Jogja, Selasa, 020609
Tentang Sebuah Ingatan
Oleh: Mohamad Istihori
Pernahkah kau bayangkan bagaimana jadinya kalau ingatanmu hilang?
Kau tahu betapa berharganya sebuah ingatan bagi kehidupan kita?
Bagi cinta kita?
Bagi pekerjaan kita?
Bagi kuliah atau sekolah kita?
Dan, bagi semua aktivitas kita?
Pernahkan sedikit saja kita bersyukur kepada Allah untuk nikmat ingatan yang Ia berikan begitu saja kepada kita?
“Terus kalau mau bersyukur bagaimanakah cara kita mengekspresikan rasa syukur kita atas nikmat-Nya berupa ingatan itu?”
Bagaimana kalau tiba-tiba ingatan kita Ia hapuskan?
Di-dell?
Masuk recycle bin?
Dan tidak bisa kembali lagi?
Kau tahu betapa sedihnya kita
Jika ingatan tentang orang yang sangat kita cintai tiba-tiba saja hilang dan terhapuskan?
Kamis, 04 Juni 2009
Modifikasi Mental
Jogja, Rabu, 3 Juni 2009
Modifikasi Mental
Oleh: Mohamad Istihori
Kalau kita punya motor atau mobil yang hendak kita modifikasi maka kalau kita tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman mengenai modifikasi, jangan coba-coba untuk memodifikasinya seorang diri. Karena nanti hasilnya bukan menjadi lebih baik, lebih bagus, dan lebih oke malah menjadi rusak. Bahkan dikhawatirkan kendaraan tersebut tidak bisa dipakai lagi. Kalau nggak bisa mah jangan dipaksain. Lebih baik minta bantuan orang lain atau bawa aja sekalian ke bengkel modifikasi.
“Iya itu kalau punya uang. Kalau nggak punya?”
Ngutang!
“Ngutang?”
Iya kalau nggak mau ngutang minta bantuan teman lah. Kalau nggak punya teman yang bisa memofikasi kendaraan kita, yo wis toh terima saja kendaraanmu apa adanya. Kan yang penting fungsinya. Bukan modifikasinya.
…
Demikianlah bagi saya gambaran kalau kita hendak mengubah watak atau kepribadian sendiri atau orang lain. Mengubah watak atau kepribadian memerlukan pengetahuan psikologi, budaya, dan sosial yang mumpuni. Nggak boleh asal-asalan apalagi memakai paksaan dan kekerasan. Dua hal tersebut, yang konon lebih kita pilih, malah akan merusak pertumbuhan mental bukan malah mengembangkannya.
Memodifikasi mental juga dibutuhkan kesabaran, keuletan, dan ketekunan. Nggak bisa dong kita mengubah mental secara instan menurut kemaun kita sendiri. Karena setiap orang pun memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Keunikan mental inilah yang harus kita cermati, kita dukung pertumbuhannya menuju kebenaran. Bukan malah dihancurkan dan dimusnakan dengan paksaan dan kekerasan.
Hanya kelembutan hati, keikhlasan amal, dan pembelajaran sepanjang hiduplah yang membuat seseorang memiliki kemungkinan untuk memodifikasi mental. Yang nggak punya kesabaran mending belajar sabar dan ikhlas dulu deh. Nggak usah nyuruh-nyuruh orang lain begini-begitu. Kita perbaiki diri kita sendiri saja terlebih dahulu sambil kita terus tambah input ilmu pengetahuan yang memang kita butuhkan dalam menjalankan kehidupan maka kita pun akan mengerti diri kita sendiri.
Orang yang sudah mengenal diri sendiri memiliki kemungkinan sangat besar untuk mengenal Tuhan. Dan, kalau kita sudah mengenal Dia, akrab, dan dekat dengan Dia maka jangankan mental alam semesta pun bisa kita ubah. Tentu saja bukan karena kitanya tapi semua itu akan terwujud atas perkenan Allah SWT.
Modifikasi Mental
Oleh: Mohamad Istihori
Kalau kita punya motor atau mobil yang hendak kita modifikasi maka kalau kita tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman mengenai modifikasi, jangan coba-coba untuk memodifikasinya seorang diri. Karena nanti hasilnya bukan menjadi lebih baik, lebih bagus, dan lebih oke malah menjadi rusak. Bahkan dikhawatirkan kendaraan tersebut tidak bisa dipakai lagi. Kalau nggak bisa mah jangan dipaksain. Lebih baik minta bantuan orang lain atau bawa aja sekalian ke bengkel modifikasi.
“Iya itu kalau punya uang. Kalau nggak punya?”
Ngutang!
“Ngutang?”
Iya kalau nggak mau ngutang minta bantuan teman lah. Kalau nggak punya teman yang bisa memofikasi kendaraan kita, yo wis toh terima saja kendaraanmu apa adanya. Kan yang penting fungsinya. Bukan modifikasinya.
…
Demikianlah bagi saya gambaran kalau kita hendak mengubah watak atau kepribadian sendiri atau orang lain. Mengubah watak atau kepribadian memerlukan pengetahuan psikologi, budaya, dan sosial yang mumpuni. Nggak boleh asal-asalan apalagi memakai paksaan dan kekerasan. Dua hal tersebut, yang konon lebih kita pilih, malah akan merusak pertumbuhan mental bukan malah mengembangkannya.
Memodifikasi mental juga dibutuhkan kesabaran, keuletan, dan ketekunan. Nggak bisa dong kita mengubah mental secara instan menurut kemaun kita sendiri. Karena setiap orang pun memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Keunikan mental inilah yang harus kita cermati, kita dukung pertumbuhannya menuju kebenaran. Bukan malah dihancurkan dan dimusnakan dengan paksaan dan kekerasan.
Hanya kelembutan hati, keikhlasan amal, dan pembelajaran sepanjang hiduplah yang membuat seseorang memiliki kemungkinan untuk memodifikasi mental. Yang nggak punya kesabaran mending belajar sabar dan ikhlas dulu deh. Nggak usah nyuruh-nyuruh orang lain begini-begitu. Kita perbaiki diri kita sendiri saja terlebih dahulu sambil kita terus tambah input ilmu pengetahuan yang memang kita butuhkan dalam menjalankan kehidupan maka kita pun akan mengerti diri kita sendiri.
Orang yang sudah mengenal diri sendiri memiliki kemungkinan sangat besar untuk mengenal Tuhan. Dan, kalau kita sudah mengenal Dia, akrab, dan dekat dengan Dia maka jangankan mental alam semesta pun bisa kita ubah. Tentu saja bukan karena kitanya tapi semua itu akan terwujud atas perkenan Allah SWT.
Pelaminan
Jogjakarta, 300509
Pelaminan
Oleh: Mohamad Istihori
Pelaminan bukanlah permainan jodoh-jodohan
Apalagi sebuah ajang pertaruhan untuk mencari kekayaan
Kalau demikian yang dilakukan
Itu merupakan bentuk lain dari perjudian
Maka berterima kasihlah pada Tuhan
Karena sekarang kau sudah berada di pelaminan
Yang sungguhan
Bukan yang bohong-bohongan
Yang beneran
Bukan yang pura-pura penuh kepalsuan
Itu adalah mimpi setiap anak perawan
Duduk bersanding bersama lelaki pujaan
Berdua arungi samudra kehidupan
Mulai hari ini sampai masuk lubang kuburan
Bila kelak kau temui kesusahan
Ketahuilah itu bukan ujian atau cobaan
Tapi itu adalah penilaian
Juga merupakan sebuah kesempatan dan tawaran Tuhan
Untuk meraih kemuliaan
Aku selalu mendoakan
Semoga kalian mendapatkan kebahagiaan
Ada dua kunci kelanggengan sebuah hubungan
Ialah kesetiaan
Adalah rasa saling pengertian
Buanglah jauh-jauh segala macam bentuk kecurigaan
Pelajarilah terus semua variasi kemesraan
Maka kau akan dapat semua asa dan harapan
Pelaminan
Oleh: Mohamad Istihori
Pelaminan bukanlah permainan jodoh-jodohan
Apalagi sebuah ajang pertaruhan untuk mencari kekayaan
Kalau demikian yang dilakukan
Itu merupakan bentuk lain dari perjudian
Maka berterima kasihlah pada Tuhan
Karena sekarang kau sudah berada di pelaminan
Yang sungguhan
Bukan yang bohong-bohongan
Yang beneran
Bukan yang pura-pura penuh kepalsuan
Itu adalah mimpi setiap anak perawan
Duduk bersanding bersama lelaki pujaan
Berdua arungi samudra kehidupan
Mulai hari ini sampai masuk lubang kuburan
Bila kelak kau temui kesusahan
Ketahuilah itu bukan ujian atau cobaan
Tapi itu adalah penilaian
Juga merupakan sebuah kesempatan dan tawaran Tuhan
Untuk meraih kemuliaan
Aku selalu mendoakan
Semoga kalian mendapatkan kebahagiaan
Ada dua kunci kelanggengan sebuah hubungan
Ialah kesetiaan
Adalah rasa saling pengertian
Buanglah jauh-jauh segala macam bentuk kecurigaan
Pelajarilah terus semua variasi kemesraan
Maka kau akan dapat semua asa dan harapan
JIL Bab
Rabu, 270509
JIL Bab
Oleh: Mohamad Istihori
Pada sebuah media dikabarkan bahwa sebagian kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih tertarik untuk memilih pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto atau JK-Win dengan alasan karena para istri pasangan tersebut mengenakan jilbab. Alasan ini menarik perhatian saya sehingga saya pun terdorong untuk menuliskannya.
Jilbab bagi seorang wanita memang adalah sebuah kewajiban dalam Islam. Jilbab adalah simbol kemerdekaan dan kebebasan seorang perempuan mengalahkan ego dan hawa nafsunya. Jilbab, bagi saya, juga adalah lambang kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.
Bukan gara-gara karena suami hendak mencalonkan diri jadi capres atau cawapres tiba-tiba ke mana-mana memakai jilbab. Jilba itu bukan busana arisan atau kondangan. Banyak anak perempuan yang terpaksa memakai jilbab karena aturan sekolah, takut sama orang tua, atau pimpinan pondok pesantrennya.
Maka sangatlah tidak pas rasanya kalau kita memilih capres-cawapres hanya berdasarkan karena para istri mereka mengenakan jilbab. Tanpa memikirkan dan mempertimbangkan hal lain yang lebih substansial.
Saya bukan ingin beropini bahwa mempertimbangkan jilbab bukan merupakan hal yang penting hanya saja kalau kita perhatikan gejala wanita sekarang mereka yang memakai jilbab belum tentu memiliki pemahaman tentang jilbab itu sendiri. Sehingga hanya fisiknya saja yang memakai jilbab. Namun hati dan akalnya belum menjamin juga “dijilbabi”.
Dan, di saat lain banyak wanita yang sampai hari ini belum mengenakan jilbab bukan berarti karena mereka menganggap memakai jilbab itu tidak wajib. Tapi karena banyak dimensi dan alasan sosial yang menjadikan mereka sampai hari ini belum memakai jilbab.
Hidup begitu luas. Melihatnya harus memakai kaca mata multidimensi agar kelak kita tidak kecele oleh hal-hal yang formal dan fisik. Jadi mulai hari ini mari kita belajar kembali untuk bersama-sama maupun sendiri-sendiri memaknai jilbab secara hakikat agar kalau sudah memakai jilbab kita benar-benar mengerti alasannya kenapa kita memakainya. Dan, bagi mereka yang belum memakai jilbab bisa menemukan jalan hidayah untuk menjadi muslimah dan sholehah. Amin (tanpa Rais..)
JIL Bab
Oleh: Mohamad Istihori
Pada sebuah media dikabarkan bahwa sebagian kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih tertarik untuk memilih pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto atau JK-Win dengan alasan karena para istri pasangan tersebut mengenakan jilbab. Alasan ini menarik perhatian saya sehingga saya pun terdorong untuk menuliskannya.
Jilbab bagi seorang wanita memang adalah sebuah kewajiban dalam Islam. Jilbab adalah simbol kemerdekaan dan kebebasan seorang perempuan mengalahkan ego dan hawa nafsunya. Jilbab, bagi saya, juga adalah lambang kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.
Bukan gara-gara karena suami hendak mencalonkan diri jadi capres atau cawapres tiba-tiba ke mana-mana memakai jilbab. Jilba itu bukan busana arisan atau kondangan. Banyak anak perempuan yang terpaksa memakai jilbab karena aturan sekolah, takut sama orang tua, atau pimpinan pondok pesantrennya.
Maka sangatlah tidak pas rasanya kalau kita memilih capres-cawapres hanya berdasarkan karena para istri mereka mengenakan jilbab. Tanpa memikirkan dan mempertimbangkan hal lain yang lebih substansial.
Saya bukan ingin beropini bahwa mempertimbangkan jilbab bukan merupakan hal yang penting hanya saja kalau kita perhatikan gejala wanita sekarang mereka yang memakai jilbab belum tentu memiliki pemahaman tentang jilbab itu sendiri. Sehingga hanya fisiknya saja yang memakai jilbab. Namun hati dan akalnya belum menjamin juga “dijilbabi”.
Dan, di saat lain banyak wanita yang sampai hari ini belum mengenakan jilbab bukan berarti karena mereka menganggap memakai jilbab itu tidak wajib. Tapi karena banyak dimensi dan alasan sosial yang menjadikan mereka sampai hari ini belum memakai jilbab.
Hidup begitu luas. Melihatnya harus memakai kaca mata multidimensi agar kelak kita tidak kecele oleh hal-hal yang formal dan fisik. Jadi mulai hari ini mari kita belajar kembali untuk bersama-sama maupun sendiri-sendiri memaknai jilbab secara hakikat agar kalau sudah memakai jilbab kita benar-benar mengerti alasannya kenapa kita memakainya. Dan, bagi mereka yang belum memakai jilbab bisa menemukan jalan hidayah untuk menjadi muslimah dan sholehah. Amin (tanpa Rais..)
Senin, 01 Juni 2009
Tingkatan Cinta
Jogja, Ahad, 310509
Tingkatan Cinta
Tingkat pertama: `Aliqa= pandangan mata atau berita yang didengar yang melahirkan rasa senang.
Tingkat kedua: Mail= melebihi `aliqa sehingga terbetik keinginan untuk mendekat.
Tingkat ketiga: Mawaddah= bila keinginan itu mencapai tingkat kehendak untuk menguasainya.
Tingkat keempat: Khullah.
Tingkat kelima: Ashababah.
Tingkat keenam: al Hawa
Tingkat ketujuh: al `Isyq= bila seseorang bersedia berkorban atau membahayakan dirinya demi kekasihnya.
Tingkat kedelapan: at Tatayum= jika cinta telah memenuhi hati seseorang, sehingga tidak ada tempat bagi yang lain.
Tingkat kesembilan: Walih= jika seseorang tidak lagi dapat menguasai dirinya atau tidak lagi mampu berpikir dan membedakan sesuatu, akibat cinta.
(Dari Hernowo dari Quraish Shihab dari Yusuf Asy Syaruni ibn Al Jauzi berkata demikian dalam bukunya Dzamm Al Hawa)
Tingkatan Cinta
Tingkat pertama: `Aliqa= pandangan mata atau berita yang didengar yang melahirkan rasa senang.
Tingkat kedua: Mail= melebihi `aliqa sehingga terbetik keinginan untuk mendekat.
Tingkat ketiga: Mawaddah= bila keinginan itu mencapai tingkat kehendak untuk menguasainya.
Tingkat keempat: Khullah.
Tingkat kelima: Ashababah.
Tingkat keenam: al Hawa
Tingkat ketujuh: al `Isyq= bila seseorang bersedia berkorban atau membahayakan dirinya demi kekasihnya.
Tingkat kedelapan: at Tatayum= jika cinta telah memenuhi hati seseorang, sehingga tidak ada tempat bagi yang lain.
Tingkat kesembilan: Walih= jika seseorang tidak lagi dapat menguasai dirinya atau tidak lagi mampu berpikir dan membedakan sesuatu, akibat cinta.
(Dari Hernowo dari Quraish Shihab dari Yusuf Asy Syaruni ibn Al Jauzi berkata demikian dalam bukunya Dzamm Al Hawa)
Kosmetika Cinta
Jogja, 300509
Kosmetika Cinta
Oleh: Mohamad Isthori
Bukan hanya wanita
Cinta pun kini sudah mulai pandai memakai kosmetika
Pintar menutup aib dan kekurangannya
Sehingga semua terasa sempurna
Tapi itu hanya pada awalnya saja
Pada hasrat yang menggebu-gebu dan menggelora
Tapi kau lihatlah saja nanti ending-nya
Cinta yang hanya berdasarkan kosmetika:
“lipstik” harta
“bedak” tahta, dan
“shawdow eyes” kuasa
Semua hanya akan berakhir dengan duka dan air mata (na`udzubillahi min tilka)
Sesal kemudian tak ada guna
Meratap dan menangis juga sia-sia
Maka pelajarilah cinta dengan segenap jiwa
Dengan dada dan tangan terbuka
Dan, setialah pada cinta
Sampai akhir masa
Hingga tutup usia
Untill ajal menjemput nyawa
Kosmetika Cinta
Oleh: Mohamad Isthori
Bukan hanya wanita
Cinta pun kini sudah mulai pandai memakai kosmetika
Pintar menutup aib dan kekurangannya
Sehingga semua terasa sempurna
Tapi itu hanya pada awalnya saja
Pada hasrat yang menggebu-gebu dan menggelora
Tapi kau lihatlah saja nanti ending-nya
Cinta yang hanya berdasarkan kosmetika:
“lipstik” harta
“bedak” tahta, dan
“shawdow eyes” kuasa
Semua hanya akan berakhir dengan duka dan air mata (na`udzubillahi min tilka)
Sesal kemudian tak ada guna
Meratap dan menangis juga sia-sia
Maka pelajarilah cinta dengan segenap jiwa
Dengan dada dan tangan terbuka
Dan, setialah pada cinta
Sampai akhir masa
Hingga tutup usia
Untill ajal menjemput nyawa
Cinta Biasa Karena Biasa Cinta
Jogja, 300509
Cinta Biasa Karena Biasa Cinta
Oleh: Mohamad Istihori
Jika memang kita tak lagi jumpa
Ku harap engkau tak lupa
Kalau esok aku pergi
Tolong jangan hapus aku dari memori
Kisah kita hanya cinta biasa
Tak ada yang istimewa
Tak terasa megah
Tak berasa wah!
Malah banyak susahnya
Sinyal putus-putuslah
Naik motor kepanasan atau kehujananlah
Kehabisan pulsalah
Alah pokoknya mah sengsara aja!
Karena, entah kenapa
Aku lebih menyukai sesuatu yang mengalir dan apa adanya
Tanpa rekayasa, “lipstik”, atau “kosmetika”
Apalagi dusta di antara kita…
Cinta Biasa Karena Biasa Cinta
Oleh: Mohamad Istihori
Jika memang kita tak lagi jumpa
Ku harap engkau tak lupa
Kalau esok aku pergi
Tolong jangan hapus aku dari memori
Kisah kita hanya cinta biasa
Tak ada yang istimewa
Tak terasa megah
Tak berasa wah!
Malah banyak susahnya
Sinyal putus-putuslah
Naik motor kepanasan atau kehujananlah
Kehabisan pulsalah
Alah pokoknya mah sengsara aja!
Karena, entah kenapa
Aku lebih menyukai sesuatu yang mengalir dan apa adanya
Tanpa rekayasa, “lipstik”, atau “kosmetika”
Apalagi dusta di antara kita…
Langganan:
Postingan (Atom)