Minggu, 08 Februari 2015

Jangan Marah Ama Hujan Plur

Pagi ini, Senin, 9 Januari 2015. Jam di dinding menunjukkan pukul 06.30 WIB. Mat Sempul pun bergegas untuk bersiap ngantor. Namun di luar hujan turun dengan begitu "hemat namun bergaransi", kecil tapi awet. Melihat Cakung (Cuaca Mendukung) untuk bermalas-malasan muncullah Kiai Jihad menyapanya, "Loh Plur kenapa belum juga berangkat kerja?"

"Sialan nih hujan Kiai. Jadi malas saya kalo kayak gini cuacanya," keluh Mat Semplur.

Kiai Jihad, "Eh Plur jangan marah ama hujan. Hujan itu turun juga ada yang nyuruh. Hujan turun bukan atas kehendaknya sendiri. Hujan turun disuruh Allah. Jadi kalo lu marah ama hujan yang cuma suruhan itu sebenarnya lu sedang marah, benci, dan nge-gerundel sama Tuhan.

Tuhan itu bisa sangat sayang pada kita hanya karena ungkapan syukur kita terhadap hal yang sepele. Begitu juga Tuhan bisa juga sangat marah dan menutup semua pintu rezeki kita atas keluhan yang kita anggap remeh-temeh. Dan kedua peristiwa itu bisa sangat mudah terjadi terutama saat hujan turun.

Manusia itu memang sangat susah untuk ridho atas segela kehendak Allah. Sedangkan Allah begitu mudahnya untuk ridho atas segala perilaku, tindakan, dan tingkah laku manusia.

Kita sekarang sedang berada pada zaman manusia yang begitu gampang ngeluh dan protes atas kehendak Allah. Kita itu maunya Allah yang selalu nurutin kemauan kita. Dan di saat yang sama padahal kita begitu sulit untuk menuruti kemauan Allah.

Untuk nurutin perintah Allah pun kita tidak begitu saja nerima. Kita harus memperhitungkan apa manfaatnya, khasiatnya, untung-ruginya, dan perolehan materinya. Kalo kira-kira kurang menguntungkan secara materi maka sirnalah semangat kita untuk taat pada Allah. Tapi kalo menurut perhitungan kita taat pada Allah itu bisa mendatangkan keuntungan materi yang lumayan maka muncullah gairah kita untuk melaksanakan ketaatan tersebut.

Ada lagi sekelompok manusia yang berusaha dengan sekuat tenaga menghalalkan sesuatu yang telah jelas-jelas dilarang Allah hanya karena untuk mendapatkan kesembuhan. Mereka berargumentasi bahwa apa yang telah Allah ciptakan tidaklah sia-sia. Jadi meski haram harus dimanfaatkan. Maka beramai-ramailah mereka melanggar aturan Allah tersebut dengan berlandaskan pada khasiat dan manfaat dunia atas sesuatu yang telah Allah larang itu."

Setelah mendapatkan masukan dari Kiai Jihad, Mat Semplur pun berangkat dengan hati penuh kegembiraan ditemani guyuran hujan sampai tempat kerjanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar