indonesia ini menjadi negara malaikat. Karena orang Indonesia bisa menjadi setan, sedetik kemudian bisa menjadi malaikat.

[Ha...ha...ha...]

Jadi, kalau Bang Hariman mau Revolusi, rakyat siap.

[Tepuk tangan hadirin…]

Lha, ini nanti halaman berikutnya.

[Ha...ha...ha...]

Jadi, terserah. Mau revolusi karena alasan harta benda dicuri habis-habisan? Ataukah alasan makin sirnanya martabat dan harga diri bangsa serta manusia Indonesia sampai terpuruk ke kerendahan dan kehinaan yang teramat memalukan dimata dunia? Atau karena perjuangan moral?

Tapi ada enam kemungkinan jalan revolusi. Satu, orang Madura, Mahfud MD menunjukan kemaduraannya. MPR sudah tidak berdaya. Mahkamah konstitusi bisa dia bikin melakukan segala yang diperlukan oleh Hariman. Mahkamah konstitusi menganulir sekian Undang-undang dan konstitusi yang anti rakyat, diumumkan ini tidak sah, harus ganti. Kalau tidak cocok, carok.

[Ha...ha...ha...]

Mahfud MD bisa bikin surat menganulir pemerintah, bahwa presiden SBY tidak sah. KPU masih subhat, jadi tidak sah. Kalau ada revolusi dari mahkamah konstitusi dan kalau Mahfud berani baru nanti saya angkat jadi presiden. Tapi kalau Mahfud tidak berani, ini jangan dipuji dulu. Buktikan Maduramu, Fud!

[Ha...ha...ha...]

Orang Madura itu ijasahnya palsu saja dia bisa pertahankan terhadap KPK.

“Kalau ijasah saya ndak palsu”, kata si Bupati, “saya jadi Gubernur”.

[Ha...ha...ha...]

Tuhan saja dilawan sama orang Madura. Tuhan memberi terbakar rumah gara-gara dia rakus waktu jadi nelayan. Terus dia bilang sama Tuhan, “Tuhan, masalah laut kenapa dibawa-bawa ke darat?!”

[Ha...ha...ha...]

Nggak jadi revolusi, ketawa melulu ini.

[Ha...ha...ha...]

Dua, Presiden SBY, siapa tau ya, melakukan tindakan revolusioner atas dirinya dan negaranya, mengacu pada Hayam Wuruk yang membatasi dirinya berposisi sebagai kepala kerajaan atau kepala Negara dan menyerahkan kepemimpinan pemerintahannya kepada perdana menteri yang namanya Gajah Mada. Terserah prosedur konstitusinya.

Baik SBY, “Ah saya tak jadi lambang negara saja. Saya minta, saya akan bikin dewan negara. Semua orang-orang tua yang terpercaya bersama saya. Terus nanti saya angkat perdana menteri pokoknya entah apa namanya yang ngurusin”, ini kalau SBY berani. Kalau ndak tidak apa-apa. Wong ini juga iseng-iseng.

[Ha...ha...ha...]

Nomer tiga, ini juga mungkin Anda tidak sangka tapi saya optimis. Sesungguhnya alam fikiran rakyat apa saja yang ada mengalir di syaraf otaknya dan di kandungan hatinya itu adalah produk dari media masa. Jadi, sesungguhnya alat produksi sejarah yang primer itu terletak di genggaman tangan media massa. Jadi, media massa punya potensi sangat besar untuk bikin revolusi. Kalau di langit ada Lauhil Mahfudz, di bumi ada Media Massa. Maka, rakyat bisa menyerahkan nasibnya kepada Jacob Oetama, kepada Goenawan Muhammad, kepada Surya Paloh, kepada Hary Tanoe, kepada Dahlan Iskan, kepada Hilang alias Ical, dan lain-lain. Untuk direvolusi seradikal mungkin menuju Indonesia baru yang adil dan makmur serta disukai oleh Tuhan.

Nah, ini juga khayal. Tapi siapa tau bisa ini.

[Ha...ha...ha...]

Yang beneran nanti ini nomer enem. Nomer empat, pengumpulan tanda tangan sebanyak mungkin seindonesia mosi tidak percaya kepada undang-undang ini, kepada DPR ini, kepada pemerintah ini, dan pokoknya kita kumpulin sebanyak-banyaknya, nanti pada waktu pemilu tidak ada keabsahan secara quota untuk mengadakan pemilu dan seterusnya. Ini bang Hariman satu-satunya yang bisa menjawab.

Pintu revolusi yang kelima adalah santet masal atau bunuh diri nasional. Tetapi yang paling aku andalkan hari ini sehingga aku jauh-jauh terbang dari Pancor Mataram ke Cengkareng, alternatif yang paling nyata adalah Hariman Siregar is back to the street of revolution.

[Tepuk tangan…]

Biarin pokoknya. Pokoknya Hariman kembali ke jalan, dan tidak akan beranjak dari jalan yang dia injak itu sebelum tercapai revolusi.

Was-salamu ‘alaikum Wr. Wb.

Sumber: www.maiyah.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar