Bandar Lampung, Selasa, 300609
Al Hamdulillah Ya Allah Saya Sekarang Miskin
Oleh: Mohamad Istihori
Betapa senang hatiku. Bagaimana tidak, "madrasah malam" (MM) yang ku tunggu-tunggu akhirnya dibuka kembali. Meskipun MM-ku kali ini digelar di Pulau Sumatra, tepatnya Bandar Lampung.
Di hadapanku kini telah berdiri dengan penuh wibawa Kiai Jihad, sang pengasuh MM. Malam ini dia membawakan "sekeranjang rasa syukur" kepadaku sebagai oleh-oleh pengembaraannya mempelajari ilmu kehidupan.
Ia pun mulai membuka pembicaraan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan yang menghendaki hidup saya miskin dan melarat sampai hari ini."
Mendengar ucapan Kiai Jihad seperti itu aku terperanjat, "Loh mengapa bisa demikian Kiai? Mengapa anda bersyukur jadi orang miskin? Padahal di negara ini orang menghalalkan segala macam cara agar jadi orang kaya. Ada yang korupsi, ada yang jual diri, ada yang ngepet jadi babi, dan lain lagi."
Mendengar pendapat saya, Kiai Jihad hanya senyum seraya menanggapi, "Saya mensyukuri keadaan apapun jenisnya. Sekarang saya miskin iya saya syukuri. Kalau saya bekerja itu karena memang untuk memenuhi kewajiban bukan karena saya ingin kaya. Karena 'keinginan adalah sumber penderitaan' (Iwan Fals).
Kalau pun suatu hari saya kaya, itu bukan karena kerja saya tapi semata-mata karena perkenan Allah pada saat itu agar saya kaya. Dan, Allah sangat berhak untuk mengambil segala apa yang saya punya kapan saja dan di mana saja.
Maka saya sama sekali tidak mengutuk keadaan saya sekarang yang miskin ini sebagaimana saya juga sama sekali tidak menginginkan kelak saya jadi orang kaya. Jadi miskin al hamdulillah, kaya pun al hamdulillah. Malah bagi saya orang kaya adalah orang yang siap miskin. Sedangkan orang miskin adalah orang yang selalu merasa kurang dengan apa yang ia miliki sekarang."
"Itu kan alasan Kiai saja karena sekarang miskin. Nanti kalau kayak alasan juga beda." ujar saya.
"Manusia dikaruniai Allah kecanggihan internal untuk senantiasa dekat kepada Allah dalam setiap keadaan. Dengan kecanggihan akal itulah manusia bisa menaklukkan keadaan. Jadi keadaanlah yang takluk padanya. Bukan dia malah takluk pada keadaan." kata Kiai Nyetrik itu.
Ia pun menyudahi MM-nya karena ia tahu besok aku harus mengemban amanat Madani lagi.
Selasa, 30 Juni 2009
Senin, 29 Juni 2009
Pelabuhan Hati
Bandar Lampung, 300609
Pelabuhan Hati
Oleh: Mohamad Istihori
Kamu selalu berada di hadapanku
Tanpa batas ruang dan waktu
Spy cam/hidden cameraMu
Pun telah terpasang permanen di kanan-kiri pundakku
Merekam gerak-gerik langkahku
Aku sangat malu
Membayangkan nanti hasil rekaman itu
Kau selalu pengertian
Sedangkan aku tak tahu diri
Kau kekasih yang sangat setia
Sedangkan aku sangat punya potensi mengibuliMu
Padahal aku tahu Kau tak bisa dikibulin
Betapa bangganya aku punya Kekasih sepertiMu
Tanpa cintaMu aku tak tahu
Ke mana kalbu ini berlabuh
Wahai Tuhanku SWT
Pelabuhan Hati
Oleh: Mohamad Istihori
Kamu selalu berada di hadapanku
Tanpa batas ruang dan waktu
Spy cam/hidden cameraMu
Pun telah terpasang permanen di kanan-kiri pundakku
Merekam gerak-gerik langkahku
Aku sangat malu
Membayangkan nanti hasil rekaman itu
Kau selalu pengertian
Sedangkan aku tak tahu diri
Kau kekasih yang sangat setia
Sedangkan aku sangat punya potensi mengibuliMu
Padahal aku tahu Kau tak bisa dikibulin
Betapa bangganya aku punya Kekasih sepertiMu
Tanpa cintaMu aku tak tahu
Ke mana kalbu ini berlabuh
Wahai Tuhanku SWT
Jumat, 26 Juni 2009
Jihad Seorang Pemilik Kafe
Bandar Lampung, Jum'at, 260609
Jihad Seorang Pemilik Kafe
Oleh: Mohamad Istihori
Emha, dalam suatu Forum Kencuri Cinta (KC) Jakarta, pernah mengibaratkan jihad dengan sebuah roket yang memiliki dua pesawat pendorong agar roket tersebut sampai tujuan.
Pesawat pendorong pertama bernama ijtihad (perjuangan pemikiran) dan kedua bernama mujahadah (perjuangan hati). Kalau kita hubungkan dengan kegiatan keseharian sahabat kita yang saat ini sibuk mengurus kafenya maka ijtihadnya (perjuangan hidupnya) agar sampai pada segala apa yang ia harapkan maka ia pertama harus melakukan ijtihad (perjuangan pemikiran).
Mulai dari memilih tempat untuk mendirikan kafe, merancang bagaimana bentuk yang nyaman, memilih cat yang sesuai dan serasi, menyebarkan informasi penerimaan karyawan untuk kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, promosi, service yang memuaskan, dan berbagai macam perjuangan pemikiran (ijtihadnya) yang menurut akalnya mampu menarik minat banyak orang.
Setelah semua perjuangan pemikiran dilakukan dengan semaksimal mungkin maka sebagai manusia yang lemah dan penuh dengan kekurangan maka kita harus juga menggunakan kapal pendorong lain yang bernama mujahadah (perjuangan hati) seperti berdo'a, zikir, dan semua amal ibadah mahdhoh lainnya.
Kalau kedua kapal pendorong itu terus diaktifkan selama dia berjihad maka tercapainya apa yang dia harapkan memiliki peluang untuk bisa dicapai.
Maka jihad sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja dengan profesi yang berbeda-beda. Ini kalau memang kita memiliki semangat untuk melakukan penafsiran yang seluas-luasnya dalam kehidupan nyata, bukan hanya dalam tataran wacana.
Lain halnya kalau penafsiran jihad kita hanya terbatas pada level arti jihad secara bahasa saja. Semua itu sangat bergantung dari cara kita dalam menafsirkan sebuah istilah. Selamat menafsir dan selamat berjihad! Allahu Akbar...
Jihad Seorang Pemilik Kafe
Oleh: Mohamad Istihori
Emha, dalam suatu Forum Kencuri Cinta (KC) Jakarta, pernah mengibaratkan jihad dengan sebuah roket yang memiliki dua pesawat pendorong agar roket tersebut sampai tujuan.
Pesawat pendorong pertama bernama ijtihad (perjuangan pemikiran) dan kedua bernama mujahadah (perjuangan hati). Kalau kita hubungkan dengan kegiatan keseharian sahabat kita yang saat ini sibuk mengurus kafenya maka ijtihadnya (perjuangan hidupnya) agar sampai pada segala apa yang ia harapkan maka ia pertama harus melakukan ijtihad (perjuangan pemikiran).
Mulai dari memilih tempat untuk mendirikan kafe, merancang bagaimana bentuk yang nyaman, memilih cat yang sesuai dan serasi, menyebarkan informasi penerimaan karyawan untuk kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, promosi, service yang memuaskan, dan berbagai macam perjuangan pemikiran (ijtihadnya) yang menurut akalnya mampu menarik minat banyak orang.
Setelah semua perjuangan pemikiran dilakukan dengan semaksimal mungkin maka sebagai manusia yang lemah dan penuh dengan kekurangan maka kita harus juga menggunakan kapal pendorong lain yang bernama mujahadah (perjuangan hati) seperti berdo'a, zikir, dan semua amal ibadah mahdhoh lainnya.
Kalau kedua kapal pendorong itu terus diaktifkan selama dia berjihad maka tercapainya apa yang dia harapkan memiliki peluang untuk bisa dicapai.
Maka jihad sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja dengan profesi yang berbeda-beda. Ini kalau memang kita memiliki semangat untuk melakukan penafsiran yang seluas-luasnya dalam kehidupan nyata, bukan hanya dalam tataran wacana.
Lain halnya kalau penafsiran jihad kita hanya terbatas pada level arti jihad secara bahasa saja. Semua itu sangat bergantung dari cara kita dalam menafsirkan sebuah istilah. Selamat menafsir dan selamat berjihad! Allahu Akbar...
Kamis, 25 Juni 2009
Satu Kata Seribu Makna
Bandar Lampung, Kamis, 250609
Satu Kata Seribu Makna
Oleh: Mohamad Istihori
Cinta...
Sebuah kata
Punya seribu makna
Tak akan pernah habis tafsirannya
Berjuta orang memaknainya
Tapi belum tamat juga
Semua selalu saja
Mencapai koma
Semua orang bisa merasakannya
Dari muda
Hingga yang tua
Cinta Rohman untuk siapa saja
Cinta Rohman untuk semua
Tak ada batasannya
Cinta Rohim untuk satu orang saja
Cinta Rohim cinta istimewa
Tak ada kata mendua
Satu Kata Seribu Makna
Oleh: Mohamad Istihori
Cinta...
Sebuah kata
Punya seribu makna
Tak akan pernah habis tafsirannya
Berjuta orang memaknainya
Tapi belum tamat juga
Semua selalu saja
Mencapai koma
Semua orang bisa merasakannya
Dari muda
Hingga yang tua
Cinta Rohman untuk siapa saja
Cinta Rohman untuk semua
Tak ada batasannya
Cinta Rohim untuk satu orang saja
Cinta Rohim cinta istimewa
Tak ada kata mendua
Rabu, 24 Juni 2009
Lautan Firman Tuhan
Kamis, 250609
Lautan Firman Tuhan
Oleh: Mohamad Istihori
Hujan di tengah lautan
Sendirian
Kedinginan
Ku lihat di hadapan
Bentangan firman-firman Tuhan
Kekayaan alam berlimpahan
Dari rumput laut hingga ribuan ikan
Menciptakan kehidupan
Menawarkan keharmonisan
Tapi sayang keserakahan manusia
Merusak itu semua
Allah murka dan berkata!
"Dzhoharol fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aydinnaas"
Telah tampak kerusakan
Di daratan
Dan di lautan
Akibat ulah tangan
Manusia yang kerasukan setan
Lautan Firman Tuhan
Oleh: Mohamad Istihori
Hujan di tengah lautan
Sendirian
Kedinginan
Ku lihat di hadapan
Bentangan firman-firman Tuhan
Kekayaan alam berlimpahan
Dari rumput laut hingga ribuan ikan
Menciptakan kehidupan
Menawarkan keharmonisan
Tapi sayang keserakahan manusia
Merusak itu semua
Allah murka dan berkata!
"Dzhoharol fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aydinnaas"
Telah tampak kerusakan
Di daratan
Dan di lautan
Akibat ulah tangan
Manusia yang kerasukan setan
Rumah Tangga Sang Saka Merah-Putih
Kamis, 250609
Rumah Tangga Sang Saka Merah-Putih
Oleh: Mohamad Istihori
Jika sedang memiliki waktu sedikit luang cobalah perhatikan bendera merah-putih yang sedang berkibar lalu apa yang kemudian terlintas dalam pikiran anda?
Ada banyak teman menafsirkannya. Ada banyak sahabat yang mencoba menghayati, memaknai, dan meresapi kira-kira apa iya yang bisa kita hikmahi dari bendera kebangsaan kita itu?
Ketika menunggu Pak Iskandar, supir Gaya Baru Sejahtera (GBS) Travel yang membuka tengki mobilnya untuk diisi bensin, tepat di depan saya di POM bensin itu ada tiang bendera dengan bendera merah-putih di puncaknya.
Karena sebelum berangkat ke Bandar Lampung saya sempat membaca artikel Lina Mario Teguh yang dengan sangat super membahas lika-liku rumah tangga, tiba-tiba saja saya mendapat perumpamaan bahwa kehidupan rumah tangga itu seperti bendera merah-putih.
Warna merah yang berada di atas menggambarkan suami yang berani, tegas, dan bertanggung jawab. Lalu, warna putih di bawahnya menggambarkan istri dengan cinta yang suci dan penuh kelembutan.
Oh betapa indahnya rumah tangga sang saka merah-putih itu. Lihatlah mereka menyambut dengan penuh kemesraan tiupan "angin masalah" dan terpaan "hujan problematika rumah tangga" mereka.
Berbagai hal menguji namun mereka tidak terpisahkan. Mereka terus berkibar di ujung tiang tertinggi kehangatan cinta mereka. Kalau saja setiap keluarga Indonesia adalah keluarga sang saka merah-putih maka bangsa Indonesia akan terus berkibar di pentas kehidupan global dan universal.
Sayangnya banyak kini keluarga bukan lagi menjadi tempat anak-anak curhat. Karena belum selesai si anak ngomong udah dipotong. Belum sudah mengutarakan suatu pemikiran sudah disangkal. Belum selesai anak berpendapat sudah didebat dan disalahkan.
Keluarga tidak lagi menjadi forum suami-istri berbagi cerita dan menumpahkan perasaan karena mereka berdua sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berangkat kerja pagi-pagi lalu pulang malam sudah sangat cape. Lalu kapan mereka bisa bersenda gurau seperti mereka masih pacaran dulu?
Rumah Tangga Sang Saka Merah-Putih
Oleh: Mohamad Istihori
Jika sedang memiliki waktu sedikit luang cobalah perhatikan bendera merah-putih yang sedang berkibar lalu apa yang kemudian terlintas dalam pikiran anda?
Ada banyak teman menafsirkannya. Ada banyak sahabat yang mencoba menghayati, memaknai, dan meresapi kira-kira apa iya yang bisa kita hikmahi dari bendera kebangsaan kita itu?
Ketika menunggu Pak Iskandar, supir Gaya Baru Sejahtera (GBS) Travel yang membuka tengki mobilnya untuk diisi bensin, tepat di depan saya di POM bensin itu ada tiang bendera dengan bendera merah-putih di puncaknya.
Karena sebelum berangkat ke Bandar Lampung saya sempat membaca artikel Lina Mario Teguh yang dengan sangat super membahas lika-liku rumah tangga, tiba-tiba saja saya mendapat perumpamaan bahwa kehidupan rumah tangga itu seperti bendera merah-putih.
Warna merah yang berada di atas menggambarkan suami yang berani, tegas, dan bertanggung jawab. Lalu, warna putih di bawahnya menggambarkan istri dengan cinta yang suci dan penuh kelembutan.
Oh betapa indahnya rumah tangga sang saka merah-putih itu. Lihatlah mereka menyambut dengan penuh kemesraan tiupan "angin masalah" dan terpaan "hujan problematika rumah tangga" mereka.
Berbagai hal menguji namun mereka tidak terpisahkan. Mereka terus berkibar di ujung tiang tertinggi kehangatan cinta mereka. Kalau saja setiap keluarga Indonesia adalah keluarga sang saka merah-putih maka bangsa Indonesia akan terus berkibar di pentas kehidupan global dan universal.
Sayangnya banyak kini keluarga bukan lagi menjadi tempat anak-anak curhat. Karena belum selesai si anak ngomong udah dipotong. Belum sudah mengutarakan suatu pemikiran sudah disangkal. Belum selesai anak berpendapat sudah didebat dan disalahkan.
Keluarga tidak lagi menjadi forum suami-istri berbagi cerita dan menumpahkan perasaan karena mereka berdua sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berangkat kerja pagi-pagi lalu pulang malam sudah sangat cape. Lalu kapan mereka bisa bersenda gurau seperti mereka masih pacaran dulu?
Islam Slengean
Kamis, 250609
Islam Slengean
Oleh: Mohamad Istihori
Lebih baik orang yang penampilan urakan
Gaya slengean
Tapi mampu menjaga kehormatan
Daripada orang yang sibuk pake sorban
Atau kemana-mana jilbaban
Tapi untuk kesombongan
Hai kawan!
Zaman sudah edan
Jangan tertipu oleh pakaian
Islam Slengean
Oleh: Mohamad Istihori
Lebih baik orang yang penampilan urakan
Gaya slengean
Tapi mampu menjaga kehormatan
Daripada orang yang sibuk pake sorban
Atau kemana-mana jilbaban
Tapi untuk kesombongan
Hai kawan!
Zaman sudah edan
Jangan tertipu oleh pakaian
Langganan:
Postingan (Atom)