Rabu, 19 Agustus 2009

Isra Mi'raj Cinta

Selasa, 18 Agustus 2009

Isra Mi'raj Cinta

Oleh: Mohamad Istihori

1

Bila Kau mi'rajkan ruh dan tubuh kekasih-Mu Muhammad Rosulullah Saw, sungguh tak pantas aku meminta Kau untuk memi'rajkanku. Hatiku penuh noda sebab aku selalu menjadikan selain-Mu sebagai pusat perhatian, fokus, dan rencana utama hidup serta matiku.

Apalagi perjuangan yang aku hadapi belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan beratnya perjuangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan keselamatan, cinta, dan ketulusan persahabat kemanusiaan kepada siapa saja makhluk Tuhan yang ia jumpai sepanjang hidupnya.

Namun demikian ku berharap bisa mereguk cawan cinta-Mu di hari Kau mengisra-mi'rajkan kekasih-Mu, manusia yang paling mulia itu. Salam 'alaika ya Rosulallah wa ahla baitika. Amin.

2

Peristiwa Isra Mi'raj bagi saya sangat melambangkan arti cinta. Mengapa Allah mengisrakan Nabi terlebih dahulu baru kemudian Ia memi'rajkan beliau? Pertanyaan ini sama dengan mengapa dalam lafadz basmalah, Allah mendahulukan lafadz ar rahman baru ar rahim?

Peristiwa isra itu adalah lambang atau gambaran cinta horizontal, cinta dengan sesama manusia, hablum minannaas, cinta yang meluas, kemesraan yang kita bangun dan kita setiai dengan siapa saja sebagai sesama ciptaan Allah tanpa memandang ras, suku, bangsa, bahkan agama.

Bagi seorang muslim yang sudah memaknai peristiwa isra maka ia tidak akan memiliki alasan untuk membenci saudaranya yang Yahudi dan Nasrani. Bukankah mereka juga adalah ciptaan Allah? Bukankah mereka juga satu mbah dengan kita umat Islam yaitu "Mbah Nabi Ibrahim"?

Bukankah kalau kita membenci ciptaan Allah maka Allah sebagai penciptanya juga akan marah kepada kita? Sebagaimana kalau kita menghina sebuah lukisan maka sang pelukis akan otomatis marah kepada kita?

Secara nasab, sebagaimana yang saya tuliskan, umat Muslim itu satu mbah dengan umat Yahudi dan Nasrani. Nabi Ibrahim itu kan punya dua putra, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Umat Muslim keturunan Nabi Ismail sedangkan Umat Yahudi dan Nasrani keturunan Nabi Ishaq.

Kalau begitu, bukankah hal itu berarti juga bahkan setiap sholat kita selalu menyebut "Mbahnya orang Yahudi dan Nasrani", "...kamaa shollaita 'ala Ibroohiim wa 'alaa aali Ibroohiim...kamaa baarokta 'alaa Ibroohiim wa 'alaa aali Ibroohiim..."

Mbah mana coba yang tidak marah kalau keturunannya dimusuhin? Maka kalau memang kita telah benar-benar memperingati peristiwa Isra maka hilanglah semua kebencian dalam hati kita. Yang ada hanya cinta, cinta, dan cinta kepada sesama manusia, siapa saja.

3

Sedangkan Mi'raj bisa kita kiaskan sebagai lambang cinta yang khusus, spesial, the only one, cinta yang hanya kita berikan untuk seorang di mana kita harus "menapaki langit ke tujuh" untuk meraih dan menggapainya.

Mi'raj adalah lambang cinta antara Tuhan dengan hamba-Nya, antara suami dengan istri, antara pemerintah dengan rakyat, dan antara manusia dengan alam.

Semoga peringatan Isra Mi'raj kali ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siapa saja yang memiliki keinginan untuk lebih mendalami makna cinta.

Nikmatnya Hidup

Selasa, 18 Agustus 2009

Nikmatnya Hidup

Oleh: Mohamad Istihori

Ya Allah nikmatnya hidup orang yang selalu dicurigai

Karena semakin ia dicurigai semakin tidak terbukti

Dan, pihak yang mencurigai pun semakin bete dan capek hati

Ya Allah lezatnya hidup orang yang senantiasa difitnah

Karena semakin ia difitnah maka semakin banyak pahala yang ia terima dari orang yang memfitnah

Atau, kalau pihak yang memfitnah tidak punya kebaikan maka dosa orang yang difitnah akan ditransfer ke "tabungan akhirat" milik orang yang selalu memfitnahnya

Emang enak kalau "tabungan akhirat" kita justru berisi dosa-dosa yang tidak pernah kita lakukan?

Ya Allah enak banget hidup orang yang selalu diremehkan, dikucilkan, dibuang, dan dimarjinalkan

Karena semua itu justru menjadi ongkos baginya untuk lebih dekat dengan-Mu

Karena ketika tak seorang pun berkenan dan sudi menemaninya, justru Engkaulah yang senantiasa menghibur hatinya dan yang lebih dahsyat lagi telah Engkau persiapkan surga baginya

Ya Allah, Ya Allah, betapa khusu'nya hidup orang yang selalu dizalimi, disakiti, dan disiksa oleh orang-orang yang semestinya menyayangi, mengasihi, mengayomi, dan melindunginya

Karena antara do'anya dan pengabulan-Mu sudah tidak ada lagi hijab, tabir, atau penghalang

Maka apapun yang ia pinta Engkau pasti mengabulkan dan memenuhinya

Maka ia sangat mengikhlaskan diri ketika ada orang yang mencurigainya, memfitnahnya, mengkambinghitamkannya, menzaliminya, menyiksanya, meninggalkannya, mendustainya, serta memanfaatkan kebaikan, kelemahan, dan ketidaktegaan hatinya

Karena sesungguhnya ia tidaklah seperti yang mereka kira dan sangka selama ini

Minggu, 16 Agustus 2009

Sengketa Rumah Tangga

Jum'at, 31 Juli 2009

Tafsir Jalalain

An Nisa: 35

Sengketa Rumah Tangga

Oleh: Mohamad Istihori

Wa in khiftum syiqooqo bainihimaa fab'atsuu hakamam min ahlihi wa hakamam min ahlihaa iy yuriidaa ishlaahay yuwaffiqillahu bainahumaa innallaha kaana 'aliiman khobiiroo.

Ayat ini menjelaskan seruan Allah ketika ada orang yang berumah tangga tapi masih dipenuhi oleh persengketaan-persengketaan dalam rumah tangga. Maka pertanyaan yang bisa kita kemukakan di sini adalah, "Apakah gerangan yang harus dilakukan?"

Kalau kita perhatikan ayat 35 surat An Nisa di atas maka untuk menyelesaikan atau mencarikan jalan keluar dari persengketaan rumah tangga adalah:

-Wa in khiftum
(Dan, jika kamu sekalian merasa khawatir, takut)

- Syiqooqo
(Terhadap cek-cok, ribut, pertengkaran, pertikaian, salah paham, mis communication, persengketaan)

- Bainihimaa
(Antara mereka berdua, antara suami dengan istri)

- Fab'atsuu
(Maka utuslah, kirimlah, delegasikanlah oleh kamu sekalian)

- Hakaman
(Juru runding, juru damai, hakim, penengah, moderator) yang disepakati oleh kedua belah pihak, suami-istri. Jangan sampai juru runding ini hanya disepakati oleh satu pihak saja. Juru runding di sini pun harus rojulan 'adlan, orang yang adil dan dianggap telah memahami lika-liku rumah tangga

Apakah ia juga harus sudah menikah? Idealnya sih begitu. Tidak mungkin sempurna pengetahuan seseorang tentang suatu hal kecuali ia telah mengalaminya sendiri. Demikian juga dengan juru runding masalah rumah tangga.

Tidak mungkin ia memahami seluk-beluk rumah tangga kecuali ia sendiri juga sudah merasakan pahit-manisnya menjalin hubungan suami-istri)

- Min ahlihi
(Dari pihak suami) Atau dengan kata lain yang mewakili suami dalam hal menjatuhkan talak

- Wa hakamam
(Dan seorang juru runding, sang negosiator)

- Min ahlihaa
(Dari pihak istri) Pihak dari istri yang mewakili istri dalam hal menerima talak

- Iy yuriidaa
(Jika kedua hakim, juru runding, atau juru damai atau ada juga yang menafsirkan jika suami-istri)

- Ishlaahan
(Mampu menyatukan suami-istri tersebut melalui metode ruju' atau ada yang menafsirkan jika suami-istri yang bertikai tersebut mau damai atau ruju', berkumpul kembali dan menjalani kehidupan rumah tangga seperti biasa)

-Yuwaffiqi
(Maka memufakatkan)

- Allahu
(Allah)

- Bainahuma
(Antara mereka berdua, suami dan istri)

- Innallaha
(Sesungguhnya Allah)

- Kaana
(Bukti atau telah ada Allah)

- 'Aliiman
(Adalah Maha Mengetahui)

- Khobiiron
(Lagi Maha Mengabarkan)

Lalu bagaimana jika tidak ada "hakim" dari kedua belah pihak? Maka bisa ke pengadilan agama atau solusi lain yang mungkin bisa ditawarkan adalah mencari dua orang hakim yang bukan berasal dari kedua belah pihak suami-istri asalkan kedua orang ini bisa adil.

Wah repot iya juga berumah tangga?

"Iya lah! Makanya kalau memang mau berumah tangga itu mesti dihitung dan dimatangkan segalanya. Terutama ilmu dan kedewasaan kita untuk saling mencintai dan menerima kekurangan maupun kelebihan pasangan kita." ujar Kiai Jihad.

Kamis, 13 Agustus 2009

Muhammad Sang Teladan

Sabtu, 08 Agustus 2009

Muhammad Sang Teladan

Oleh: Mohamad Istihori

Tahukan engkau siapa itu al Quran yang berjalan?
Ketahuilah bahwa dia adalah Muhammad sang teladan

Manusia yang memiliki banyak kekayaan
Tapi ia memilih untuk hidup dalam kemiskinan

Orangnya jujur tak terkirakan
Ucapannya hikmah dan kebenaran
Lurus dan tulus dalam segala perbuatan

Kemuliaan akhlaknya tidak akan habis meski dibicarakan seharian

Letak Kebahagiaan

Sabtu, 08 Agustus 2009

Letak Kebahagiaan

Oleh: Mohamad Istihori

Kebahagiaan itu bukan di Australi
Bukan di Itali
Bukan di Hawaii
Bukan di Haiti
Bukan juga di Bali
Bukan terutama di sana atau di sini

Kebahagiaan bukan pada masalah seberapa mewah rumah yang kita huni
Seberapa canggih kendaraan yang kita miliki
Seberapa banyak uang yang kita kantongi

Kebahagiaan bukan pada faktor kecantikan sang istri
Atau ketampanan sang suami

Tapi kebahagiaan itu terletak pada hati yang berzikir
Pada nafsu yang disetir
Dan, akal yang berpikir

Senin, 03 Agustus 2009

Latihan Sabar Yuk!

Senin, 03 Agustus 2009

Latihan Sabar Yuk!

Oleh: Mohamad Istihori
(Diambil dari terapi agama Ust. Fuad di Madani Mental Health Care Jakarta)

Susah iya untuk sabar? Iya emang susah sabar itu. Emangnya gampang? Apalagi kalau kita kurang latihan sabar. Yang suka latihan sabar aja pada kenyataannya belum tentu bisa sabar. Apalagi kita tidak pernah mencoba belajar sabar.

Kalau kita tidak biasa belajar sabar maka ketika ada masalah dalam hidup kita, niscaya kita akan terkaget-terkaget-terkaget meladeni dan melakoninya.

Hidup kan tidak akan pernah lepas dari masalah. Tapi jangan cari-cari masalah. Karena nggak dicari pun Allah pasti akan selalu menganugrahkan masalah dalam hidup kita.

Jadi masalah tidak akan menjadi masalah kalau kita mau belajar bersabar menghikmahinya. Masalah akan menjadi sumber berkah kalau kita melapangkan hati dan mengoptimalkan akal untuk menyerap saripati hikmahnya.

Minggu, 02 Agustus 2009

Memahami Kembali Bahasa Cinta

Ahad, 02 Agustus 2009

Memahami Kembali Bahasa Cinta

Oleh: Mohamad Istihori

Benarkah kita betul-betul telah mencintai pasangan kita? Betulkah kita sudah benar-benar memahami perasaannya lahir-batin? Cinta itukan masalah perasaan. Dan, perasaan itu merupakan sesuatu yang abstrak.

Maka yang abstrak ini harus diwujudkan dengan bukti bukan sekedar kata dan janji. Atau jangan-jangan selama ini kita mencintai pasangan kita cuma berdasarkan perasaan kita padanya saja. Tanpa peduli perasaan dia terhadap kita.

Jangan-jangan kita mencintai pasangan kita hanya berlandaskan bahasa cinta yang kita punya tanpa belajar memahami bahasa cinta kekasih kita.

Jangan-jangan yang selama ini kita persembahkan, berikan, dan kurbankan untuk pasangan kita hanyalah tafsir subjektif kita sendiri tanpa hasrat dalam diri kita untuk benar-benar mengerti apa yang sebenarnya dibutuhkan pasangan kita.

Bahasa cinta itu universal, umum, beragam rupanya, dan bermacam warnanya. Maka sudah seharusnyalah kita dengan pasangan untuk terus-menerus saling memahami bahasa cinta pasangan kita sedetail-detailnya dan sedalam-dalamnya agar tidak terjadi miscommunication.

Perbedaan persepsi, pandangan, pemikiran, penafsir, pemahaman, dan pengertian akan cinta dan bahasa komunikasinya hanya akan melahirkan rasa saling tidak percaya, saling merasa benar sendiri-sendiri, saling menuruti ego masing-masing yang pada akhirnya memunculkan turunan perasaan berupa kebetean, kebosanan, dan kejenuhan.

Kalau semua masalah tersebut tidak segera dikomunikasikan, diomongin baik-baik, dan dicarikan solusi terbaiknya, maka saya rasa perpisahan hanya tinggal menunggu waktu saja. Dan, bukankah berpisah dengan pasangan kita merupakan sesuatu yang sangat tidak kita harapkan?